Senyum Damar merekah kala mendapat kabar baik dari Gendis. Wanita itu telah mendapatkan uang yang dibutuhkannya. Semua dana pinjaman dari sang kakak ipar, sudah masuk ke rekening milik Damar. Melihat nominalnya, pria itu yakin bisa membelikan sesuatu yang diinginkan Vivian. Mengingat kekasihnya tersebut, Damar segera menghubungi wanita itu. “Halo, Sayang. Mas sudah mendapatkan uang dari Gendis. Kamu pengen beli apartemen di mana?” ajak Damar dengan wajah yang berseri-seri. Ia bisa membayangkan bagaimana bahagianya Vivian mendengar kabar baik ini, pun balasan dari kekasihnya setelah memberikan hal yang wanitanya itu inginkan. Damar dan Vivian berjanji untuk bertemu di sebuah agen properti. Hunian apartemen mewah di salah satu bilangan kota Jakarta menjadi pilihannya. Apalagi, akses untuk menuju ke kantor tidak terlalu jauh. Sehingga, dengan begitu dapat memudahkan Damar jika pulang pergi ke apartemen miliknya bersama Vivian.Dengan dana satu milyar di rekening, Damar dapat mencicil
"Rasa ini masih ada dan membekas di hati."~David~💕💕💕Kali ini, Gendis tidak ingin menanyakan langsung kepada Damar sebelum memiliki bukti yang kuat. Jika dipikir-pikir, bagaimana mungkin suaminya itu akan mengakui perselingkuhannya? Mana ada maling yang mengaku? Begitu pun Damar, tidak mungkin ia akan menerima tuduhan itu begitu saja. Gendis akan mencari tahu siapa wanita yang memiliki hubungan dengan suaminya. Keesokan harinya, Gendis bertemu dengan Vivian saat waktu makan siang. Tanpa rasa sungkan atau takut, Vivian datang dengan percaya dirinya. Setelah menikmati makanan yang tadi sempat mereka pesan, Gendis memberitahukan maksud dia mengajak sepupunya itu bertemu.“Kamu tahu Vi. Akhir-akhir ini, Mas Damar mencurigakan. Dia seperti sedang menyembunyikan sebuah rahasia, tapi aku enggak tahu itu apa. Oh iya, beberapa hari yang lalu. Mas Damar memintaku untuk meminjam uang senilai satu milyar. Apa benar perusahaan sedang tidak baik?” tanya Gendis kepada Vivian yang langsung dibe
“Maafkan aku, kak, sudah datang telat. Soalnya tadi ada keperluan mendesak dulu,” ujar pria muda tersebut.“Iya, Bay. Eh iya, gimana kabar kamu sekarang?” tanya Gendis kembali.“Baik, kak. Seperti yang mbak lihat. Kira-kira ada apa, ya, kok Mbak Gendis memintaku ketemu di sini? Kenapa enggak bicara di rumah?” tanya lelaki yang dipanggil Bayu tersebut.Bayu adalah adik ipar Gendis. Lebih tepatnya ia itu adik kandung dari Damar. Perbedaan usia mereka hanya terpaut dua tahun saja, membuat Bayu terlihat sama dewasanya dengan Damar. Akan tetapi, sampai sekarang pemuda itu sama sekali belum memiliki pasangan. “Maafkan Mbak, Bay. Mbak sama sekali enggak bisa membicarakan yang akan Mbak katakan sama kamu di rumah. Ini hanya rahasia di antara kita,” bisik Gendis. Bayu memang lebih dekat dengannya dari pada Damar. Sehingga pemuda itu bisa Gendis percaya.“Sebenarnya ada sesuatu yang mau Mbak katakan sama kamu tentang Mas Damar,” ujar Gendis lirih. Membuat lelaki bernama bayu mendongakkan kepal
“Maksudmu apa, Bay?” tanya Gendis. Kenapa ia merasa nada suara Bayu berbeda saat mengucapkan kalimat yang terakhir tadi. Namun, Gendis tidak paham itu. “ehm ... maksudnya ... memangnya Mbak Gendis tidak tahu kalau aku ini menyayangi Mbak seperti seorang adik kandung ke kakak perempuannya?” ucap Bayu langsung di balas anggukan oleh Gendis.“Jadi, untuk selanjutnya, apa Mbak Gendis sudah punya rencana?” tanya Bayu. Namun, Gendis menggeleng. Ia sama sekali belum memikirkan cara apa pun untuk menyelidiki Damar. Jangankan untuk itu, ia bahkan masih syok mendengar pengakuan adik iparnya itu mengenai suaminya.“Begini saja. Mbak tidak perlu khawatir. Biar nanti aku bantu buat menyelidiki semuanya. Mbak Gendis tinggal menunggu kabar dariku saja.”Gendis terharu memiliki adik ipar yang baik kepadanya layaknya adik kandung. Meskipun sikap ibu mertuanya berbanding terbalik dari putra keduanya tersebut. Namun, Gendis yakin, hati mertuanya akan mulai melunak setelah bayi di dalam kandungannya lah
Bab 11. (1700 kata)Jangan lupa untuk klik tombol berlangganan dan berikan jejak dengan cara komen dan berikan ❤️. Happy reading 😍😍💕💕Gendis mendapatkan pesan masuk dari nomor tidak dikenal dengan bukti transfer dan cek sebagai uang DP sebuah apartemen mewah. Juga, foto sang suami di lobi sebuah gedung yang Gendis prediksi sebuah apartemen. Namun, tidak jelas di mana tempat itu berada.Tidak lama, notifikasi pesan masuk kembali ke ponsel Gendis dengan nomor yang sama. Kali ini, potret sang suami yang tengah berdiri di depan pintu apartemen dan satu lagi foto pria itu tengah bercumbu dengan seorang wanita. Namun, wajah perempuan itu tidak begitu jelas terlihat. Hanya menampilkan sosok perempuan yang hanya mengenakan gaun tipis selutut berwarna merah menyala. Lantai yang dipijak Gendis seakan amblas. Tubuhnya luruh seketika. Wanita itu sudah tahu kemungkinan sang suami telah bermain api di belakangnya. Namun, tetap saja hatinya yang rapuh retak juga saat melihat bukti perselingk
“Mas, Damar. Mas di sini juga?” tanya Gendis. Senyumnya terbit bagai bulan sabit yang tengah memancarkan sinarnya.Damar mulai kikuk dengan kedatangan sang istri. Bagaimana mungkin Gendis bisa datang sedangkan Damar tidak mengajaknya sama sekali? “Sayang, kok kamu ada di-di sini juga?” tanya Damar terbata-bata. Dia sangat syok melihat sang istri ada di hadapannya. Tangan pria itu mulai berkeringat dengan wajah yang mulai pias. “Lho, Pak Damar memangnya tidak mengajak Bu Gendis? Kok kalian tidak berangkat bersama?” celetuk salah satu istri dari rekan bisnis Damar yang langsung disenggol suaminya. Membuat Gendis tersenyum menanggapi perkataan ibu tadi.“Ah iya, Bu. Bukan begitu. Mas Damar juga mengajak saya, tapi karena alasan kesehatan, jadi saya sempat menolak ajakannya. Tapi, karena mengingat Bu Rosa itu kawan baik Papa. Jadi, aku memutuskan untuk datang ke sini,” terang Gendis berbohong. Ia tidak mau egois dengan membuat nama suaminya tercoreng. Bukan hanya nama baik keluarga yang
“Hai, Dis.” Gendis menoleh ketika mendengar panggilan seseorang dari arah belakang. Senyumnya kembali merekah saat melihat siapa orang itu.“Mas David? Ya ampun, Mas. Kok kita bisa ketemu di sini? Kebetulan banget,” sambut Gendis. Ia benar-benar tidak menyangka akan bertemu dengan teman laki-lakinya itu.“Jodoh kali, Dis.”“Mas David bisa aja.”Kalimat yang meluncur dari mulut David, Gendis terima sebagai suatu candaan. Akan tetapi, berbeda dengan wanita itu, David justru mengamini ucapannya. Salah memang mengharapkan istri orang. Namun, rasa yang ia pendam untuk Gendis merebak kembali saat pertama kali bertemu lagi kemarin.Gendis tertawa dengan renyah, sehingga mata David tidak pernah lepas memandang wajah wanita itu. Senyum serta tawa Gendis dapat melambungkan jiwa David serta sebagai penyejuk hatinya yang mengering bak mata air di Padang tandus. Menjadikannya sebagai candu, membuat David selalu dilahap kerinduan akan sosok bidadari hatinya tersebut.“Mas David kok bisa ada di sini
Damar terus saja menghubungi nomor yang tertera di layar ponselnya. Berulang kali ia terus menekan tombol panggilan tersebut, tetapi tetap tidak diangkat oleh seseorang di seberang sana. Seorang pria yang telah mengirimkan sebuah rekaman antara Damar dan Vivian di kamar mandi. Sebuah adegan percakapan serta sesuatu yang tidak senonoh di dalamnya.“Sh*t!” umpat Damar, merasa geram karena dirinya telah dipermainkan oleh seseorang yang sama sekali pria itu tidak kenal.“Bagaimana mungkin orang ini memiliki rekamanku bersama Vivian? Siapa sebenarnya dia dan apa motif dibalik melakukan ini semua? Apa ... jangan-jangan dia ingin memerasku?” gumam Damar.Pria itu terus bolak-balik sambil memikirkan cara untuk menghubungi orang yang sedang menerornya. Ia takut Gendis akan mengetahui segala rahasia yang selama ini pria itu tutupi. Apalagi kalau sampai berita ini tersebar, bisa hancur reputasinya sebagai pengusaha yang bersih serta terkenal setia terhadap istri.Damar gelisah di lorong sebuah k