Rosaline yang melihat Pangeran Yuasa kembali ke asramanya merasa senang. Akhirnya sang pangeran telah siuman dan bisa beraktivitas kembali.
"Lagi-lagi di sini," ucap Serafina menyindir Rosaline yang duduk di atas atap. Dia melihat Rosaline memperhatikan ketiga pemuda yang ada di bawah sana.
"Yang mana pangeran pujaanmu?"
Serafina menggoda Rosaline dan mendapat cubitan kecil di lengannya.
"Kau ini!" balas Rosaline yang masih memperhatikan ketiganya yang sedang berjalan di koridor.
"Ketiganya tampan, kalau aku boleh memilih, aku pilih yang rambutnya perak. Tampan, tinggi dan juga gagah," ucap Serafina memandang pemuda yang ada di bawah sana.
"Itu Pangeran Rainsword, pilihan ya
Rainsword keluar dari kamar Yuasa dengan kondisi kesal dan marah. Dia tidak terima jika adiknya, Yuan, diakui sebagai adik Yuasa. Bagaimanapun Yuan adalah adiknya. Tanpa mendengar penjelasan dia langsung pergi dari kamar itu dan tidak peduli dengan panggilan Yuasa. Yuasa tidak mengejar dan Rainsword pun tidak mau mendengar.“Kau kenapa?” Recca yang berdiri di depan pintu kamarnya melihat Rainsword yang sedang kesal.Pemuda berambut perak itu berhenti dan melirik sebentar lalu mendengus kesal. Tanpa kata dia hanya memberi isyarat untuk mengikutinya. mereka mencari tempat yang nyaman untuk berbicara, sebuah taman yang ada di asrama pangeran. Tempat itu sepi karena jarang ada pangeran yang bersantai di waktu seperti ini.“Kalau kau jadi aku, kau juga akan kesal,” ucap Rainsword membuka pembicaraan mereka.“Kau bertengkar dengan Yuasa? Rasanya mustahil anak seperti dia membuatmu marah,” balas Recca. Dilihat dari segi manapun Yuasa terlihat kalem dan lebih akan mengalah d
Rainsword ikut minum teh sisik naga, dia penasaran dengan apa yang dikatakan Recca tentang teh itu. Katanya bisa meningkatkan kekuatan dan harganya sangat mahal. "Tidak ada perubahan apapun selain rasanya yang memang enak." Rainsword merasa kecewa, dia mengira minuman seperti itu benar-benar langsung memiliki reaksi. "Hei, bisa minum saja itu sebuah keberuntungan. Bahkan di pasar gelap juga belum tentu ada. Kalaupun ada harganya sangat fantastis." Recca terus saja memuji tentang ginseng sisik naga sementara Yuasa terlihat biasa saja dengan minuman itu. "Apa memang itu berkhasiat," gumam Rainsword yang tidak merasakan apapun. "Berkhasiat, setidaknya aku merasa lebih baik," jawab Yuasa. Mereka ke kelas dan belajar kembali sesuai dengan jadwal hari ini, mengenal makhluk-makhluk mitologi. Para siswa diantar ke sebuah danau besar yang ada di akademi. Mereka berbisik mengenai makhluk apa yang akan muncul di danau ini. Semua membicarakan makhluk air yang biasa hidup di danau atau pe
Rainsword begitu bersemangat, apakah benar dia memiliki kekuatan kristal, jika benar seperti itu bukankah dirinya juga bangsa kristal seperti Recca dan Yuasa.“Ayah belum kembali, tapi tenang saja kita langsung ke tempat pengujian,” ucap Recca dan langsung memimpin Yuasa dan Rainsword ke ruangan yang dimaksud."Apa tidak sebaiknya menunggu, bertindak sendiri akan berbahaya," usul Yuasa."Tenang saja," balas Recca.Ruangan yang mereka tuju seperti aula, sangat luas. Mereka berjalan hingga mencapai bagian yang seperti podium.“Apa ujiannya di sini?” Rainsword melihat sekeliling yang tidak ada seorangpun. Tempat itu kosong, hanya ada mereka bertiga.“Ya, tunggu sebentar,” jawab Recca. Dia mengambil sesuatu dan Yuasa membantunya. Keduanya seakan sudah tahu apa yang harus dilakukan. Recca membuka sebuah kotak sementara Yuasa meletakkan sebuah penyangga. Kemudian keduanya selesai membuat alat penguji, sebuah bola kristal yang disangga dengan penyangga sehingga bola
Recca terbangun, dia melihat sekeliling. Tempat ini adalah kamarnya padahal dia sangat yakin dirinya tenggelam di aula, lalu siapa yang memindahkannya ke kamar?“Bagaimana aku bisa di sini?” Yuasa yang melihat Recca sudah siuman mendekatinya.“Apa ada yang sakit?” tanya Yuasa yang membuat pemuda berambut jingga itu menoleh.“Yuasa, kau baik-baik saja?” tanya Recca dan pemuda di sebelahnya hanya mengangguk. Recca pun segera bangun dari tempat tidurnya.“Di mana Rainsword?” tanya Recca segera mengedarkan pandangan ke segala arah di kamarnya. Hanya ada Yuasa yang mengenakan mantel tebal, wajar saja jika dia kedinginan setelah terendam air yang begitu tinggi.“Di kamar sebelah dengan Tuan Agni,” jawab Yuasa.Recca duduk kembali, dia menghela napas panjang. “Syukurlah, ayahanda datang tepat waktu.”“Ya, dia datang dan menghentikan Rain dengan sangat cepat dan syukurlah masih sempat menyelamatkanmu.” Yuasa mengeratkan mantelnya, dia terlihat masih kedingin
Yuasa melihat Recca melakukan atraksi dengan tombaknya, dia sangat mahir melakukannya. Suara tepuk tangan saat atraksi selesai membuat pemuda berambut jingga itu melengkungkan bibirnya."Kau hebat, Recca," bisik Yuasa saat temannya itu kembali berdiri di sebelahnya."Baiklah semua Pangeran dan Tuan Muda silakan untuk berlatih,” perintah dari pengajar di kelas senjata.Yuasa belum pernah menggunakan tombak sebelumnya, dia tidak tahu bagaimana cara menggunakan senjata ini.“Bukan seperti itu, Yuasa,” ucap Recca.Recca menunjukkan bagaimana memegang tombak dengan benar. Dia juga menunjukkan cara menyerang dan menghindar. Kemudian Yuasa mencobanya.“Luar biasa dia cepat sekali belajar,” batin Recca. Yuasa sudah tahu bagaimana cara menyerang dan dia mengulangi gerakan yang sama beberapa kali. Kelas selesai di tengah hari dan mereka semua boleh kembali ke asrama atau melakukan kegiatan lain. Yuasa masih memainkan tombaknya.“Kau masih ingin berlatih?”
Yuasa membuka pintu saat Rainsword mengetuk pintu kamarnya. Dia mempersilakan pangeran berambut perak itu masuk.“Maaf, aku mengganggumu lagi,” ucap Rainsword yang masuk dan duduk di kursi yang ada di dalam.Kamar asrama memiliki empat buah ruangan di masing-masing kamarnya. Ruang tidur, kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Mereka bisa menerima tamu dan diperbolehkan selama tamu tersebut mendapatkan izin memasuki asrama.“Tak masalah.” Yuasa menutup kembali pintu kamarnya lalu pergi ke dapur mengambil minum untuk Rainsword.“Teh ini sepertinya baik untuk kesehatan, aku mulai merasakan perubahan pada tubuhku,” puji Rainsword.“Ya, ini memang bagus, tapi jika bukan kau dan Rec
Pagi ini sangat cerah, Rainsword terbangun dan dia melihat Yuasa sudah tidak ada di tempatnya.“Tumben dia bangun pagi,” gumam Rainsword yang mencari Yuasa dan tidak menemukannya.Rainsword mendengar suara air di kamar mandi serta pintunya tertutup. Sepertinya pemilik kamar sedang membersihkan dirinya. Dia melihat ke ruang tamu, sudah tersedia teh panas di teko dan beberapa camilan.“Siapa yang menyiapkan semua ini?” gumam Rainsword.“Kau mau mandi di sini atau kembali ke kamarmu?” tanya Yuasa yang baru selesai mandi.“Yuasa, keringkan rambutmu dengan benar,” gerutu Rainsword yang melihat rambut panjang Yuasa bahkan masih meneteskan air.
“Bagaimana kalau mengubah penampilan dulu, lihat disana ada tempat pangkas rambut,” usul Recca dan Yuasa setuju, setidaknya tak apa memiliki rambut pendek sehari untuk mengelabuhi musuh.Mereka masuk ke dalam tempat pangkas rambut, lalu mengubah penampilan mereka. Rainsword dan Recca hanya merapikan rambut mereka saja karena memang sudah pendek, sementara Yuasa dia dipotong pendek seperti Rainsword.“Kukira tidak akan lagi terlihat cantik, pendek juga masih manis,” bisik Recca yang sambil berdecak melihat temannya yang satu ini.“Dia cantik sejak lahir, bayangkan saja jika dia perempuan mungkin sudah banyak yang mengantri ingin meminangnya,” imbuh Rainsword.“Kalian bertiga sungguh rupawan,” ucap pemilik tempat pangka