Rainsword begitu bersemangat, apakah benar dia memiliki kekuatan kristal, jika benar seperti itu bukankah dirinya juga bangsa kristal seperti Recca dan Yuasa.“Ayah belum kembali, tapi tenang saja kita langsung ke tempat pengujian,” ucap Recca dan langsung memimpin Yuasa dan Rainsword ke ruangan yang dimaksud."Apa tidak sebaiknya menunggu, bertindak sendiri akan berbahaya," usul Yuasa."Tenang saja," balas Recca.Ruangan yang mereka tuju seperti aula, sangat luas. Mereka berjalan hingga mencapai bagian yang seperti podium.“Apa ujiannya di sini?” Rainsword melihat sekeliling yang tidak ada seorangpun. Tempat itu kosong, hanya ada mereka bertiga.“Ya, tunggu sebentar,” jawab Recca. Dia mengambil sesuatu dan Yuasa membantunya. Keduanya seakan sudah tahu apa yang harus dilakukan. Recca membuka sebuah kotak sementara Yuasa meletakkan sebuah penyangga. Kemudian keduanya selesai membuat alat penguji, sebuah bola kristal yang disangga dengan penyangga sehingga bola
Recca terbangun, dia melihat sekeliling. Tempat ini adalah kamarnya padahal dia sangat yakin dirinya tenggelam di aula, lalu siapa yang memindahkannya ke kamar?“Bagaimana aku bisa di sini?” Yuasa yang melihat Recca sudah siuman mendekatinya.“Apa ada yang sakit?” tanya Yuasa yang membuat pemuda berambut jingga itu menoleh.“Yuasa, kau baik-baik saja?” tanya Recca dan pemuda di sebelahnya hanya mengangguk. Recca pun segera bangun dari tempat tidurnya.“Di mana Rainsword?” tanya Recca segera mengedarkan pandangan ke segala arah di kamarnya. Hanya ada Yuasa yang mengenakan mantel tebal, wajar saja jika dia kedinginan setelah terendam air yang begitu tinggi.“Di kamar sebelah dengan Tuan Agni,” jawab Yuasa.Recca duduk kembali, dia menghela napas panjang. “Syukurlah, ayahanda datang tepat waktu.”“Ya, dia datang dan menghentikan Rain dengan sangat cepat dan syukurlah masih sempat menyelamatkanmu.” Yuasa mengeratkan mantelnya, dia terlihat masih kedingin
Yuasa melihat Recca melakukan atraksi dengan tombaknya, dia sangat mahir melakukannya. Suara tepuk tangan saat atraksi selesai membuat pemuda berambut jingga itu melengkungkan bibirnya."Kau hebat, Recca," bisik Yuasa saat temannya itu kembali berdiri di sebelahnya."Baiklah semua Pangeran dan Tuan Muda silakan untuk berlatih,” perintah dari pengajar di kelas senjata.Yuasa belum pernah menggunakan tombak sebelumnya, dia tidak tahu bagaimana cara menggunakan senjata ini.“Bukan seperti itu, Yuasa,” ucap Recca.Recca menunjukkan bagaimana memegang tombak dengan benar. Dia juga menunjukkan cara menyerang dan menghindar. Kemudian Yuasa mencobanya.“Luar biasa dia cepat sekali belajar,” batin Recca. Yuasa sudah tahu bagaimana cara menyerang dan dia mengulangi gerakan yang sama beberapa kali. Kelas selesai di tengah hari dan mereka semua boleh kembali ke asrama atau melakukan kegiatan lain. Yuasa masih memainkan tombaknya.“Kau masih ingin berlatih?”
Yuasa membuka pintu saat Rainsword mengetuk pintu kamarnya. Dia mempersilakan pangeran berambut perak itu masuk.“Maaf, aku mengganggumu lagi,” ucap Rainsword yang masuk dan duduk di kursi yang ada di dalam.Kamar asrama memiliki empat buah ruangan di masing-masing kamarnya. Ruang tidur, kamar mandi, dapur dan ruang tamu. Mereka bisa menerima tamu dan diperbolehkan selama tamu tersebut mendapatkan izin memasuki asrama.“Tak masalah.” Yuasa menutup kembali pintu kamarnya lalu pergi ke dapur mengambil minum untuk Rainsword.“Teh ini sepertinya baik untuk kesehatan, aku mulai merasakan perubahan pada tubuhku,” puji Rainsword.“Ya, ini memang bagus, tapi jika bukan kau dan Rec
Pagi ini sangat cerah, Rainsword terbangun dan dia melihat Yuasa sudah tidak ada di tempatnya.“Tumben dia bangun pagi,” gumam Rainsword yang mencari Yuasa dan tidak menemukannya.Rainsword mendengar suara air di kamar mandi serta pintunya tertutup. Sepertinya pemilik kamar sedang membersihkan dirinya. Dia melihat ke ruang tamu, sudah tersedia teh panas di teko dan beberapa camilan.“Siapa yang menyiapkan semua ini?” gumam Rainsword.“Kau mau mandi di sini atau kembali ke kamarmu?” tanya Yuasa yang baru selesai mandi.“Yuasa, keringkan rambutmu dengan benar,” gerutu Rainsword yang melihat rambut panjang Yuasa bahkan masih meneteskan air.
“Bagaimana kalau mengubah penampilan dulu, lihat disana ada tempat pangkas rambut,” usul Recca dan Yuasa setuju, setidaknya tak apa memiliki rambut pendek sehari untuk mengelabuhi musuh.Mereka masuk ke dalam tempat pangkas rambut, lalu mengubah penampilan mereka. Rainsword dan Recca hanya merapikan rambut mereka saja karena memang sudah pendek, sementara Yuasa dia dipotong pendek seperti Rainsword.“Kukira tidak akan lagi terlihat cantik, pendek juga masih manis,” bisik Recca yang sambil berdecak melihat temannya yang satu ini.“Dia cantik sejak lahir, bayangkan saja jika dia perempuan mungkin sudah banyak yang mengantri ingin meminangnya,” imbuh Rainsword.“Kalian bertiga sungguh rupawan,” ucap pemilik tempat pangka
“Dia terkena racun, ini racun yang langka.” Tabib mengatakan diagnosanya. Racun yang kini bersarang di tubuh Yuasa adalah racun dari duri mawar pegunungan Jade. Sangat jarang ada yang menggunakan racun ini, dan racun ini tidak memiliki penawar. Mereka menyebutnya racun cinta, hanya menyerang orang-orang yang jatuh cinta dan belum terbalas. Racun ini akan hilang jika dia mendapatkan cinta sejati.Seorang pengawal melapor, “Tuan Muda Recca, racunnya terdapat di semua makanan di meja Anda.”Recca dan Rainsword saling pandang, mereka sudah memakan makanan itu tapi baik-baik saja.“Kau sudah makan ‘kan Recca?” Rainsword tiba-tiba berkeringat dingin.“Bukan hanya sudah tapi sudah banyak yang masuk ke dalam perut,” jawab Rec
Hari Sabtu, Rosaline bergegas ke asrama pangeran menjalankan rutinitas biasanya menyeduh teh ginseng sisik naga dan beberapa camilan yang sudah disiapkan."Ini hari Sabtu, mungkin bisa melihat pangeran seharian," batin Rosaline.Dia diperbolehkan menyiapkan sarapan setiap pagi karena Pangeran Yuasa terlalu pilih-pilih makanan. Rosaline pergi sebelum Pangeran Yuasa bangun. Gadis itu menunggu di depan gerbang asrama pangeran, lebih tepatnya di atas gerbang. Dia bersembunyi dari semua orang."Dia keluar asrama tidak ya," batin Rosaline yang masih menunggu di atas gerbang. Dari atas sini dia bisa melihat kamar Pangeran Yuasa sehingga dia bisa tahu jika pemuda itu keluar."Ah, itu dia," gumam Rosaline melihat Pangeran Yuasa berjalan keluar gerbang bersama kedua temannya.
Raja Quattro dikejutkan dengan tanaman merambat yang mulai menjalar dan terus tumbuh di bawah kakinya. Tanaman itu mengikuti ke mana sang raja baru melangkah. Seakan tahu sasarannya, tanaman rambat itu mengikat kaki Raja Quattro.“Kau mengendalikan tanaman!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat mulai melilitnya dari bawah. Kakinya telah terikat sempurna hingga lutut. Dia berusaha memotong sulur-sulur yang merambat cepat.“Aku tidak menguasai pengendalian tanaman,” balas Pangeran Yuasa.Pangeran Yuasa juga bingung dengan kondisi angin yang bertiup bersamaan dengan helai dedaunan. Aroma mint lembut terbawa dalam hembusan angin hingga semua pasukan berhenti berlari saat menghirup aromanya.“Jangan berkilah, hentikan tanaman ini!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat itu kini membungkus seluruh kakinya hingga ke pinggang dan masih menjalar. Bukan hanya di bawah kaki Raja Quattro tanaman mulai tumbuh di seluruh bagian. Ada beberapa bunga kecil yang mulai mekar pula.“Ayahanda,” gumam
“Rosaline!” Damian menangkap tubuh Rosaline. Dia menepuk pipi adik perempuannya supaya sadar.Raja Quattro yang melihat barrier tujuh lapis. Rosaline menghilang menyeringai. Senyumannya membuat Damian merasa merinding. Tubuh Rosaline tiba-tiba terasa ringan. Damian yang melihat perubahan itu menyipitkan mata tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tubuh Rosaline yang sedang pingsan tiba-tiba berpindah dari tangan Damian ke tangan Raja Quattro tanpa disadarinya. Angin Raja Quattro yang memindahkannya secepat kilat.Keberadaan Rosaline di tangan Raja Quattro membuat mereka semua bergidik. Raja itu melakukan segala cara demi tercapai tujuannya.“Pangeran! Turun dan serahkan dirimu, atau ....” Raja Quattro memperlihatkan Rosaline yang berada di tangannya dan memberikan isyarat gerakan tangan di depan leher seperti diiris.“Bagaimana Yuasa?” Aurum yang bersatu dengan Pangeran Yuasa tidak bisa tinggal diam. Baginya Rosaline merupakan orang yang berharga, setidaknya dia menganggap gadis itu
Adrian merasa ada yang janggal. Saat mereka meninggalkan Istana Mawar, permaisuri menyambut mereka. Namun, saat ini meskipun keributan sangat besar terjadi tidak ada tanda-tanda keberadaan permaisuri.“Tunggu.” Adrian menghentikan Pangeran Yuan yang akan membuka pintu ke kamar Raja Yuichi.“Ada apa?”Kedua anak kembar itu saling berpandangan kemudian melihat ke arah Adrian.“Kalian tunggu sebentar,” ucap Adrian meminta kedua anak kembar ini menunggu dan dia menyelinap masuk diam-diam.Tak lama berselang, Aurum bersama dengan Pangeran Yuasa masuk ke dalam.“Sedang apa?” tanya Aurum yang melihat dua anak sedang berdiri di depan pintu. Dia mencari tempat untuk meletakkan Pangeran Yuasa yang sedang tidak sadarkan diri. Setelah memindai ruangan dengan teliti dia menemukan ada kursi panjang dan akhirnya merebahkan Pangeran Yuasa di sana.“Apa yang terjadi dengan Kakak?” tanya Pangeran Yuan.“Kehabisan energi, sudah hal biasa,” jawab Aurum.Rosaline menanyakan keberadaan Adrian kepada Putri
Pangeran Yuasa berjalan menuju ke bangunan utama Istana Mawar. Mereka yang berada di depan sang pangeran menyingkir tanpa perintah. Semua orang seakan mendapatkan tekanan yang begitu berat dan tidak bisa beranjak dari tempatnya kecuali mereka yang menghalangi jalan seakan kakinya bergerak sendiri untuk memberi jalan sang pangeran. “Apa ini?!” batin Raja Quattro. Dia tidak bisa bergerak bahkan menunduk saat Pangeran Yuasa lewat di depannya. “Kau ingin tahu kekuatan apakah ini? Ini adalah kekuatan untuk mengendalikan, aku memang lemah tapi dengan kekuatan ini kau pun akan bertekuk lutut,” bisik Pangeran Yuasa di depan Raja Quattro. “Salam kepada Yang Mulia,” ucap Raja Quattro, ucapan yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulutnya. Dia berlutut di depan Pangeran Yuasa. Semua pengikut sang raja pun mengikuti apa yang dilakukannya. “Sial, bagaimana bisa tubuhku dipaksa seperti ini!” batin Raja Quattro mengumpat dalam hati, mengutuk sang pangeran atas perlakuannya merendahkan dirinya.
Aurum menerjang prajurit yang menghalanginya. Dia tidak peduli dengan mereka yang menghalangi dan berlari ke arah Pangeran Yuasa.“Yuasa!”Raja Quattro yang melihat Aurum mendekat mengangkat tangannya. Dia mengucapkan sesuatu dan angin besar menerbangkan Aurum, naga yang begitu besar seakan tidak memiliki berat. Aurum terhempas dan menimpa beberapa prajurit.“Dasar pengganggu.” Raja Quattro membuat pembatas, pembatas yang membuat gentar siapa pun yang ada di sana. Mereka berdua berada di tengah-tengah pusaran angin.“Siapa yang akan menolongmu sekarang, Pangeran? Kau bukan apa-apa tanpa teman-temanmu. Kau pikir aku tidak tahu, kau lemah, sangat lemah, hanya karena kau terlahir sebagai anak raja maka semua ini bisa kau miliki. Sungguh membuat iri. Aku yang berusaha sekuat tenaga, berjuang dari bawah hanya bisa menduduki posisi jenderal. Sementara kau akan menjadi raja? Enak saja. Aku juga bisa melakukan pemurnian, ternyata itu bukan kekuatan spesial.” Raja Quattro menyeringai. Dia mena
“Cepat, kita harus menolong ayah!” seru Pangeran Yuasa.Yuan terbang lebih dulu, dia dapat merasakan kekuatan kristal hitam yang begitu besar.“Aneh, kenapa kristal hitam sangat terasa di sini, ini akan sangat buruk untuk ayah dan kakak,” batin Pangeran Yuan. Dia mendekati Yui dan membicarakan tentang firasatnya.“Istana Mawar ada di depan.” Pangeran Yuasa memberikan komandonya.Putri Yui memperlambat terbangnya saat merasakan sesuatu yang tidak biasa.“Ada apa?” tanya Pangeran Yuasa saat melihat kedua adik kembarnya berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan mereka.“Itu!” Mata Pangeran Yuasa terbelalak, pasukan yang berjajar rapi mungkin lebih dari 10.000 prajurit ada di sana. Mereka dipimpin oleh Raja Quattro dan para jenderalnya.“Melawan mereka rasanya seperti menggali kubur sendiri,” gumam Rosaline.Sekuat-kuatnya mereka jika lawannya begitu banyak tetap saja akan sangat sulit.Pangeran Yuasa melihat pergerakan pasukan Damian dan yang lain menuju Istana Mawar. Pasukan mereka hany
Pangeran Yuasa terbang bersama dengan kedua adik kembarnya. Mereka mendarat di depan sebuah pintu besar yang terletak di tengah hutan.“Kurasa Aurum tidak akan muat,” ucap Pangeran Yuasa melihat sebuah pintu yang lebih besar dari pintu rumah pada umumnya, tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gerbang dimensi.Pangeran Yuan tersenyum, “Dia bisa berubah, kan,” sambung Pangeran Yuan.Aurum berubah wujud. Dia terlihat seperti Pangeran Yuasa, yang berbeda hanya warna matanya, tetap keemasan.“Aku pasti muat dengan wujud ini,” ucap Aurum tersenyum simpul.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa dan gadis itu mengangguk. Dia tahu dirinya diminta memasang barrier.“Tidak perlu,” tolak Pangeran Yuan saat gadis berambut merah itu akan memasangkan barrier padanya.“Tapi, Pangeran bisa terluka,” balas Rosaline.Pemuda dengan wajah yang sama seperti Putri Yui itu tersenyum, “Aku tidak apa-apa. Berikan pada Yui dan yang lainnya.”Rosaline berbalik dan membuat barrier untuk Putri Yui dan juga Aurum
Xavier menghadang mereka yang semuanya berpakaian hitam. Satu lawan sekumpulan orang tak membuat pria bersenjata tombak hitam ini gentar.“Kenapa kalian tidak menyerang saat kami sedang terlelap, sungguh baik hati sekali menunggu hingga kami bangun.” Xavier merasa mereka ternyata masih punya hati nurani.Salah satu dari mereka terlihat terluka oleh luka bakar, Xavier merasa mengenal luka tersebut, luka yang di akibatkan oleh api hitam.“Apa Rafael berjaga tadi malam? Bukankah dia tidur lebih dulu dariku,” batin Xavier.Malam itu mereka berusaha menyerang, menunggu mereka terlelap. Saat kaki mereka melangkah cukup dekat dengan rumah pohon, sebuah barrier tujuh lapis ternyata menyelubungi tempat itu. Barrier itu sangat keras dan dengan usaha yang cukup besar mereka menghancurkan ke tujuh lapis pelindung tersebut.“Tuan Xavier, kami masih segan dengan Anda. Mereka kristal berwarna tidak seharusnya Anda membelanya,” ucap salah satu dari pria berpakaian hitam di depan Xavier.“Kalian belum
Malam semakin larut, Damian menggigil seakan seluruh tubuhnya diselimuti salju.“Kak!” Adrian berusaha membuat barrier untuk membuat udara sekitar Damian lebih hangat, tetapi percuma hal itu tidak berdampak sedikitpun.Seperti para korban yang lain, Damian mulai meracau, mengatakan hal-hal aneh. Bahkan bahasa yang digunakan juga bukan bahasa yang biasa digunakan, dia seperti bersenandung kadang berteriak dan sesaat kemudian menangis.“Kak Damian?!”Adrian berusaha menyadarkan Damian yang seperti orang lain saat tengah malam tiba, dia sangat aneh.“Adrian, tidak ada yang bisa kita lakukan, dia bukan Damian saat ini, kontaminasi di tubuhnya sedang menguasainya, ingatan dari noda-noda kristal yang diserapnya tidak bisa dikendalikan. Percuma, dia akan kembali lagi esok hari, kita hanya bisa menjaganya agar tidak melukai dirinya sendiri.” Menteri Feng Zhui membuat suhu udara sekitar Damian menjadi hangat. Pria berambut merah itu terlihat tidak terlalu menggigil lagi. Adrian membuat barrier