Pangeran Yuasa dan Rosaline masuk ke dalam istana. Belum genap sepuluh langkah mereka memasuki istana seseorang sudah menyapa mereka berdua.
"Salam Pangeran Yuasa," ucap pria itu membungkukkan badannya dan berjalan ke arah mereka berdua. "Tak kusangka Pangeran Yuasa diperbolehkan keluar. Pantas saja Menteri Feng Zhui tidak bisa bertemu dengan Anda," lanjutnya."Ada keperluan apa Menteri Feng mencari saya, Jenderal?" balas Pangeran Yuasa berhati-hati bicara.Senyuman tipis terlihat di bibir sang jenderal yang kini berada di depan Pangeran Yuasa."Bagaimana pertandingannya, Ryu Chrysoberyl?" Jenderal Quattro berbisik di telinga Pangeran Yuasa dan menepuk pundaknya tiga kali.Mata Pangeran Yuasa membulat, dia juga menelan ludahnya. Penyamarannya terbongkar, padahal tinggal pengumuman saja dan dia sudah pasti lolos."Bagaimana? Diskualifikasi atau kau membantuku?" bisik Jenderal Quattro. Senyuman Jenderal Quattro seakan sudah bisa memastikan Pangeran Yuasa akanAdrian mendapat undangan ke istana dan bertemu dengan sang raja, suatu kehormatan baginya mendapatkan kesempatan langka ini. Dia berjalan di belakang seorang pemandu yang mengantarkannya ke dalam istana. "Wah, luar biasa," batin Adrian melihat ke kanan dan ke kiri, sejauh yang bisa matanya tangkap semua ornamen terlihat indah. Kini dia memasuki ruangan besar hingga dirinya merasa begitu kecil. Langit-langit yang sangat tinggi seakan diperuntukkan bukan hanya untuk manusia saja. Kemudian, sebuah kristal yang tinggi menjulang ke atas yang bersinar dengan indahnya."Itu kristalnya, luar biasa," gumam Adrian yang tertarik dan berjalan ke arah kristal yang begitu indah."Ehm, maaf Tuan Adrian, ruangan Yang Mulia ada di sebelah sini," deham pemandu yang menghentikan langkah Adrian mendekati kristal."Eh, iya, maaf," balas Adrian merasa malu karena terlena dan terpukau dengan kristal yang ada di istana."Semua orang pasti takjub, kristal itu sangat indah dan juga hanga
Rosaline gugup saat ratu menyuruhnya duduk kemudian sang ratu duduk pula di sebelahnya. Aroma parfume lembut tercium samar-samar ditambah kecantikan sang ratu yang membuat gadis berambut merah itu merasa tak sebanding."Rosaline, di mana Yuasa?" tanya sang ratu mencari keberadaan putra pertamanya yang tidak terlihat di ruangan itu bahkan tidak menyambut kedatangannya."Pangeran Yuasa masih di kamarnya, dia tidak mau bangun," jawab Rosaline merasa gagal sebagai pengawalnya seharusnya dia bisa membantu Pangeran Yuasa. "Biarkan saja, tak perlu dibangunkan karena aku hanya ingin bertemu denganmu saja, Rosaline." Sang Ratu kini menempel pada Rosaline mendekatkan dirinya sangat dekat dengan gadis bermata delima itu."Rosaline, apa kau punya perasaan khusus kepada Yuasa?" bisiknya sangat pelan dan hanya Rosaline saja yang mendengar, sementara pelayan yang membawa bingkisan di ruangan itu sama sekali tidak dapat mendengar bisikan lembut di telinga Rosaline.Rosaline men
Dua hari telah berlalu sejak Pangeran Yuasa kembali ke istana. Saatnya dia kembali menjadi Ryu Chrysoberyl dan menerima tanda kelulusan sebagai prajurit tingkat satu. Dia sudah berada di Arena Redlion bersama dengan semua peserta yang lolos seleksi. Jumlah seluruhnya ada 100 peserta, termasuk Leonidas. "Sejak kapan Leonidas akrab dengan Adrian?" pikir Pangeran Yuasa yang melihat keduanya berbincang dengan santai. Pangeran Yuasa tidak mungkin mendekati Adrian yang merupakan seorang sersan sementara dirinya saat ini hanyalah seorang pemuda miskin.Upacara pemberian penghargaan dan kelulusan berjalan dengan hikmat. 100 peserta ujian kini telah resmi menjadi prajurit tingkat satu. Pemberian tanda prajurit tingkat satu dimulai dari 20 peserta terbaik, salah satu dari mereka termasuk Quinso dan Leonidas. Kemudian dilanjutkan dengan yang lainnya hingga 100 peserta mendapatkan lencana tanda kelulusan mereka termasuk Pangeran Yuasa yang menyamar menjadi Ryu. Tepat saat Jenderal Quat
Pangeran Yuasa dan Rosaline menunggu Adrian di gerbang terluar istana. Dia melihat pria berambut merah itu sudah siap berada di tempat yang sudah disepakati."Ayo jalan," sambut Adrian mengiringi kereta kuda yang membawa Rosaline dan Pangeran Yuasa. Perjalanan memakan waktu kurang lebih enam jam dan mereka berhenti sejenak untuk makan siang lalu kembali melanjutkan perjalanan. Sebelum matahari terbenam mereka sudah berada di depan hutan Onyx."Kenapa kita tidak langsung ke tempat Tuan Rafael?" tanya Adrian. Baru saja dia mengatakan itu dia dilompati makhluk berbulu berwarna putih belang-belang."I–itu harimau? Besar sekali," gumam Adrian.Di atas harimau putih itu ada dua anak yang menaikinya. "Yui, Light!" seru Pangeran Yuasa. Dia melihat kedua adiknya itu berada di atas harimau putih besar."Kakak, kata Paman kami diminta menjemput kakak," jawab Yui dengan riangnya melompat ke tanah dari atas harimau putih besar itu.Pangeran Yuasa memperhatikan harima
Kereta kuda sudah siap, Rafael meletakkan beberapa kotak ginseng sisik naga dan mengatakan bagaimana cara menyeduhnya kepada Rosaline. Dia tidak percaya kepada Pangeran Yuasa jika itu tentang meracik obat atau semacamnya."Kenapa Tuan Rafael justru mengatakannya padaku?" gumam Rosaline."Aku penyembuh dengan energi, bukan dengan racikan," sahut Pangeran Yuasa."Tapi jika di kombinasi kan bukanlah itu lebih baik, obat dengan energi," sahut Adrian. Kali ini dia masuk ke dalam kereta kuda yang sudah disiapkan.Pangeran Yuasa menatap Adrian, "Ya, benar tapi aku tidak bisa meracik," balas Pangeran Yuasa.Adrian tidak ingin berdebat, jika pemuda ini sudah mengklarifikasi artinya dia benar-benar tidak bisa. Memaksanya juga percuma, Pangeran Yuasa hanya akan bergerak jika itu kemauannya sendiri bukan paksaan dari orang lain.Mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Menteri Feng Zhui. Rumah yang besar dan megah, tidak sulit mencarinya k
Hari sudah mulai petang saat ketiganya sampai di tempat Rafael. Pangeran Yuasa di papah Adrian karena tidak bisa lagi berjalan sendiri. "Apa yang terjadi dengan Yuasa?" tanya Rafael. Adrian membantu Pangeran Yuasa duduk di ruang tamu. "Tadi dia memeriksa Nona Lily dan jadi seperti ini," jawab Adrian. "Paman," lirih Pangeran Yuasa. Rafael mendekatkan diri ke arah Pangeran Yuasa. "Segel angin, Aurum bilang itu segel angin yang mengunci kekuatan Lily sehingga dia semakin lemah tidak seperti Aurum yang sengaja di segel supaya aku lebih kuat." Pangeran Yuasa memberikan penjelasan bagaimana dia memeriksa Lily dia juga mengatakan semua yang dia rasakan. "Segel angin, kalau seperti itu kau harus membawa Lily ke Alma, dia guardian angin." Rafael terlihat berpikir sejenak, wajahnya juga berubah saat mengatakan nama Alma. "Siapa Alma, Paman?" tanya Pangeran Yuasa. Rafael menghela napasnya, menghembuskannya lalu mengulanginya beberapa kali. Dia pun duduk di samping Pangeran Yuasa. "Alm
Rombongan Menteri Feng Zhui tiba di lokasi guardian angin. Bangunan megah dengan nuansa putih, pilar-pilar besar berwarna senada yang bergaya Yunani seperti Kuil Athena. "Guardian angin, Nona Alma ada di dalam, silakan." Pelayan yang mengantarkan rombongan Menteri Feng Zhui termasuk Pangeran Yuasa yang ada di sana melihat pintu besar setinggi tiga meter. Ukiran di pintunya memperlihatkan artistik pepohonan dan beberapa peri dengan sayap yang seperti capung juga beberapa seperti malaikat. Pintu dibuka oleh dua orang penjaga yang terlihat mendorong pintu itu sekuat tenaga. "Ayo kita masuk." Menteri Feng Zhui yang memapah Lily memasuki pintu besar tempat guardian angin berada. Angin berhembus dengan perlahan tapi terasa menyentuh kulit dengan rasa dingin yang menusuk. "Bukankah aneh, kenapa angin terasa di dalam bangunan seperti ini," gumam Adrian. Dia merasakan dingin di kulitnya hingga menggosok kedua tangannya supaya hangat. "Ayah," lirih Lily mendekatkan dirinya kepada Mente
Alma membawa Rosaline dan Lily ke aula. Ruangan itu sangat luas dan dikelilingi pilar-pilar besar. Ada kejanggalan dari ruangan itu, ada gerbang di dalam ruangan.Lily duduk di tempat yang diminta guardian angin. Dia masih takut. Pandangannya terus mengarah ke arah ayahnya, Menteri Feng Zhui.Sang Menteri hanya mengangguk, memberinya dukungan dari jauh. Hanya harapan dan keyakinan bahwa putrinya pasti akan sembuh.“Red Ruby, buat barrier di sekitar sini,” perintah Alma.Rosaline mengangguk, dia membuat barrier di sekeliling Lily dan juga Alma. Dia ingat bagaimana kuatnya Aurum saat proses pelepasan segel. Dia sendirian tidak bisa menahannya.Lily membelalakkan matanya saat tiba-tiba di bawah kakinya bersinar. Lingkaran sihir mulai terbentuk dengan warna dominan putih keperakan.“Nona manis, jangan banyak bergerak dan sekarang pejamkan matamu,” perintah Alma. Gadis manis dengan rambut keunguan itu mendekati Lily, dia d