Pangeran Yuasa dan Rosaline menunggu Adrian di gerbang terluar istana. Dia melihat pria berambut merah itu sudah siap berada di tempat yang sudah disepakati.
"Ayo jalan," sambut Adrian mengiringi kereta kuda yang membawa Rosaline dan Pangeran Yuasa. Perjalanan memakan waktu kurang lebih enam jam dan mereka berhenti sejenak untuk makan siang lalu kembali melanjutkan perjalanan. Sebelum matahari terbenam mereka sudah berada di depan hutan Onyx."Kenapa kita tidak langsung ke tempat Tuan Rafael?" tanya Adrian. Baru saja dia mengatakan itu dia dilompati makhluk berbulu berwarna putih belang-belang."I–itu harimau? Besar sekali," gumam Adrian.Di atas harimau putih itu ada dua anak yang menaikinya."Yui, Light!" seru Pangeran Yuasa. Dia melihat kedua adiknya itu berada di atas harimau putih besar."Kakak, kata Paman kami diminta menjemput kakak," jawab Yui dengan riangnya melompat ke tanah dari atas harimau putih besar itu.Pangeran Yuasa memperhatikan harimaKereta kuda sudah siap, Rafael meletakkan beberapa kotak ginseng sisik naga dan mengatakan bagaimana cara menyeduhnya kepada Rosaline. Dia tidak percaya kepada Pangeran Yuasa jika itu tentang meracik obat atau semacamnya."Kenapa Tuan Rafael justru mengatakannya padaku?" gumam Rosaline."Aku penyembuh dengan energi, bukan dengan racikan," sahut Pangeran Yuasa."Tapi jika di kombinasi kan bukanlah itu lebih baik, obat dengan energi," sahut Adrian. Kali ini dia masuk ke dalam kereta kuda yang sudah disiapkan.Pangeran Yuasa menatap Adrian, "Ya, benar tapi aku tidak bisa meracik," balas Pangeran Yuasa.Adrian tidak ingin berdebat, jika pemuda ini sudah mengklarifikasi artinya dia benar-benar tidak bisa. Memaksanya juga percuma, Pangeran Yuasa hanya akan bergerak jika itu kemauannya sendiri bukan paksaan dari orang lain.Mereka sudah sampai di depan gerbang rumah Menteri Feng Zhui. Rumah yang besar dan megah, tidak sulit mencarinya k
Hari sudah mulai petang saat ketiganya sampai di tempat Rafael. Pangeran Yuasa di papah Adrian karena tidak bisa lagi berjalan sendiri. "Apa yang terjadi dengan Yuasa?" tanya Rafael. Adrian membantu Pangeran Yuasa duduk di ruang tamu. "Tadi dia memeriksa Nona Lily dan jadi seperti ini," jawab Adrian. "Paman," lirih Pangeran Yuasa. Rafael mendekatkan diri ke arah Pangeran Yuasa. "Segel angin, Aurum bilang itu segel angin yang mengunci kekuatan Lily sehingga dia semakin lemah tidak seperti Aurum yang sengaja di segel supaya aku lebih kuat." Pangeran Yuasa memberikan penjelasan bagaimana dia memeriksa Lily dia juga mengatakan semua yang dia rasakan. "Segel angin, kalau seperti itu kau harus membawa Lily ke Alma, dia guardian angin." Rafael terlihat berpikir sejenak, wajahnya juga berubah saat mengatakan nama Alma. "Siapa Alma, Paman?" tanya Pangeran Yuasa. Rafael menghela napasnya, menghembuskannya lalu mengulanginya beberapa kali. Dia pun duduk di samping Pangeran Yuasa. "Alm
Rombongan Menteri Feng Zhui tiba di lokasi guardian angin. Bangunan megah dengan nuansa putih, pilar-pilar besar berwarna senada yang bergaya Yunani seperti Kuil Athena. "Guardian angin, Nona Alma ada di dalam, silakan." Pelayan yang mengantarkan rombongan Menteri Feng Zhui termasuk Pangeran Yuasa yang ada di sana melihat pintu besar setinggi tiga meter. Ukiran di pintunya memperlihatkan artistik pepohonan dan beberapa peri dengan sayap yang seperti capung juga beberapa seperti malaikat. Pintu dibuka oleh dua orang penjaga yang terlihat mendorong pintu itu sekuat tenaga. "Ayo kita masuk." Menteri Feng Zhui yang memapah Lily memasuki pintu besar tempat guardian angin berada. Angin berhembus dengan perlahan tapi terasa menyentuh kulit dengan rasa dingin yang menusuk. "Bukankah aneh, kenapa angin terasa di dalam bangunan seperti ini," gumam Adrian. Dia merasakan dingin di kulitnya hingga menggosok kedua tangannya supaya hangat. "Ayah," lirih Lily mendekatkan dirinya kepada Mente
Alma membawa Rosaline dan Lily ke aula. Ruangan itu sangat luas dan dikelilingi pilar-pilar besar. Ada kejanggalan dari ruangan itu, ada gerbang di dalam ruangan.Lily duduk di tempat yang diminta guardian angin. Dia masih takut. Pandangannya terus mengarah ke arah ayahnya, Menteri Feng Zhui.Sang Menteri hanya mengangguk, memberinya dukungan dari jauh. Hanya harapan dan keyakinan bahwa putrinya pasti akan sembuh.“Red Ruby, buat barrier di sekitar sini,” perintah Alma.Rosaline mengangguk, dia membuat barrier di sekeliling Lily dan juga Alma. Dia ingat bagaimana kuatnya Aurum saat proses pelepasan segel. Dia sendirian tidak bisa menahannya.Lily membelalakkan matanya saat tiba-tiba di bawah kakinya bersinar. Lingkaran sihir mulai terbentuk dengan warna dominan putih keperakan.“Nona manis, jangan banyak bergerak dan sekarang pejamkan matamu,” perintah Alma. Gadis manis dengan rambut keunguan itu mendekati Lily, dia d
Sebuah meja besar berisi makanan lengkap tersaji. Beberapa pelayan membuka tutup saji dan masih terlihat uap panas mengepul dari makanan yang ada di meja tersebut."Kalian pasti lelah dan lapar, silakan makan. Lagi pula ini sudah masuk jam makan siang. Ayo, jangan malu-malu." Tuan rumah mempersilakan tamunya untuk menikmati jamuan makan siang yang sudah disiapkan.Mereka duduk dan para pelayan membantu tamu guardian angin ini mengambil makanannya."Pangeran, bagaimana Rafael?" Guardian angin tiba-tiba membuka percakapan dengan Pangeran Yuasa."Baik, Paman baik-baik saja," jawab Pangeran Yuasa. Dia menatap gadis manis dengan rambut ungu di dekatnya. Gadis ini cantik, tapi rasanya tidak cocok dengan pamannya. Namun, siapa sangka jika mereka pernah menjadi pasangan."Maaf, berapa lama kalian menjalin kasih?" tanya Pangeran Yuasa, dia benar-benar penasaran dengan kisah cinta dua guardian beda dunia ini."Cukup lama, aku hanya memintanya menikahiku tapi justru dia menolak dan memutuskan ku
Pangeran Yuasa berputar dan menangkis serangan pria berjubah hitam. Dia menggunakan pedang tunggalnya yang jauh lebih tipis dibandingkan dengan pedang musuh. Postur tubuh musuh yang juga lebih kekar dan besar mendesak Pangeran Yuasa."Aku tidak kuat lagi menahannya, dia kuat," batin Pangeran Yuasa yang masih berusaha bertahan. Seperti yang dikatakan Rosaline, ini bukan pertandingan, satu kesalahan saja nyawa bisa melayang."Gunakan kekuatanku!" Gema suara Aurum terdengar. Energi yang besar tiba-tiba memenuhi seluruh tubuh Pangeran Yuasa. Hal itu membuat Pangeran Yuasa menjadi lebih kuat dan mampu melawan pria berbaju hitam itu."Boleh juga, kudengar Pangeran Yuasa itu sangat lemah," cemooh pria itu meremehkan kemampuan Pangeran Yuasa."Aku memang lemah, tapi itu dulu!" seru Pangeran Yuasa menerjang musuhnya. Pria berjubah hitam itu kesulitan melawan Pangeran Yuasa yang ternyata begitu mahir berpedang. Gerakannya cepat dan tangkas sehingga membuat pria ini terpoj
Rafael membukakan pintu saat Adrian membawa masuk Pangeran Yuasa yang berpura-pura pingsan. Pria berambut merah itu langsung menuju ke sebuah kamar dan membaringkannya perlahan."Kami diserang, Pangeran Yuasa tidak terluka tapi sepertinya dia menggunakan kemampuannya, kulihat matanya berwarna keemasan," terang Adrian menjelaskan kenapa Pangeran Yuasa pingsan.Rafael mengangguk, dia duduk di sebelah Pangeran Yuasa, memeriksanya.Light dan Yui ikut menengok Pangeran Yuasa."Bagaimana Kakak?" tanya Yui memperhatikan kakaknya yang terbaring lemah.Rafael belum sempat menjawab, Light berdecak di dekat Yui."Ck, nggak di istana nggak di sini Kakak selalu saja pingsan, berapa kali dia pingsan mungkin sudah tak terhitung. Yah, mau bagaimana lagi kalau memiliki tubuh ma–," ucapan Light terpotong saat Yui menginjak kaki Light dengan keras."Light!" teriak Yui dengan tatapan yang tidak bersahabat bahkan berkacak pinggang."Yui!" teriak Light kemudian. "Apa sih, memang benar kan kalau dia itu …,"
Pangeran Yuasa tidak mau diganggu, dia bahkan melewatkan makan malamnya dan tetap diam di kamar. "Biar aku yang mengantar makanan untuk Pangeran Yuasa." Rosaline hendak menyiapkan makanan untuk Pangeran Yuasa. Namun, Rafael melarangnya."Kakak tidak akan mau makan," ucap Yui menghela napasnya setelah selesai menghabiskan makanan di piringnya."Ya, dia manja," imbuh Light yang langsung mendapatkan tatapan permusuhan dari Yui."Light, berhentilah mengatakan itu!" seru Yui."Itu benar, Light. Yuasa sangat terpukul, kau tidak pernah berada di posisinya," lanjut Rafael."Kalian selalu memanjakannya, kalau mau dia kuat seharusnya dia bisa menerima kondisinya bukan memaksakan diri. Kalian sendiri tahu dia sangat berbakat di bidang medis, kenapa tidak menekuni saja bidang itu?" lantun Light memberikan argumennya."Lalu kenapa kau ada di sini? Bukankah kau tidak suka berlatih bersama Paman? Pulang saja sana!" Yui marah akan ucapan Light yang selalu saja menyudutkan kakaknya. Light mendengus k