Raja Yuichi berjalan ke aula di mana kristal cahaya berada. Dia menyentuh kristal itu. Helaan napas berat dihembuskannya, dia tidak lagi bisa merasakan atau pun mendengar suara kristal.“Yuichi!” Kristal cahaya memanggil dirinya, tetapi Raja Yuichi tak lagi bisa mendengar.“Yuichi, kau dalam bahaya!” Kristal cahaya berusaha memperingatkan. Namun, semua itu sia-sia, Raja Yuichi berjalan menjauh dari kristal cahaya.Seorang penjaga melapor bahwa Jenderal Quattro ingin menemuinya.“Suruh dia masuk,” titah Raja Yuichi. Dia berjalan ke arah singgasana dan duduk di sana. Raja Yuichi melihat Jenderal Quattro masuk dan memberinya salam.“Salam, Yang Mulia,” ucap Jenderal Quattro.Selanjutnya jenderal itu memberikan laporan tentang kondisi perbatasan.“Kau masih menyisakan orang-orang di sekitar gerbang dunia bawah?” Raja Yuichi menyipitkan matanya menatap Jenderal Quattro.Jenderal Quattro tersenyum simpul. “Yang Mulia, mereka hanya berjaga kalau makhluk terkutuk dari dunia bawah berani kelua
Raja Yuichi dibawa ke Istana Mawar. Permaisuri Sawatari yang melihat sang raja dalam keadaan tidak sadarkan diri saat dipindahkan.“Apa yang terjadi?” tanya Permaisuri Sawatari kepada para penjaga yang memindahkannya.“Yang Mulia diracuni Menteri Feng Zhui,” jawab salah satu dari mereka.Permaisuri Sawatari yang khawatir dan cemas dengan kondisi Raja Yuichi mengikuti mereka hingga di dalam kamar.“Tabib istana, apa sudah diperiksa?” tanya Permaisuri Sawatari mengalihkan perhatiannya dari Raja Yuichi ke tabib istana.“Ya, tetapi racun kristal hitam sulit untuk ditawarkan,” jawab tabib istana.Permaisuri Sawatari menyipitkan matanya saat melihat hal yang janggal, Jenderal Quattro menarik sudut bibirnya. Meskipun samar, tetapi itu adalah hal yang aneh.“Permaisuri, Anda tidak perlu khawatir, Menteri Feng Zhui sudah dimasukkan ke penjara, dia tidak akan bisa mengganggu lagi,” terang Jenderal Quattro yang langsung melambaikan tangan lalu empat orang pengawal menghampirinya.“Mereka akan me
Derap langkah tergesa-gesa terdengar hingga Adrian menoleh ke arah pintu ruangannya yang dibuka dengan sangat kasar hingga terdengar suara hantaman pada kayu pintu dengan tembok.“Kau harus menggantinya jika pintu itu rusak, Aegaeon!”Napas yang belum sepenuhnya tertata, pria kekar itu mendekati Adrian yang sibuk dengan setumpuk berkas di mejanya. Di sampingnya seorang gadis manis menaruh kopi di meja.“Terima kasih, Leila,” ucap Adrian tersenyum manis ke arah gadis itu.“Mayor, lapor!” ucap Aegaeon masih tersendat dengan mengatur napas. Dia belum sepenuhnya bisa berbicara lancar. Napasnya begitu memburu dan dadanya kembang kempis.“Atur dulu napasmu, duduklah,” perintah Adrian sembari membaca laporan yang ada di mejanya.Gadis dengan rambut dikepang mengulurkan segelas air putih ke arah Aegaeon. Pria itu meminumnya hingga tandas.“Mayor, berita ini sungguh penting,” ucap Aegaeon mendekat ke arah Adrian.“Baik, katakan,” balas Adrian. Dia menghargai Aegaeon dan menghentikan aktivitasn
Damian dan Adrian tidak menunggu hingga pagi menjelang, mereka langsung mencari kuda menuju ke Kota Naga. Rupanya tidak semudah yang mereka kira, mata-mata Jenderal Quattro tidak bisa di remehkan.“Celaka kita ketahuan!” Adrian dan Damian dikepung pasukan Jenderal Quattro. Seragam khusus pasukan perbatasan jelas mereka kenakan.“Lindungi Mayor!” teriakan dari arah berlawanan terdengar.“Aegaeon,” gumam Adrian saat melihat sosok yang dikenalnya bersama dengan satu pleton pasukan.“Mayor Adrian, pergilah, biar kami yang akan mengurus mereka,” ucap Aegaeon menepuk dadanya.“Aku mengandalkanmu, Aegaeon,” balas Adrian memacu kudanya bersama dengan Damian.“Leila, ikutlah dengan Mayor!” teriak Aegaeon. Seorang gadis dengan rambut kuning dikepang dua muncul dari balik pasukan dan berlari ke arah Adrian. Gadis itu mengulurkan tangan dan Adrian menarik tangan Leila hingga duduk di kuda bersama.“Pegangan, Leila!” seru Adrian tanpa mengurangi kecepatan kudanya.Kedua kuda menerjang pasukan yang
Jenderal Quattro memantas dirinya dengan jubah baru, dia puas tersenyum di depan cermin.“Ayah memang pantas menjadi raja, tetapi bagaimana dengan kristalnya?”Quinso mulai cemas, dia tahu ayahnya tidak memiliki kemampuan pemurnian seperti raja terdahulu, semua itu hanyalah tipu muslihat saja.“Setelah penobatan nanti tidak akan ada yang berani mengusikku, kita pikirkan cara lain,” balas Jenderal Quattro. Obsesi membutakan pikirannya. Membiarkan kristal terus ternoda akan membuat dunia ini menjadi buruk.Satu minggu berlalu setelah acara penobatan raja yang baru, Semua masih dalam kendali. Hanya satu hal yang tidak bisa dikendalikan, kristal cahaya di aula yang terus menerus ternoda. Bercak-bercak hitam mulai terlihat jelas di permukaan kristal.“Ini buruk, baru satu minggu saja sudah terlihat, bagaimana kalau sampai satu tahun,” gumam Raja Quattro. Dia berpikir keras bagaimana menghilangkan bercak hitam pada kristal yang jelas-jelas bukan noda yang bisa dibersihkan dengan mudah.Sang
Raja Quattro mengunjungi bagian lain istana. Tempat itu adalah sebuah kubah besar yang terdapat gerbang dimensi. Sang raja baru penasaran dengan tempat ini.“Ayah, apa ayah bisa membuka gerbang dimensi, bukankah hanya penjaga yang memiliki kemampuan itu.” Quinso yang mengekor ke mana pun sang raja pergi penasaran juga dengan bagian istana yang tidak boleh dikunjungi tanpa izin ini.“Entahlah, seharusnya bisa karena aku sekarang adalah raja,” balas Raja Quattro menyombongkan diri.“Ayah, ayo coba kita pergi ke belahan tempat lain dengan gerbang dimensi,” usul Quinso dengan antusias.Keduanya menatap sebuah gerbang besar setinggi enam meter yang menjulang ke atas.“Pantas saja kubah ini begitu besar, ternyata gerbang dimensi di sini sama besarnya seperti di hutan Onyx.” Raja Quattro mendekati gerbang dimensi yang di sekitarnya terdapat ukiran-ukiran simbol-simbol yang tidak dia mengerti.“Aku pernah membacanya, itu rune, sepertinya rune kuno. Bagaimana membuka pintu ini? Apa ayah tahu c
Aurum bersama Aegaeon dan Jillgaes sampai di sebuah rumah sederhana. Tempat itu merupakan tempat mereka sembunyi.“Ryu, lebih baik kau lepaskan bajumu, kita bersihkan dan obati lukamu,” usul Aegaeon. Pria ini membantu Aurum untuk melepaskan baju yang sudah lengket dengan darah. Aegaeon memicingkan matanya melihat darah yang warnanya tidak biasa.“Darahnya ....”Argaeon tidak melanjutkan ucapannya saat Jillgaes masuk membawa sebuah baskom air hangat dan beberapa obat-obatan.“Kita bersihkan dulu.”Mereka berdua melihat punggung Aurum yang tersayat dalam. Selain itu sebuah tato naga besar di punggung Aurum membuat mereka terpana.“Apa kau ingat tato ini,” bisik Aegaeon.“Aku tidak terlalu ingat, rasanya ingatan itu kabur dan tidak jelas,” balas Jillgaes berbisik.“Bisa kalian lebih cepat memberi obat, rasanya sakit sekali,” ucap Aurum menghentikan diskusi keduanya.“Kita bersihkan dulu,” balas Jillgaes mengambil kain lembut lalu memasukkannya ke dalam air hangat yang ada di baskom. Perl
Damian dan Adrian didorong masuk ke dalam salah satu sel penjara. Mereka tertangkap. Bukan hanya keduanya seluruh penduduk Kota Naga juga ditangkap, tak terkecuali tiga orang pemilik naga. Sementara naga mereka terkurung dengan jebakan naga yang membuat ketiganya tidak bisa menyerang.“Apa yang terjadi?”Suara dari sel penjara di sebelah Damian terdengar panik. Rambut panjang dan tidak terurus membuat Adrian memicingkan mata hingga dia mengenali pria itu.“Menteri Feng Zhui!” seru Adrian.“Ya, apa yang terjadi dengan kalian?”“Kami ditangkap raja baru,” jawab Adrian. Dia duduk di lantai penjara yang dingin, bersila dan bersandar pada tembok.“Sudah kuduga, apa yang kalian lakukan hingga kalian dimasukkan ke sini?” Menteri Feng Zhui mendekat ke arah Adrian sedekat mungkin meskipun jeruji besi tetap menghalangi.“Kami menghubungi Pangeran Yuasa,” balas Damian yang berada satu sel dengan Adrian.Menteri Feng Zhui mendengar cerita bagaimana mereka berdua menyusup hingga tertangkap. Terlih