Aurum bersama Aegaeon dan Jillgaes sampai di sebuah rumah sederhana. Tempat itu merupakan tempat mereka sembunyi.“Ryu, lebih baik kau lepaskan bajumu, kita bersihkan dan obati lukamu,” usul Aegaeon. Pria ini membantu Aurum untuk melepaskan baju yang sudah lengket dengan darah. Aegaeon memicingkan matanya melihat darah yang warnanya tidak biasa.“Darahnya ....”Argaeon tidak melanjutkan ucapannya saat Jillgaes masuk membawa sebuah baskom air hangat dan beberapa obat-obatan.“Kita bersihkan dulu.”Mereka berdua melihat punggung Aurum yang tersayat dalam. Selain itu sebuah tato naga besar di punggung Aurum membuat mereka terpana.“Apa kau ingat tato ini,” bisik Aegaeon.“Aku tidak terlalu ingat, rasanya ingatan itu kabur dan tidak jelas,” balas Jillgaes berbisik.“Bisa kalian lebih cepat memberi obat, rasanya sakit sekali,” ucap Aurum menghentikan diskusi keduanya.“Kita bersihkan dulu,” balas Jillgaes mengambil kain lembut lalu memasukkannya ke dalam air hangat yang ada di baskom. Perl
Damian dan Adrian didorong masuk ke dalam salah satu sel penjara. Mereka tertangkap. Bukan hanya keduanya seluruh penduduk Kota Naga juga ditangkap, tak terkecuali tiga orang pemilik naga. Sementara naga mereka terkurung dengan jebakan naga yang membuat ketiganya tidak bisa menyerang.“Apa yang terjadi?”Suara dari sel penjara di sebelah Damian terdengar panik. Rambut panjang dan tidak terurus membuat Adrian memicingkan mata hingga dia mengenali pria itu.“Menteri Feng Zhui!” seru Adrian.“Ya, apa yang terjadi dengan kalian?”“Kami ditangkap raja baru,” jawab Adrian. Dia duduk di lantai penjara yang dingin, bersila dan bersandar pada tembok.“Sudah kuduga, apa yang kalian lakukan hingga kalian dimasukkan ke sini?” Menteri Feng Zhui mendekat ke arah Adrian sedekat mungkin meskipun jeruji besi tetap menghalangi.“Kami menghubungi Pangeran Yuasa,” balas Damian yang berada satu sel dengan Adrian.Menteri Feng Zhui mendengar cerita bagaimana mereka berdua menyusup hingga tertangkap. Terlih
Aurum masih berlari, napasnya tersengal-sengal. Matanya menatap perjalanan jauh yang tidak mungkin bisa dia tempuh dengan berlari saja. Akhirnya dia mencari seekor kuda dan menungganginya hingga ke hutan Onyx.“Yuasa, semoga aku tidak terlambat,” gumam Aurum.Aurum menatap hutan dan berteriak kencang hingga menggetarkan penghuni hutan Onyx. Seseuatu terjadi setelah dia berteriak, dia merasakan kekuatannya kembali. Tanpa membuang waktu, Aurum berubah kembali menjadi naga keemasan dan terbang langsung ke pegunungan Jade.Puncak pegunungan Jade terlihat berasap. Aurum mendarat dan melihat Kota Naga kembali menjadi puing-puing. Kota yang baru saja dibangun hancur dalam sekejap.“Yuasa!”Teriak Aurum dengan benaknya. Tidak ada jawaban yang terdengar. Aurum mulai panik dia terbang kembali ke bangunan utama Kota Naga, tempat tinggal Yuasa ketika berada di sini.“Yuasa!”Teriakan Aurum disertai suara naga yang meraung kencang. Kembali tidak ada jawaban.“Tidak, tidak mungkin Yuasa telah ....”
“Hanya ada satu kemungkinan. Jebakan naga sudah pernah dibuat pada masa lalu, hanya ada satu keluarga yang membuatnya, keluarga Schwarz. Mereka sering menggunakan perangkap, salah satunya adalah jebakan naga. Keahlian keluarga Schwarz dalam membuat jebakan sangat hebat, itu artinya dia mendapatkan perangkap naga dari Leiz Schwarz,” terang Alden Blackdragon. Dia pun menceritakan bagaimana keluarga ini menciptakan perangkap naga dan ikut andil dalam musnahnya para naga di puncak pegunungan Jade, Kota Naga.“Apa perangkap ini menggunakan kristal hitam?” Aurum menatap tajam ke arah pria tua di hadapannya.“Ya,” jawab Alden.Aurum langsung menoleh ke arah Pangeran Yuasa yang kini semakin pucat, “Apa kau terkena kontaminasi?”“Tidak, aku hanya lelah,” jawab Pangeran Yuasa. Dia menarik tangannya ke belakang seakan sengaja menyembunyikannya.Rosaline yang tidak percaya menarik tangan Pangeran Yuasa yang sengaja disembunyikan. “Apa ini?”Tangan kanan Pangeran Yuasa menghitam, hanya bagian jari
“Kak Damian!”Adrian berlari dan menangkap tubuh Damian yang dilempar dengan kasar oleh dua penjaga ke dalam sel tahanan. Wajah Adrian terlihat memerah karena marah dengan perlakuan kasar tersebut.“Kalian tahu siapa dia! Keterlaluan!”Umpatan dan cacian Adrian seakan hanyalah angin lalu, penjaga itu menutup pintu penjara dan menguncinya kembali meninggalkan Damian bersama dengan tawanan yang lain.“Kak ... Kak Damian!”Suara Adrian seakan tidak terdengar, Damian tetap diam tanpa ada reaksi apa pun. Tangan dan kakinya menghitam, beberapa bercak hitam juga ada di leher dan tubuhnya.“Dia sudah terkontaminasi, kristal cahaya melepaskan nodanya pada tubuh Damian,” ucap Menteri Feng Zhui yang berada di sebelah Adrian.“Apa yang harus kita lakukan?” Adrian menatap sang menteri penuh harap. Namun, pria itu hanya menggelengkan kepalanya.Adrian kembali melihat ke arah Damian, dia tidak tahu harus berbuat apa. Dirinya bukanlah penyembuh, dia tidak tahu bagaimana memeriksa Damian. Apakah pria
Yuan memeriksa tangan Yuasa yang terlihat menghitam. Dia tersenyum kecil dan memperlihatkan sesuatu ke arah si pemilik tangan.“Kakak salah saat melakukan pemurnian, seharusnya jangan menjadikan tubuh sebagai tempat untuk mengeluarkan kontaminasi, lihat.” Yuan menunjukkan cara yang lain saat pemurnian dilakukan. Warna hitam pada tangan Yuasa terlihat keluar dari dalam kulit lalu berkumpul dan memadat menjadi kristal hitam.“Kau mengubahnya menjadi kristal?” Yuasa memperhatikan kristal hitam yang seukuran jarum, hanya sekecil itu kontaminasi yang masuk ke dalam tubuhnya.“Ya, ini salah satu caranya, mengubahnya menjadi kristal dan kristal ini sama sekali tidak memiliki kekuatan apapun. Kristal ini hanyalah batu kristal yang bisa dibuang, tetapi aku tidak suka membuangnya. Di dalam kristal masih ada kenangan.” Yuan memperlihatkan beberapa kristal yang pernah dia buat, lalu mengambil satu kristal yang lebih besar dari kristal yang baru saja dibuat olehnya.“Ini, kontaminasi dari ayah, ke
Malam semakin larut, Damian menggigil seakan seluruh tubuhnya diselimuti salju.“Kak!” Adrian berusaha membuat barrier untuk membuat udara sekitar Damian lebih hangat, tetapi percuma hal itu tidak berdampak sedikitpun.Seperti para korban yang lain, Damian mulai meracau, mengatakan hal-hal aneh. Bahkan bahasa yang digunakan juga bukan bahasa yang biasa digunakan, dia seperti bersenandung kadang berteriak dan sesaat kemudian menangis.“Kak Damian?!”Adrian berusaha menyadarkan Damian yang seperti orang lain saat tengah malam tiba, dia sangat aneh.“Adrian, tidak ada yang bisa kita lakukan, dia bukan Damian saat ini, kontaminasi di tubuhnya sedang menguasainya, ingatan dari noda-noda kristal yang diserapnya tidak bisa dikendalikan. Percuma, dia akan kembali lagi esok hari, kita hanya bisa menjaganya agar tidak melukai dirinya sendiri.” Menteri Feng Zhui membuat suhu udara sekitar Damian menjadi hangat. Pria berambut merah itu terlihat tidak terlalu menggigil lagi. Adrian membuat barrier
Xavier menghadang mereka yang semuanya berpakaian hitam. Satu lawan sekumpulan orang tak membuat pria bersenjata tombak hitam ini gentar.“Kenapa kalian tidak menyerang saat kami sedang terlelap, sungguh baik hati sekali menunggu hingga kami bangun.” Xavier merasa mereka ternyata masih punya hati nurani.Salah satu dari mereka terlihat terluka oleh luka bakar, Xavier merasa mengenal luka tersebut, luka yang di akibatkan oleh api hitam.“Apa Rafael berjaga tadi malam? Bukankah dia tidur lebih dulu dariku,” batin Xavier.Malam itu mereka berusaha menyerang, menunggu mereka terlelap. Saat kaki mereka melangkah cukup dekat dengan rumah pohon, sebuah barrier tujuh lapis ternyata menyelubungi tempat itu. Barrier itu sangat keras dan dengan usaha yang cukup besar mereka menghancurkan ke tujuh lapis pelindung tersebut.“Tuan Xavier, kami masih segan dengan Anda. Mereka kristal berwarna tidak seharusnya Anda membelanya,” ucap salah satu dari pria berpakaian hitam di depan Xavier.“Kalian belum