Derap langkah tergesa-gesa terdengar hingga Adrian menoleh ke arah pintu ruangannya yang dibuka dengan sangat kasar hingga terdengar suara hantaman pada kayu pintu dengan tembok.“Kau harus menggantinya jika pintu itu rusak, Aegaeon!”Napas yang belum sepenuhnya tertata, pria kekar itu mendekati Adrian yang sibuk dengan setumpuk berkas di mejanya. Di sampingnya seorang gadis manis menaruh kopi di meja.“Terima kasih, Leila,” ucap Adrian tersenyum manis ke arah gadis itu.“Mayor, lapor!” ucap Aegaeon masih tersendat dengan mengatur napas. Dia belum sepenuhnya bisa berbicara lancar. Napasnya begitu memburu dan dadanya kembang kempis.“Atur dulu napasmu, duduklah,” perintah Adrian sembari membaca laporan yang ada di mejanya.Gadis dengan rambut dikepang mengulurkan segelas air putih ke arah Aegaeon. Pria itu meminumnya hingga tandas.“Mayor, berita ini sungguh penting,” ucap Aegaeon mendekat ke arah Adrian.“Baik, katakan,” balas Adrian. Dia menghargai Aegaeon dan menghentikan aktivitasn
Damian dan Adrian tidak menunggu hingga pagi menjelang, mereka langsung mencari kuda menuju ke Kota Naga. Rupanya tidak semudah yang mereka kira, mata-mata Jenderal Quattro tidak bisa di remehkan.“Celaka kita ketahuan!” Adrian dan Damian dikepung pasukan Jenderal Quattro. Seragam khusus pasukan perbatasan jelas mereka kenakan.“Lindungi Mayor!” teriakan dari arah berlawanan terdengar.“Aegaeon,” gumam Adrian saat melihat sosok yang dikenalnya bersama dengan satu pleton pasukan.“Mayor Adrian, pergilah, biar kami yang akan mengurus mereka,” ucap Aegaeon menepuk dadanya.“Aku mengandalkanmu, Aegaeon,” balas Adrian memacu kudanya bersama dengan Damian.“Leila, ikutlah dengan Mayor!” teriak Aegaeon. Seorang gadis dengan rambut kuning dikepang dua muncul dari balik pasukan dan berlari ke arah Adrian. Gadis itu mengulurkan tangan dan Adrian menarik tangan Leila hingga duduk di kuda bersama.“Pegangan, Leila!” seru Adrian tanpa mengurangi kecepatan kudanya.Kedua kuda menerjang pasukan yang
Jenderal Quattro memantas dirinya dengan jubah baru, dia puas tersenyum di depan cermin.“Ayah memang pantas menjadi raja, tetapi bagaimana dengan kristalnya?”Quinso mulai cemas, dia tahu ayahnya tidak memiliki kemampuan pemurnian seperti raja terdahulu, semua itu hanyalah tipu muslihat saja.“Setelah penobatan nanti tidak akan ada yang berani mengusikku, kita pikirkan cara lain,” balas Jenderal Quattro. Obsesi membutakan pikirannya. Membiarkan kristal terus ternoda akan membuat dunia ini menjadi buruk.Satu minggu berlalu setelah acara penobatan raja yang baru, Semua masih dalam kendali. Hanya satu hal yang tidak bisa dikendalikan, kristal cahaya di aula yang terus menerus ternoda. Bercak-bercak hitam mulai terlihat jelas di permukaan kristal.“Ini buruk, baru satu minggu saja sudah terlihat, bagaimana kalau sampai satu tahun,” gumam Raja Quattro. Dia berpikir keras bagaimana menghilangkan bercak hitam pada kristal yang jelas-jelas bukan noda yang bisa dibersihkan dengan mudah.Sang
Raja Quattro mengunjungi bagian lain istana. Tempat itu adalah sebuah kubah besar yang terdapat gerbang dimensi. Sang raja baru penasaran dengan tempat ini.“Ayah, apa ayah bisa membuka gerbang dimensi, bukankah hanya penjaga yang memiliki kemampuan itu.” Quinso yang mengekor ke mana pun sang raja pergi penasaran juga dengan bagian istana yang tidak boleh dikunjungi tanpa izin ini.“Entahlah, seharusnya bisa karena aku sekarang adalah raja,” balas Raja Quattro menyombongkan diri.“Ayah, ayo coba kita pergi ke belahan tempat lain dengan gerbang dimensi,” usul Quinso dengan antusias.Keduanya menatap sebuah gerbang besar setinggi enam meter yang menjulang ke atas.“Pantas saja kubah ini begitu besar, ternyata gerbang dimensi di sini sama besarnya seperti di hutan Onyx.” Raja Quattro mendekati gerbang dimensi yang di sekitarnya terdapat ukiran-ukiran simbol-simbol yang tidak dia mengerti.“Aku pernah membacanya, itu rune, sepertinya rune kuno. Bagaimana membuka pintu ini? Apa ayah tahu c
Aurum bersama Aegaeon dan Jillgaes sampai di sebuah rumah sederhana. Tempat itu merupakan tempat mereka sembunyi.“Ryu, lebih baik kau lepaskan bajumu, kita bersihkan dan obati lukamu,” usul Aegaeon. Pria ini membantu Aurum untuk melepaskan baju yang sudah lengket dengan darah. Aegaeon memicingkan matanya melihat darah yang warnanya tidak biasa.“Darahnya ....”Argaeon tidak melanjutkan ucapannya saat Jillgaes masuk membawa sebuah baskom air hangat dan beberapa obat-obatan.“Kita bersihkan dulu.”Mereka berdua melihat punggung Aurum yang tersayat dalam. Selain itu sebuah tato naga besar di punggung Aurum membuat mereka terpana.“Apa kau ingat tato ini,” bisik Aegaeon.“Aku tidak terlalu ingat, rasanya ingatan itu kabur dan tidak jelas,” balas Jillgaes berbisik.“Bisa kalian lebih cepat memberi obat, rasanya sakit sekali,” ucap Aurum menghentikan diskusi keduanya.“Kita bersihkan dulu,” balas Jillgaes mengambil kain lembut lalu memasukkannya ke dalam air hangat yang ada di baskom. Perl
Damian dan Adrian didorong masuk ke dalam salah satu sel penjara. Mereka tertangkap. Bukan hanya keduanya seluruh penduduk Kota Naga juga ditangkap, tak terkecuali tiga orang pemilik naga. Sementara naga mereka terkurung dengan jebakan naga yang membuat ketiganya tidak bisa menyerang.“Apa yang terjadi?”Suara dari sel penjara di sebelah Damian terdengar panik. Rambut panjang dan tidak terurus membuat Adrian memicingkan mata hingga dia mengenali pria itu.“Menteri Feng Zhui!” seru Adrian.“Ya, apa yang terjadi dengan kalian?”“Kami ditangkap raja baru,” jawab Adrian. Dia duduk di lantai penjara yang dingin, bersila dan bersandar pada tembok.“Sudah kuduga, apa yang kalian lakukan hingga kalian dimasukkan ke sini?” Menteri Feng Zhui mendekat ke arah Adrian sedekat mungkin meskipun jeruji besi tetap menghalangi.“Kami menghubungi Pangeran Yuasa,” balas Damian yang berada satu sel dengan Adrian.Menteri Feng Zhui mendengar cerita bagaimana mereka berdua menyusup hingga tertangkap. Terlih
Aurum masih berlari, napasnya tersengal-sengal. Matanya menatap perjalanan jauh yang tidak mungkin bisa dia tempuh dengan berlari saja. Akhirnya dia mencari seekor kuda dan menungganginya hingga ke hutan Onyx.“Yuasa, semoga aku tidak terlambat,” gumam Aurum.Aurum menatap hutan dan berteriak kencang hingga menggetarkan penghuni hutan Onyx. Seseuatu terjadi setelah dia berteriak, dia merasakan kekuatannya kembali. Tanpa membuang waktu, Aurum berubah kembali menjadi naga keemasan dan terbang langsung ke pegunungan Jade.Puncak pegunungan Jade terlihat berasap. Aurum mendarat dan melihat Kota Naga kembali menjadi puing-puing. Kota yang baru saja dibangun hancur dalam sekejap.“Yuasa!”Teriak Aurum dengan benaknya. Tidak ada jawaban yang terdengar. Aurum mulai panik dia terbang kembali ke bangunan utama Kota Naga, tempat tinggal Yuasa ketika berada di sini.“Yuasa!”Teriakan Aurum disertai suara naga yang meraung kencang. Kembali tidak ada jawaban.“Tidak, tidak mungkin Yuasa telah ....”
“Hanya ada satu kemungkinan. Jebakan naga sudah pernah dibuat pada masa lalu, hanya ada satu keluarga yang membuatnya, keluarga Schwarz. Mereka sering menggunakan perangkap, salah satunya adalah jebakan naga. Keahlian keluarga Schwarz dalam membuat jebakan sangat hebat, itu artinya dia mendapatkan perangkap naga dari Leiz Schwarz,” terang Alden Blackdragon. Dia pun menceritakan bagaimana keluarga ini menciptakan perangkap naga dan ikut andil dalam musnahnya para naga di puncak pegunungan Jade, Kota Naga.“Apa perangkap ini menggunakan kristal hitam?” Aurum menatap tajam ke arah pria tua di hadapannya.“Ya,” jawab Alden.Aurum langsung menoleh ke arah Pangeran Yuasa yang kini semakin pucat, “Apa kau terkena kontaminasi?”“Tidak, aku hanya lelah,” jawab Pangeran Yuasa. Dia menarik tangannya ke belakang seakan sengaja menyembunyikannya.Rosaline yang tidak percaya menarik tangan Pangeran Yuasa yang sengaja disembunyikan. “Apa ini?”Tangan kanan Pangeran Yuasa menghitam, hanya bagian jari