Satu minggu yang lalu.Kota Red ruby didatangi arak-arakan kereta kuda. Kereta kuda dengan simbol kerajaan memasuki gerbang utama dan terus berjalan dan berhenti di salah satu rumah bangsawan Rubyheart. Semua orang penasaran dengan kedatangan salah satu kereta kuda yang merupakan kereta milik sang raja. Gosip pun menyebar di antara mereka.“Yang Mulia.” Pemilik rumah yang merupakan kepala keluarga Rubyheart terkejut saat melihat Raja Yuichi turun dari kereta kuda bersama dengan beberapa pengawal kerajaan.“Tuan Reymond Rubyheart, maafkan kedatangan saya yang tiba-tiba.” Raja Yuichi memberi salam kepada pemilik rumah yang masih kebingungan dengan kedatangannya.“Ah, maafkan ketidaksopanan saya, Yang Mulia. Silakan masuk.” Pria berambut merah itu membukakan pintu lebar-lebar mempersilakan sang raja untuk masuk. Para pengawal tetap berada di luar hanya sang raja saja yang masuk ke dalam.“Silakan duduk, Yang Mulia,” ucap Reymond sambil meminta pelayannya menyediakan hidangan untuk tamuny
Pangeran Yuasa bersama dengan Raja Yuichi memenuhi janjinya kembali ke Kota Red Ruby. Sambutan hangat diberikan oleh keluarga Rubyheart. Kepala keluarga Rubyheart, Raymond telah menyiapkan sebuah arena untuk menguji kekuatan dari Pangeran Yuasa.“Terima kasih, sambutannya,” ucap Raja Yuichi mendampingi putranya untuk melakukan ujian kekuatan.“Silakan duduk, Yang Mulia.” Raymond meminta pelayannya mengantarkan Raja Yuichi ke tempat duduk di bangku penonton.“Pangeran silakan.” Raymond meminta Pangeran Yuasa untuk bersiap dan memasuki arena pertarungan.Di sudut arena, Damian sudah bersiap. Dia yang akan bertarung dengan Pangeran Yuasa.“Kak, ingat jangan terlalu keras memukulnya,” bisik Rosaline sebelum mereka memasuki arena.“Tenang saja, kakakmu ini tidak akan melukai pangeran tampanmu itu,” bisik Damian.Sementara itu, keluarga Rubyheart yang lain mulai duduk di bangku penonton termasuk Rosaline.“Kak, di mana ayah?” bisik Rosaline.“Tadi ada,” balas Valeria mencari keberadaan ayah
Rosaline melepaskan pelukannya. Mereka berdua tersipu malu dan salah tingkah dihadapan kedua keluarga yang memperhatikan mereka. “Anak muda,” gumam Reymond melihat putrinya bersama Pangeran Yuasa. “Jadi bagaimana dengan lamaran kami?” Raja Yuichi tidak membuang waktu dan langsung menanyakan kejelasan hubungan antara kedua keluarga. “Yang Mulia, tentu saja keluarga kami sangat tersanjung dengan lamaran tersebut. Mana mungkin kami menolak, lagi pula mereka berdua saling mencintai bukankah tidak baik memisahkan mereka,” jawab Reymond. Pria ini berusaha tersenyum di depan Raja Yuichi meskipun menahan rasa sakit di tubuhnya. “Tuan Reymond, izinkan saya mengobati luka-luka Anda,” lanjut Raja Yuichi yang dijawab dengan gelengan kepala. “Tidak, Yang Mulia, saya ingin luka ini sembuh dengan sendirinya. Saya ingin mengingat kesombongan yang telah menjatuhkan diri saya sendiri. Saya terlalu percaya diri, ternyata Pangeran Yuasa bukanlah pangeran yang lemah, saya terlalu meremehkannya,” sahut
“Rasakan dan dengarkan suaranya, Yuasa,” perintah Raja Yuichi menekan tangan Pangeran Yuasa ke kristal cahaya. “Saya tidak mendengarnya, kristal ini tidak bersuara,” balas Pangeran Yuasa. Pria dengan mata kehijauan itu menatap putra pertamanya dengan sendu menggelengkan kepalanya serta menghela napas berat, “Kita istirahat dulu.” “Kenapa, padahal sudah jelas saat itu kristal cahaya mengakui Yuasa, kenapa kristal ini tidak bersuara padanya. Sekarang aku sudah kehilangan kemampuanku. Tanpa pemurnian, negeri ini akan mulai terkontaminasi.” Raja Yuichi menghela napas berat sekali lagi, dia ingin Pangeran Yuasa secepatnya menguasai kemampuan pemurnian. Namun, jika suara kristal tidak bisa didengar maka akan sulit melakukan latihan. “Ayah … ayahanda!” panggil Pangeran Yuasa yang melihat Raja Yuichi terdiam. “Ya!” Dia menoleh ke arah Pangeran Yuasa yang terlihat khawatir. Senyuman tipis tergambar lembut dan dia pun mengusap puncak kepala sang pangeran. “Tidak apa-apa, ayo kita makan sian
“Yuichi!” Naga hijau itu mulai panik saat menyadari penunggangnya mulai kehilangan kesadaran. “Mantra apa yang gadis itu lemparkan,” geram naga kehijauan itu. Meskipun dia marah, mencari jalan kembali ke dunia kristal merupakan prioritas utama saat ini. Dia harus segera mendapatkan bantuan untuk menolong pemuda yang berada di punggungnya. Kepakan sayap semakin pelan, naga kehijauan itu tidak bisa terbang dengan kecepatan maksimal dengan kondisi penunggannya yang sudah benar-benar tidak sadarkan diri. Hutan Onyx mulai terlihat dan dengan sigap naga itu berhenti di sebuah rumah yang berada di tengah hutan. Seorang pria bertubuh kekar sontak kaget melihat seekor naga hijau yang terbang rendah. Dia melihat ada penunggang di punggung naga itu. “Yuichi!” Pria itu bergegas membawa pemuda di punggung naga masuk ke dalam rumah. “Rafael! Kemarilah,” teriak pria itu dengan lantang lalu datang seorang anak kecil mendekatinya. “Kenapa dia?”
Yuichi membawa Rafael bersamanya. Dia kembali melewati perbatasan dunia kristal dan dunia manusia. Sebuah pelindung yang menyekat keduanya membuat tuberlensi sehingga mereka harus berhadapan dengan pusaran angin yang ganas. “Rafael, barrier!” perintah Yuichi dan anak kecil itu menyelimuti naga hijau itu dengan sebuah perisai pelindung. Pusaran angin yang menghantam terhalang pelindung sehingga keempatnya tidak terluka sedikitpun hingga mendarat di Istana Persik. Yuichi tidak perlu bersusah payah mencari gadis itu karena dia berada di bawah pohon persik, seakan-akan tahu hari ini dirinya akan datang. “Kebetulan sekali, aku ingin bicara denganmu,” ucap Yuichi mendekati gadis itu. “Bukan kebetulan, tidak ada yang kebetulan di dunia ini,” jawab gadis itu mengangguk. “Maksudmu kau sudah tahu aku akan datang?” Mata Yuichi menyipit memandang gadis ini, dia sangat cantik, jika saja dia bukan manusia pasti lebih sempurna. Gadis itu mendongak da
Langkah seseorang terdengar mendekati Aurum. Naga keemasan itu membuka matanya.“Yuasa, bangun!” Melalui benaknya dia berusaha membangunkan Pangeran Yuasa yang tertidur bersamanya.“Yuasa!” Kali ini dia menggunakan moncongnya untuk membangunkan pangeran tidur yang masih terlelap.“Yuasa,” ucap pria yang baru saja datang. Dia dengan lembut menguncang tubuh Pangeran Yuasa yang belum juga bangun.“Lima menit lagi,” gumam Pangeran Yuasa.“Yuasa, bangunlah,” bisik Raja Yuichi di telinga Pangeran Yuasa.Sebuah langkah kecil datang mendekat, langkah yang lebih ringan. Baik Raja Yuichi maupun Aurum menoleh untuk melihat siapa pemilik langkah itu.“Rosaline.”Keduanya menyebut nama gadis itu dalam hati tanpa terucap.Gadis itu membungkuk memberi salam kepada Raja Yuichi dan juga Aurum, sang Naga.“Biar saya yang membangunkannya,” ucap gadis itu mendekat dan Raja Yuichi mengangguk lalu memberi ruang untuk Rosaline membangunkan pangeran tidur itu.“Pangeran, bangunlah.” Suara Rosaline seperti me
Raja Yuichi berjalan ke aula di mana kristal cahaya berada. Dia menyentuh kristal itu. Helaan napas berat dihembuskannya, dia tidak lagi bisa merasakan atau pun mendengar suara kristal.“Yuichi!” Kristal cahaya memanggil dirinya, tetapi Raja Yuichi tak lagi bisa mendengar.“Yuichi, kau dalam bahaya!” Kristal cahaya berusaha memperingatkan. Namun, semua itu sia-sia, Raja Yuichi berjalan menjauh dari kristal cahaya.Seorang penjaga melapor bahwa Jenderal Quattro ingin menemuinya.“Suruh dia masuk,” titah Raja Yuichi. Dia berjalan ke arah singgasana dan duduk di sana. Raja Yuichi melihat Jenderal Quattro masuk dan memberinya salam.“Salam, Yang Mulia,” ucap Jenderal Quattro.Selanjutnya jenderal itu memberikan laporan tentang kondisi perbatasan.“Kau masih menyisakan orang-orang di sekitar gerbang dunia bawah?” Raja Yuichi menyipitkan matanya menatap Jenderal Quattro.Jenderal Quattro tersenyum simpul. “Yang Mulia, mereka hanya berjaga kalau makhluk terkutuk dari dunia bawah berani kelua