Sebuah kesempatan diberikan oleh kepala Akademi Raja dan Ratu tentu saja Pangeran Yuasa tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia bersama Aurum sudah sampai di atas Akademi, tetapi mereka berdua bingung.“Aurum, bagaimana ini? Apa kau mau tinggal bersama para hewan tunggangan?” Pangeran Yuasa bingung menempatkan Aurum. Asrama tidak akan bisa menampung tubuhnya yang besar. Sementara jika Aurum berada di tempat perawatan hewan tunggangan, Pangeran Yuasa tidak bisa dekat dengannya. “Kau sendiri, apa maumu?” Suara serak naga menggema di kepala Pangeran Yuasa.“Aku tidak mau berpisah denganmu, tetapi halaman asrama juga tidak bisa menampung mu,” balas Pangeran Yuasa bingung.“Itu mudah,” balas Aurum dan tubuhnya bersinar lalu berubah bentuk. Saat tubuh sang naga berubah, Pangeran Yuasa terjatuh.“Aurum!” teriak Pangeran Yuasa.“Celaka, aku lupa Yuasa masih di punggungku,” gumam Aurum yang langsung mengejar Pangeran Yuasa. Tubuh sang pangeran meluncur cepat ditarik gaya gravitasi. “
Pangeran Yuasa mengejar Rosaline. Dia memanggil nama Rosaline beberapa kali. Namun, gadis yang dia maksud tetap berjalan tanpa menoleh seakan tidak mendengar panggilannya.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa sambil menepuk pundak gadis itu.“Eh?” Gadis itu menoleh, meskipun memiliki rambut merah bergelombang yang sama, tetapi ternyata dia bukan Rosaline.“Maaf,” ucap Pangeran Yuasa yang ternyata salah orang. Dia mundur beberapa langkah lalu berbalik.“Kenapa aku ini, bayangan Rosaline terus saja terngiang-ngiang,” gumam Pangeran Yuasa. Sementara itu di balik sebuah tembok Rosaline memperhatikan sang pangeran, rasa sesak terasa di dalam dada. “Pangeran mencariku.” Dia hanya bisa bersembunyi, tidak mungkin baginya menemui Pangeran Yuasa setelah statusnya sebagai pengawal telah dicabut oleh Raja Yuichi. “Andai saja kami hanya orang biasa,” gumam Rosaline menatap wajah kecewa dan sedih Pangeran Yuasa yang berjalan lunglai. “Pangeran, kenapa harus seperti ini. Ayah tidak mau pria ya
Mereka bertiga mengambil jadwal semester berikut dengan pembagian kelasnya.“Apa kita sekelas lagi?” tanya Pangeran Yuasa yang penasaran. Dia membuka amplop kelasnya dan mendapati kelas yang sama dengan Pangeran Rainsword.Wajah cemberut terlihat pada Recca yang mendapat kelas berbeda, dia meremas kertas yang ada di tangannya.“Hei, ini hanya pembagian kelas, ayolah tak perlu seperti itu,” ujar Pangeran Yuasa.“Kelas dibagi berdasarkan status, karena akan ada pembagian kelas khusus antara putra mahkota dengan bangsawan dan pangeran. Kalian berdua mulai semester ini akan belajar khusus untuk para putra mahkota karena kalian nantinya akan menjadi raja bagi negara kalian masing-masing. Kami yang berstatus pangeran dan bangsawan tidak akan mendapatkan semua yang akan kalian pelajari nantinya. Inilah mengapa akademi ini bernama Akademi Raja dan Ratu. Saat bersosialisasi nanti kalian juga hanya akan diperkenalkan dengan para kandidat yang pantas sebagai calon ratu. Para putri yang bisa menj
“Sudah cukup untuk hari ini,” ucap Agni, Kepala Akademi Raja dan Ratu yang saat ini sedang menemani pangeran Yuasa berlatih. “Masih belum!” seru pangeran Yuasa kembali mengayunkan pedangnya dan ditepis dengan mudah oleh pria berambut jingga ini. “Kau sudah lelah, Pangeran.” Pria ini menghela napas, berjalan menjauhi sang pangeran dan masuk ke dalam ruangan. Sementara Pangeran Yuasa masih berdiri di tempat latihan. “Sudah berlatih sejauh ini tetapi masih juga belum seberapa. Aku bahkan tidak bisa bertarung satu lawan satu dengan Recca.” Frustasi, Pangeran Yuasa yang ingin segera bisa dan menguasai secepatnya kemampuan untuk bertarung membuat dirinya lupa, semua butuh proses. Agni memperhatikan Pangeran Yuasa yang terluhat begitu tergesa-gesa ingin segera bisa menguasai semuanya hanya menggelengkan kepalanya. “Lihatlah, Recca ada yang lebih keras kepala dibandingkan denganmu. Kau bisa melihatnya, kenapa dia tidak cepat berkembang?” Agni menoleh sepintas ke arah putra semata wayangn
Rosaline berjalan sedikit berjingkat-jingkat dengan wajah tersenyum membayangkan detik-detik saat dia bersama sang pangeran. Sesekali dia berputar seperti saat sedang berdansa.“Hm, yang baru jadi Cinderella sudah pulang.”Suara Serafina membuat senyuman Rosaline makin berkembang dia menarik kedua tangan gadis itu dan mengajaknya berputar-putar di tempat.“Katakan ini bukan mimpi, Serafina!” Gelak tawa terdengar dari Serafina dan gelengan kepala melihat tingkah Rosaline yang terbang ke awan bersama dengan semua khayalannya.“Bukan mimpi, Rosaline, tapi ingat siapa dirimu,” balas Serafina. Rosaline bagai terbang ke langit lalu dijatuhkan ke bumi saat mendengar ucapan Serafina. Wajah penuh kebahagiaan itu tiba-tiba lenyap seketika.“Kau benar.” Gadis berambut merah itu berjalan lalu melemparkan tubuhnya di atas kasur empuk. Menatap langit-langit kamar yang bercat putih dengan lampu yang menyala terang.“Aku berharap kami bukanlah pangeran dan pengawal, hanya orang biasa saja.”Serafi
Pangeran Yuasa berlari saat melihat Rosaline sudah menunggunya di gerbang akademi. Gadis berambut merah itu mengenakan tunik berwarna biru tua. Dia menoleh saat Pangeran Yuasa memanggilnya.“Jadi kita mau ke mana?” tanya Rosaline. Dia berusaha tersenyum lembut menyembunyikan debaran di dada yang sudah berlari maraton. Rosaline terus saja teringat kata-kata Serafina bahwa sang pangeran akan mengajaknya kencan hari ini.“Aurum ingin jalan-jalan dan aku bosan jika hanya kami berdua. Kita ke pusat perbelanjaan dan membeli makanan untuk perut naga yang kelaparan ini.” Pangeran Yuasa menoleh ke arah samping dan seorang pemuda yang sama persis dengan Pangeran Yuasa muncul.“Oh.”Rosaline merasa kecewa, ternyata mereka tidak pergi berdua saja.“Harusnya aku tahu,” batin Rosaline. Di luar ekspektasinya, ternyata Pangeran Yuasa hanya ingin ditemani. Itu pun menemani naganya untuk jalan-jalan.“Aurum, itu sudah banyak nanti perutmu sakit kalau terlalu banyak makan. Bagaimana kalau sampai terlalu
Satu minggu yang lalu.Kota Red ruby didatangi arak-arakan kereta kuda. Kereta kuda dengan simbol kerajaan memasuki gerbang utama dan terus berjalan dan berhenti di salah satu rumah bangsawan Rubyheart. Semua orang penasaran dengan kedatangan salah satu kereta kuda yang merupakan kereta milik sang raja. Gosip pun menyebar di antara mereka.“Yang Mulia.” Pemilik rumah yang merupakan kepala keluarga Rubyheart terkejut saat melihat Raja Yuichi turun dari kereta kuda bersama dengan beberapa pengawal kerajaan.“Tuan Reymond Rubyheart, maafkan kedatangan saya yang tiba-tiba.” Raja Yuichi memberi salam kepada pemilik rumah yang masih kebingungan dengan kedatangannya.“Ah, maafkan ketidaksopanan saya, Yang Mulia. Silakan masuk.” Pria berambut merah itu membukakan pintu lebar-lebar mempersilakan sang raja untuk masuk. Para pengawal tetap berada di luar hanya sang raja saja yang masuk ke dalam.“Silakan duduk, Yang Mulia,” ucap Reymond sambil meminta pelayannya menyediakan hidangan untuk tamuny
Pangeran Yuasa bersama dengan Raja Yuichi memenuhi janjinya kembali ke Kota Red Ruby. Sambutan hangat diberikan oleh keluarga Rubyheart. Kepala keluarga Rubyheart, Raymond telah menyiapkan sebuah arena untuk menguji kekuatan dari Pangeran Yuasa.“Terima kasih, sambutannya,” ucap Raja Yuichi mendampingi putranya untuk melakukan ujian kekuatan.“Silakan duduk, Yang Mulia.” Raymond meminta pelayannya mengantarkan Raja Yuichi ke tempat duduk di bangku penonton.“Pangeran silakan.” Raymond meminta Pangeran Yuasa untuk bersiap dan memasuki arena pertarungan.Di sudut arena, Damian sudah bersiap. Dia yang akan bertarung dengan Pangeran Yuasa.“Kak, ingat jangan terlalu keras memukulnya,” bisik Rosaline sebelum mereka memasuki arena.“Tenang saja, kakakmu ini tidak akan melukai pangeran tampanmu itu,” bisik Damian.Sementara itu, keluarga Rubyheart yang lain mulai duduk di bangku penonton termasuk Rosaline.“Kak, di mana ayah?” bisik Rosaline.“Tadi ada,” balas Valeria mencari keberadaan ayah