Rosaline berjalan sedikit berjingkat-jingkat dengan wajah tersenyum membayangkan detik-detik saat dia bersama sang pangeran. Sesekali dia berputar seperti saat sedang berdansa.“Hm, yang baru jadi Cinderella sudah pulang.”Suara Serafina membuat senyuman Rosaline makin berkembang dia menarik kedua tangan gadis itu dan mengajaknya berputar-putar di tempat.“Katakan ini bukan mimpi, Serafina!” Gelak tawa terdengar dari Serafina dan gelengan kepala melihat tingkah Rosaline yang terbang ke awan bersama dengan semua khayalannya.“Bukan mimpi, Rosaline, tapi ingat siapa dirimu,” balas Serafina. Rosaline bagai terbang ke langit lalu dijatuhkan ke bumi saat mendengar ucapan Serafina. Wajah penuh kebahagiaan itu tiba-tiba lenyap seketika.“Kau benar.” Gadis berambut merah itu berjalan lalu melemparkan tubuhnya di atas kasur empuk. Menatap langit-langit kamar yang bercat putih dengan lampu yang menyala terang.“Aku berharap kami bukanlah pangeran dan pengawal, hanya orang biasa saja.”Serafi
Pangeran Yuasa berlari saat melihat Rosaline sudah menunggunya di gerbang akademi. Gadis berambut merah itu mengenakan tunik berwarna biru tua. Dia menoleh saat Pangeran Yuasa memanggilnya.“Jadi kita mau ke mana?” tanya Rosaline. Dia berusaha tersenyum lembut menyembunyikan debaran di dada yang sudah berlari maraton. Rosaline terus saja teringat kata-kata Serafina bahwa sang pangeran akan mengajaknya kencan hari ini.“Aurum ingin jalan-jalan dan aku bosan jika hanya kami berdua. Kita ke pusat perbelanjaan dan membeli makanan untuk perut naga yang kelaparan ini.” Pangeran Yuasa menoleh ke arah samping dan seorang pemuda yang sama persis dengan Pangeran Yuasa muncul.“Oh.”Rosaline merasa kecewa, ternyata mereka tidak pergi berdua saja.“Harusnya aku tahu,” batin Rosaline. Di luar ekspektasinya, ternyata Pangeran Yuasa hanya ingin ditemani. Itu pun menemani naganya untuk jalan-jalan.“Aurum, itu sudah banyak nanti perutmu sakit kalau terlalu banyak makan. Bagaimana kalau sampai terlalu
Satu minggu yang lalu.Kota Red ruby didatangi arak-arakan kereta kuda. Kereta kuda dengan simbol kerajaan memasuki gerbang utama dan terus berjalan dan berhenti di salah satu rumah bangsawan Rubyheart. Semua orang penasaran dengan kedatangan salah satu kereta kuda yang merupakan kereta milik sang raja. Gosip pun menyebar di antara mereka.“Yang Mulia.” Pemilik rumah yang merupakan kepala keluarga Rubyheart terkejut saat melihat Raja Yuichi turun dari kereta kuda bersama dengan beberapa pengawal kerajaan.“Tuan Reymond Rubyheart, maafkan kedatangan saya yang tiba-tiba.” Raja Yuichi memberi salam kepada pemilik rumah yang masih kebingungan dengan kedatangannya.“Ah, maafkan ketidaksopanan saya, Yang Mulia. Silakan masuk.” Pria berambut merah itu membukakan pintu lebar-lebar mempersilakan sang raja untuk masuk. Para pengawal tetap berada di luar hanya sang raja saja yang masuk ke dalam.“Silakan duduk, Yang Mulia,” ucap Reymond sambil meminta pelayannya menyediakan hidangan untuk tamuny
Pangeran Yuasa bersama dengan Raja Yuichi memenuhi janjinya kembali ke Kota Red Ruby. Sambutan hangat diberikan oleh keluarga Rubyheart. Kepala keluarga Rubyheart, Raymond telah menyiapkan sebuah arena untuk menguji kekuatan dari Pangeran Yuasa.“Terima kasih, sambutannya,” ucap Raja Yuichi mendampingi putranya untuk melakukan ujian kekuatan.“Silakan duduk, Yang Mulia.” Raymond meminta pelayannya mengantarkan Raja Yuichi ke tempat duduk di bangku penonton.“Pangeran silakan.” Raymond meminta Pangeran Yuasa untuk bersiap dan memasuki arena pertarungan.Di sudut arena, Damian sudah bersiap. Dia yang akan bertarung dengan Pangeran Yuasa.“Kak, ingat jangan terlalu keras memukulnya,” bisik Rosaline sebelum mereka memasuki arena.“Tenang saja, kakakmu ini tidak akan melukai pangeran tampanmu itu,” bisik Damian.Sementara itu, keluarga Rubyheart yang lain mulai duduk di bangku penonton termasuk Rosaline.“Kak, di mana ayah?” bisik Rosaline.“Tadi ada,” balas Valeria mencari keberadaan ayah
Rosaline melepaskan pelukannya. Mereka berdua tersipu malu dan salah tingkah dihadapan kedua keluarga yang memperhatikan mereka. “Anak muda,” gumam Reymond melihat putrinya bersama Pangeran Yuasa. “Jadi bagaimana dengan lamaran kami?” Raja Yuichi tidak membuang waktu dan langsung menanyakan kejelasan hubungan antara kedua keluarga. “Yang Mulia, tentu saja keluarga kami sangat tersanjung dengan lamaran tersebut. Mana mungkin kami menolak, lagi pula mereka berdua saling mencintai bukankah tidak baik memisahkan mereka,” jawab Reymond. Pria ini berusaha tersenyum di depan Raja Yuichi meskipun menahan rasa sakit di tubuhnya. “Tuan Reymond, izinkan saya mengobati luka-luka Anda,” lanjut Raja Yuichi yang dijawab dengan gelengan kepala. “Tidak, Yang Mulia, saya ingin luka ini sembuh dengan sendirinya. Saya ingin mengingat kesombongan yang telah menjatuhkan diri saya sendiri. Saya terlalu percaya diri, ternyata Pangeran Yuasa bukanlah pangeran yang lemah, saya terlalu meremehkannya,” sahut
“Rasakan dan dengarkan suaranya, Yuasa,” perintah Raja Yuichi menekan tangan Pangeran Yuasa ke kristal cahaya. “Saya tidak mendengarnya, kristal ini tidak bersuara,” balas Pangeran Yuasa. Pria dengan mata kehijauan itu menatap putra pertamanya dengan sendu menggelengkan kepalanya serta menghela napas berat, “Kita istirahat dulu.” “Kenapa, padahal sudah jelas saat itu kristal cahaya mengakui Yuasa, kenapa kristal ini tidak bersuara padanya. Sekarang aku sudah kehilangan kemampuanku. Tanpa pemurnian, negeri ini akan mulai terkontaminasi.” Raja Yuichi menghela napas berat sekali lagi, dia ingin Pangeran Yuasa secepatnya menguasai kemampuan pemurnian. Namun, jika suara kristal tidak bisa didengar maka akan sulit melakukan latihan. “Ayah … ayahanda!” panggil Pangeran Yuasa yang melihat Raja Yuichi terdiam. “Ya!” Dia menoleh ke arah Pangeran Yuasa yang terlihat khawatir. Senyuman tipis tergambar lembut dan dia pun mengusap puncak kepala sang pangeran. “Tidak apa-apa, ayo kita makan sian
“Yuichi!” Naga hijau itu mulai panik saat menyadari penunggangnya mulai kehilangan kesadaran. “Mantra apa yang gadis itu lemparkan,” geram naga kehijauan itu. Meskipun dia marah, mencari jalan kembali ke dunia kristal merupakan prioritas utama saat ini. Dia harus segera mendapatkan bantuan untuk menolong pemuda yang berada di punggungnya. Kepakan sayap semakin pelan, naga kehijauan itu tidak bisa terbang dengan kecepatan maksimal dengan kondisi penunggannya yang sudah benar-benar tidak sadarkan diri. Hutan Onyx mulai terlihat dan dengan sigap naga itu berhenti di sebuah rumah yang berada di tengah hutan. Seorang pria bertubuh kekar sontak kaget melihat seekor naga hijau yang terbang rendah. Dia melihat ada penunggang di punggung naga itu. “Yuichi!” Pria itu bergegas membawa pemuda di punggung naga masuk ke dalam rumah. “Rafael! Kemarilah,” teriak pria itu dengan lantang lalu datang seorang anak kecil mendekatinya. “Kenapa dia?”
Yuichi membawa Rafael bersamanya. Dia kembali melewati perbatasan dunia kristal dan dunia manusia. Sebuah pelindung yang menyekat keduanya membuat tuberlensi sehingga mereka harus berhadapan dengan pusaran angin yang ganas. “Rafael, barrier!” perintah Yuichi dan anak kecil itu menyelimuti naga hijau itu dengan sebuah perisai pelindung. Pusaran angin yang menghantam terhalang pelindung sehingga keempatnya tidak terluka sedikitpun hingga mendarat di Istana Persik. Yuichi tidak perlu bersusah payah mencari gadis itu karena dia berada di bawah pohon persik, seakan-akan tahu hari ini dirinya akan datang. “Kebetulan sekali, aku ingin bicara denganmu,” ucap Yuichi mendekati gadis itu. “Bukan kebetulan, tidak ada yang kebetulan di dunia ini,” jawab gadis itu mengangguk. “Maksudmu kau sudah tahu aku akan datang?” Mata Yuichi menyipit memandang gadis ini, dia sangat cantik, jika saja dia bukan manusia pasti lebih sempurna. Gadis itu mendongak da