Sedikit kesal, tetapi Pangeran Yuasa merasa senang. Adrian berjanji akan membatalkan pinangannya kepada Rosaline, rasanya sangat melegakan mendengar hal itu.“Kita kembali ke istana?” tanya Aurum yang terbang berputar-putar di atas awan.“Ya, ke aula kerajaan, aku ingin menemui ayahanda,” balas Pangeran Yuasa. Naga keemasan itu melesat cepat menuju aula kerajaan. Suara dentuman terdengar sehingga tanah bergetar dirasakan oleh para pelayan yang kemudian menoleh ke arah mendaratnya sang naga. Pangeran Yuasa melompat dan berlari ke arah aula. Beberapa pelayan membungkuk memberi salam kepadanya dan hanya dibalas anggukan saja.“Salam, Yang Mulia,” ucap Pangeran Yuasa memberi salam dengan sopan sesuai tradisi.“Ada apa pangeranku?” Raja Yuichi yang duduk di singgasana menatap Pangeran Yuasa penuh tanya, wajah putranya terlihat begitu gembira. “Apa ada berita baik?”“Ayahanda, seperti yang Ayahanda sampaikan. Saya baru saja menantang Adrian,” jawab Pangeran Yuasa yang membuat Raja Yu
Sebuah kesempatan diberikan oleh kepala Akademi Raja dan Ratu tentu saja Pangeran Yuasa tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia bersama Aurum sudah sampai di atas Akademi, tetapi mereka berdua bingung.“Aurum, bagaimana ini? Apa kau mau tinggal bersama para hewan tunggangan?” Pangeran Yuasa bingung menempatkan Aurum. Asrama tidak akan bisa menampung tubuhnya yang besar. Sementara jika Aurum berada di tempat perawatan hewan tunggangan, Pangeran Yuasa tidak bisa dekat dengannya. “Kau sendiri, apa maumu?” Suara serak naga menggema di kepala Pangeran Yuasa.“Aku tidak mau berpisah denganmu, tetapi halaman asrama juga tidak bisa menampung mu,” balas Pangeran Yuasa bingung.“Itu mudah,” balas Aurum dan tubuhnya bersinar lalu berubah bentuk. Saat tubuh sang naga berubah, Pangeran Yuasa terjatuh.“Aurum!” teriak Pangeran Yuasa.“Celaka, aku lupa Yuasa masih di punggungku,” gumam Aurum yang langsung mengejar Pangeran Yuasa. Tubuh sang pangeran meluncur cepat ditarik gaya gravitasi. “
Pangeran Yuasa mengejar Rosaline. Dia memanggil nama Rosaline beberapa kali. Namun, gadis yang dia maksud tetap berjalan tanpa menoleh seakan tidak mendengar panggilannya.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa sambil menepuk pundak gadis itu.“Eh?” Gadis itu menoleh, meskipun memiliki rambut merah bergelombang yang sama, tetapi ternyata dia bukan Rosaline.“Maaf,” ucap Pangeran Yuasa yang ternyata salah orang. Dia mundur beberapa langkah lalu berbalik.“Kenapa aku ini, bayangan Rosaline terus saja terngiang-ngiang,” gumam Pangeran Yuasa. Sementara itu di balik sebuah tembok Rosaline memperhatikan sang pangeran, rasa sesak terasa di dalam dada. “Pangeran mencariku.” Dia hanya bisa bersembunyi, tidak mungkin baginya menemui Pangeran Yuasa setelah statusnya sebagai pengawal telah dicabut oleh Raja Yuichi. “Andai saja kami hanya orang biasa,” gumam Rosaline menatap wajah kecewa dan sedih Pangeran Yuasa yang berjalan lunglai. “Pangeran, kenapa harus seperti ini. Ayah tidak mau pria ya
Mereka bertiga mengambil jadwal semester berikut dengan pembagian kelasnya.“Apa kita sekelas lagi?” tanya Pangeran Yuasa yang penasaran. Dia membuka amplop kelasnya dan mendapati kelas yang sama dengan Pangeran Rainsword.Wajah cemberut terlihat pada Recca yang mendapat kelas berbeda, dia meremas kertas yang ada di tangannya.“Hei, ini hanya pembagian kelas, ayolah tak perlu seperti itu,” ujar Pangeran Yuasa.“Kelas dibagi berdasarkan status, karena akan ada pembagian kelas khusus antara putra mahkota dengan bangsawan dan pangeran. Kalian berdua mulai semester ini akan belajar khusus untuk para putra mahkota karena kalian nantinya akan menjadi raja bagi negara kalian masing-masing. Kami yang berstatus pangeran dan bangsawan tidak akan mendapatkan semua yang akan kalian pelajari nantinya. Inilah mengapa akademi ini bernama Akademi Raja dan Ratu. Saat bersosialisasi nanti kalian juga hanya akan diperkenalkan dengan para kandidat yang pantas sebagai calon ratu. Para putri yang bisa menj
“Sudah cukup untuk hari ini,” ucap Agni, Kepala Akademi Raja dan Ratu yang saat ini sedang menemani pangeran Yuasa berlatih. “Masih belum!” seru pangeran Yuasa kembali mengayunkan pedangnya dan ditepis dengan mudah oleh pria berambut jingga ini. “Kau sudah lelah, Pangeran.” Pria ini menghela napas, berjalan menjauhi sang pangeran dan masuk ke dalam ruangan. Sementara Pangeran Yuasa masih berdiri di tempat latihan. “Sudah berlatih sejauh ini tetapi masih juga belum seberapa. Aku bahkan tidak bisa bertarung satu lawan satu dengan Recca.” Frustasi, Pangeran Yuasa yang ingin segera bisa dan menguasai secepatnya kemampuan untuk bertarung membuat dirinya lupa, semua butuh proses. Agni memperhatikan Pangeran Yuasa yang terluhat begitu tergesa-gesa ingin segera bisa menguasai semuanya hanya menggelengkan kepalanya. “Lihatlah, Recca ada yang lebih keras kepala dibandingkan denganmu. Kau bisa melihatnya, kenapa dia tidak cepat berkembang?” Agni menoleh sepintas ke arah putra semata wayangn
Rosaline berjalan sedikit berjingkat-jingkat dengan wajah tersenyum membayangkan detik-detik saat dia bersama sang pangeran. Sesekali dia berputar seperti saat sedang berdansa.“Hm, yang baru jadi Cinderella sudah pulang.”Suara Serafina membuat senyuman Rosaline makin berkembang dia menarik kedua tangan gadis itu dan mengajaknya berputar-putar di tempat.“Katakan ini bukan mimpi, Serafina!” Gelak tawa terdengar dari Serafina dan gelengan kepala melihat tingkah Rosaline yang terbang ke awan bersama dengan semua khayalannya.“Bukan mimpi, Rosaline, tapi ingat siapa dirimu,” balas Serafina. Rosaline bagai terbang ke langit lalu dijatuhkan ke bumi saat mendengar ucapan Serafina. Wajah penuh kebahagiaan itu tiba-tiba lenyap seketika.“Kau benar.” Gadis berambut merah itu berjalan lalu melemparkan tubuhnya di atas kasur empuk. Menatap langit-langit kamar yang bercat putih dengan lampu yang menyala terang.“Aku berharap kami bukanlah pangeran dan pengawal, hanya orang biasa saja.”Serafi
Pangeran Yuasa berlari saat melihat Rosaline sudah menunggunya di gerbang akademi. Gadis berambut merah itu mengenakan tunik berwarna biru tua. Dia menoleh saat Pangeran Yuasa memanggilnya.“Jadi kita mau ke mana?” tanya Rosaline. Dia berusaha tersenyum lembut menyembunyikan debaran di dada yang sudah berlari maraton. Rosaline terus saja teringat kata-kata Serafina bahwa sang pangeran akan mengajaknya kencan hari ini.“Aurum ingin jalan-jalan dan aku bosan jika hanya kami berdua. Kita ke pusat perbelanjaan dan membeli makanan untuk perut naga yang kelaparan ini.” Pangeran Yuasa menoleh ke arah samping dan seorang pemuda yang sama persis dengan Pangeran Yuasa muncul.“Oh.”Rosaline merasa kecewa, ternyata mereka tidak pergi berdua saja.“Harusnya aku tahu,” batin Rosaline. Di luar ekspektasinya, ternyata Pangeran Yuasa hanya ingin ditemani. Itu pun menemani naganya untuk jalan-jalan.“Aurum, itu sudah banyak nanti perutmu sakit kalau terlalu banyak makan. Bagaimana kalau sampai terlalu
Satu minggu yang lalu.Kota Red ruby didatangi arak-arakan kereta kuda. Kereta kuda dengan simbol kerajaan memasuki gerbang utama dan terus berjalan dan berhenti di salah satu rumah bangsawan Rubyheart. Semua orang penasaran dengan kedatangan salah satu kereta kuda yang merupakan kereta milik sang raja. Gosip pun menyebar di antara mereka.“Yang Mulia.” Pemilik rumah yang merupakan kepala keluarga Rubyheart terkejut saat melihat Raja Yuichi turun dari kereta kuda bersama dengan beberapa pengawal kerajaan.“Tuan Reymond Rubyheart, maafkan kedatangan saya yang tiba-tiba.” Raja Yuichi memberi salam kepada pemilik rumah yang masih kebingungan dengan kedatangannya.“Ah, maafkan ketidaksopanan saya, Yang Mulia. Silakan masuk.” Pria berambut merah itu membukakan pintu lebar-lebar mempersilakan sang raja untuk masuk. Para pengawal tetap berada di luar hanya sang raja saja yang masuk ke dalam.“Silakan duduk, Yang Mulia,” ucap Reymond sambil meminta pelayannya menyediakan hidangan untuk tamuny
Raja Quattro dikejutkan dengan tanaman merambat yang mulai menjalar dan terus tumbuh di bawah kakinya. Tanaman itu mengikuti ke mana sang raja baru melangkah. Seakan tahu sasarannya, tanaman rambat itu mengikat kaki Raja Quattro.“Kau mengendalikan tanaman!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat mulai melilitnya dari bawah. Kakinya telah terikat sempurna hingga lutut. Dia berusaha memotong sulur-sulur yang merambat cepat.“Aku tidak menguasai pengendalian tanaman,” balas Pangeran Yuasa.Pangeran Yuasa juga bingung dengan kondisi angin yang bertiup bersamaan dengan helai dedaunan. Aroma mint lembut terbawa dalam hembusan angin hingga semua pasukan berhenti berlari saat menghirup aromanya.“Jangan berkilah, hentikan tanaman ini!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat itu kini membungkus seluruh kakinya hingga ke pinggang dan masih menjalar. Bukan hanya di bawah kaki Raja Quattro tanaman mulai tumbuh di seluruh bagian. Ada beberapa bunga kecil yang mulai mekar pula.“Ayahanda,” gumam
“Rosaline!” Damian menangkap tubuh Rosaline. Dia menepuk pipi adik perempuannya supaya sadar.Raja Quattro yang melihat barrier tujuh lapis. Rosaline menghilang menyeringai. Senyumannya membuat Damian merasa merinding. Tubuh Rosaline tiba-tiba terasa ringan. Damian yang melihat perubahan itu menyipitkan mata tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tubuh Rosaline yang sedang pingsan tiba-tiba berpindah dari tangan Damian ke tangan Raja Quattro tanpa disadarinya. Angin Raja Quattro yang memindahkannya secepat kilat.Keberadaan Rosaline di tangan Raja Quattro membuat mereka semua bergidik. Raja itu melakukan segala cara demi tercapai tujuannya.“Pangeran! Turun dan serahkan dirimu, atau ....” Raja Quattro memperlihatkan Rosaline yang berada di tangannya dan memberikan isyarat gerakan tangan di depan leher seperti diiris.“Bagaimana Yuasa?” Aurum yang bersatu dengan Pangeran Yuasa tidak bisa tinggal diam. Baginya Rosaline merupakan orang yang berharga, setidaknya dia menganggap gadis itu
Adrian merasa ada yang janggal. Saat mereka meninggalkan Istana Mawar, permaisuri menyambut mereka. Namun, saat ini meskipun keributan sangat besar terjadi tidak ada tanda-tanda keberadaan permaisuri.“Tunggu.” Adrian menghentikan Pangeran Yuan yang akan membuka pintu ke kamar Raja Yuichi.“Ada apa?”Kedua anak kembar itu saling berpandangan kemudian melihat ke arah Adrian.“Kalian tunggu sebentar,” ucap Adrian meminta kedua anak kembar ini menunggu dan dia menyelinap masuk diam-diam.Tak lama berselang, Aurum bersama dengan Pangeran Yuasa masuk ke dalam.“Sedang apa?” tanya Aurum yang melihat dua anak sedang berdiri di depan pintu. Dia mencari tempat untuk meletakkan Pangeran Yuasa yang sedang tidak sadarkan diri. Setelah memindai ruangan dengan teliti dia menemukan ada kursi panjang dan akhirnya merebahkan Pangeran Yuasa di sana.“Apa yang terjadi dengan Kakak?” tanya Pangeran Yuan.“Kehabisan energi, sudah hal biasa,” jawab Aurum.Rosaline menanyakan keberadaan Adrian kepada Putri
Pangeran Yuasa berjalan menuju ke bangunan utama Istana Mawar. Mereka yang berada di depan sang pangeran menyingkir tanpa perintah. Semua orang seakan mendapatkan tekanan yang begitu berat dan tidak bisa beranjak dari tempatnya kecuali mereka yang menghalangi jalan seakan kakinya bergerak sendiri untuk memberi jalan sang pangeran. “Apa ini?!” batin Raja Quattro. Dia tidak bisa bergerak bahkan menunduk saat Pangeran Yuasa lewat di depannya. “Kau ingin tahu kekuatan apakah ini? Ini adalah kekuatan untuk mengendalikan, aku memang lemah tapi dengan kekuatan ini kau pun akan bertekuk lutut,” bisik Pangeran Yuasa di depan Raja Quattro. “Salam kepada Yang Mulia,” ucap Raja Quattro, ucapan yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulutnya. Dia berlutut di depan Pangeran Yuasa. Semua pengikut sang raja pun mengikuti apa yang dilakukannya. “Sial, bagaimana bisa tubuhku dipaksa seperti ini!” batin Raja Quattro mengumpat dalam hati, mengutuk sang pangeran atas perlakuannya merendahkan dirinya.
Aurum menerjang prajurit yang menghalanginya. Dia tidak peduli dengan mereka yang menghalangi dan berlari ke arah Pangeran Yuasa.“Yuasa!”Raja Quattro yang melihat Aurum mendekat mengangkat tangannya. Dia mengucapkan sesuatu dan angin besar menerbangkan Aurum, naga yang begitu besar seakan tidak memiliki berat. Aurum terhempas dan menimpa beberapa prajurit.“Dasar pengganggu.” Raja Quattro membuat pembatas, pembatas yang membuat gentar siapa pun yang ada di sana. Mereka berdua berada di tengah-tengah pusaran angin.“Siapa yang akan menolongmu sekarang, Pangeran? Kau bukan apa-apa tanpa teman-temanmu. Kau pikir aku tidak tahu, kau lemah, sangat lemah, hanya karena kau terlahir sebagai anak raja maka semua ini bisa kau miliki. Sungguh membuat iri. Aku yang berusaha sekuat tenaga, berjuang dari bawah hanya bisa menduduki posisi jenderal. Sementara kau akan menjadi raja? Enak saja. Aku juga bisa melakukan pemurnian, ternyata itu bukan kekuatan spesial.” Raja Quattro menyeringai. Dia mena
“Cepat, kita harus menolong ayah!” seru Pangeran Yuasa.Yuan terbang lebih dulu, dia dapat merasakan kekuatan kristal hitam yang begitu besar.“Aneh, kenapa kristal hitam sangat terasa di sini, ini akan sangat buruk untuk ayah dan kakak,” batin Pangeran Yuan. Dia mendekati Yui dan membicarakan tentang firasatnya.“Istana Mawar ada di depan.” Pangeran Yuasa memberikan komandonya.Putri Yui memperlambat terbangnya saat merasakan sesuatu yang tidak biasa.“Ada apa?” tanya Pangeran Yuasa saat melihat kedua adik kembarnya berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan mereka.“Itu!” Mata Pangeran Yuasa terbelalak, pasukan yang berjajar rapi mungkin lebih dari 10.000 prajurit ada di sana. Mereka dipimpin oleh Raja Quattro dan para jenderalnya.“Melawan mereka rasanya seperti menggali kubur sendiri,” gumam Rosaline.Sekuat-kuatnya mereka jika lawannya begitu banyak tetap saja akan sangat sulit.Pangeran Yuasa melihat pergerakan pasukan Damian dan yang lain menuju Istana Mawar. Pasukan mereka hany
Pangeran Yuasa terbang bersama dengan kedua adik kembarnya. Mereka mendarat di depan sebuah pintu besar yang terletak di tengah hutan.“Kurasa Aurum tidak akan muat,” ucap Pangeran Yuasa melihat sebuah pintu yang lebih besar dari pintu rumah pada umumnya, tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gerbang dimensi.Pangeran Yuan tersenyum, “Dia bisa berubah, kan,” sambung Pangeran Yuan.Aurum berubah wujud. Dia terlihat seperti Pangeran Yuasa, yang berbeda hanya warna matanya, tetap keemasan.“Aku pasti muat dengan wujud ini,” ucap Aurum tersenyum simpul.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa dan gadis itu mengangguk. Dia tahu dirinya diminta memasang barrier.“Tidak perlu,” tolak Pangeran Yuan saat gadis berambut merah itu akan memasangkan barrier padanya.“Tapi, Pangeran bisa terluka,” balas Rosaline.Pemuda dengan wajah yang sama seperti Putri Yui itu tersenyum, “Aku tidak apa-apa. Berikan pada Yui dan yang lainnya.”Rosaline berbalik dan membuat barrier untuk Putri Yui dan juga Aurum
Xavier menghadang mereka yang semuanya berpakaian hitam. Satu lawan sekumpulan orang tak membuat pria bersenjata tombak hitam ini gentar.“Kenapa kalian tidak menyerang saat kami sedang terlelap, sungguh baik hati sekali menunggu hingga kami bangun.” Xavier merasa mereka ternyata masih punya hati nurani.Salah satu dari mereka terlihat terluka oleh luka bakar, Xavier merasa mengenal luka tersebut, luka yang di akibatkan oleh api hitam.“Apa Rafael berjaga tadi malam? Bukankah dia tidur lebih dulu dariku,” batin Xavier.Malam itu mereka berusaha menyerang, menunggu mereka terlelap. Saat kaki mereka melangkah cukup dekat dengan rumah pohon, sebuah barrier tujuh lapis ternyata menyelubungi tempat itu. Barrier itu sangat keras dan dengan usaha yang cukup besar mereka menghancurkan ke tujuh lapis pelindung tersebut.“Tuan Xavier, kami masih segan dengan Anda. Mereka kristal berwarna tidak seharusnya Anda membelanya,” ucap salah satu dari pria berpakaian hitam di depan Xavier.“Kalian belum
Malam semakin larut, Damian menggigil seakan seluruh tubuhnya diselimuti salju.“Kak!” Adrian berusaha membuat barrier untuk membuat udara sekitar Damian lebih hangat, tetapi percuma hal itu tidak berdampak sedikitpun.Seperti para korban yang lain, Damian mulai meracau, mengatakan hal-hal aneh. Bahkan bahasa yang digunakan juga bukan bahasa yang biasa digunakan, dia seperti bersenandung kadang berteriak dan sesaat kemudian menangis.“Kak Damian?!”Adrian berusaha menyadarkan Damian yang seperti orang lain saat tengah malam tiba, dia sangat aneh.“Adrian, tidak ada yang bisa kita lakukan, dia bukan Damian saat ini, kontaminasi di tubuhnya sedang menguasainya, ingatan dari noda-noda kristal yang diserapnya tidak bisa dikendalikan. Percuma, dia akan kembali lagi esok hari, kita hanya bisa menjaganya agar tidak melukai dirinya sendiri.” Menteri Feng Zhui membuat suhu udara sekitar Damian menjadi hangat. Pria berambut merah itu terlihat tidak terlalu menggigil lagi. Adrian membuat barrier