Pangeran Yuasa mundur satu langkah, mustahil baginya untuk kabur saat ini, lebih mustahil lagi bisa menghadapi Xavier seorang diri dengan kemampuannya.“Mau ke mana?” Xavier tersenyum melihat Pangeran Yuasa yang terlihat sedikit takut dengannya.“Kau tidak akan bisa membawaku dengan mudah,” ucap Pangeran Yuasa yang mulai memasang kuda-kuda untuk bertarung melawan Xavier. Dia berguman pelan, “Golden lightning.” Sebuah pedang keemasan muncul setelah liontinnya bersinar.“Pedang itu,” gumam Xavier memperhatikan pedang Pangeran Yuasa, matanya memicing melihat ukiran dan hiasan yang ada pada pedang di tangan sang pangeran.Golden lightning, pedang yang digadang-gadang memiliki kekuatan besar dan hanya muncul saat seseorang pantas menjadi raja. Jika pedang itu ada di tangan Pangeran Yuasa, artinya dia adalah calon raja berikutnya.“Kenapa Raja Yuichi sudah memberikan pedang ini sebelum penobatan,” batin Xavier yang merasakan kejanggalan dari kebiasaan yang seharusnya.Pada akhirnya Xavier m
Yuasa terbangun, perlahan dirinya memperhatikan pemandangan asing di depannya. Dia melihat begitu banyak benda menyerupai kabel yang menempel di tubuhnya bahkan ada yang terasa sakit di tangannya.“Apa ini?” gumamnya menarik benda yang menyerupai selang kecil yang mengalirkan darahnya. Dia berusaha mencabutnya, tetapi tenaganya seakan tidak ada sama sekali.“Yuasa, kau baik-baik saja?” Suara serak yang menggema di benak Yuasa. Aurum terdengar begitu cemas.“Apanya yang baik-baik saja? Aku lemas, tubuhku tidak memiliki tenaga sama sekali,” balas Yuasa dalam benaknya.Dia bersandar pada kaca dingin yang mengurungnya. Yuasa berada di dalam sebuah tabung kaca tebal dengan banyak peralatan yang mendeteksi kondisi tubuhnya. Di luar sana terlihat beberapa orang yang berjalan dengan berbekal sebuah papan yang berisi catatan. Mereka juga mendekati Yuasa dan mencatat sesuatu di papan tersebut. Ada secarik kertas yang terselip di papan itu dan disanalah mereka menulis.“Tolong,” ucap Yuasa denga
Suasana malam di Hutan Onyx yang cukup mengerikan bagi manusia biasa jika memasukinya tidak menghalangi Raja Yuichi menerjang hutan itu untuk menemui adik angkatnya, Rafael. Dia memacu kudanya tanpa henti dan sampai di depan sebuah rumah di tengah Hutan Onyx.Seorang pria dengan rambut hitam cepak berdiri di depan pintu rumahnya.“Rafael!” seru Raja Yuichi.“Pelan-pelan, tarik napas lalu hembuskan, tenang dulu baru ceritakan kenapa kau datang kemari malam-malam,” balas Rafael yang terlihat tenang melihat kakaknya yang tengah menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.“Yuasa, ini tentang Yuasa. Xavier menculiknya,” ucap Raja Yuichi.Rafael yang mendengar berita itu langsung mencengkram kedua lengan kakaknya, dia terlihat begitu cemas dengan Yuasa.“Bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah ada Agni!”Kali ini Raja Yuichi yang harus menenangkan Rafael dengan kalimat yang sama.“Tenanglah dulu!”“Bagaimana bisa tenang! Xavier pasti akan melakukannya, dia akan menguras habis da
Raja Kegelapan bukan hanya memerlukan tubuh, tetapi juga jiwa. Jiwa satu-satunya yang cocok adalah jiwa sang pangeran.“Argh! Aurum!” teriak Pangeran Yuasa kesakitan saat jiwanya seakan ditarik dengan paksa. Dia melihat untuk terakhir kalinya bagaimana ayahnya terlihat begitu panik dan berusaha menolongnya. Tangannya ingin menggapai tangan sang ayah, tetapi kaca tebal menghalanginya hingga wajahnya perlahan menghilang dari pandangan. Bukan karena dia pergi, tetapi dirinya yang telah melayang jiwanya ditarik oleh sesuatu.Naga keemasan itu menahan jiwa sang pangeran. Sayangnya kali ini kekuatan dari Penasehat Kerajaan Leiz jauh lebih kuat dibandingkan dengan Aurum.“Yuasa!” teriak Aurum saat jiwa sang pangeran tertarik. Dia melesat menyusul jiwa Pangeran Yuasa dan ikut masuk ke dimensi yang tidak diketahui, hanya kegelapan yang ada.“Graaa!” Raungan suara yang terdengar mengerikan membuat sang naga emas itu mencari sumber suaranya.Aurum melihat dengan mata kepalanya sendiri Pangeran Y
Raja Yuichi merasakan api kehidupan Pangeran Yuasa meredup, dia langsung membawanya keluar dari laboratorium. Fury yang menunggu Rafael di luar melihat sang raja dengan Pangeran Yuasa dalam gendongannya.“Apa yang terjadi?” tanya Fury mendekatkan dirinya dan berbicara lewat telepati.“Tidak ada waktu menjelaskan, bisakah kau membantuku membawanya ke dunia atas?” Raja Yuichi sedikit memohon mengingat kondisi Pangeran Yuasa sudah sangat lemah. “Aku tidak bisa menggunakan kekuatan penyembuhku di sini,” lanjut sang raja.“Tunggu sebentar,” balas Fury. Dia mengirimkan pesan melalui benaknya kepada Rafael, meskipun mereka tidak berada di tempat yang sama benak mereka masih terhubung.“Pergilah, Fury, jaga keduanya untukku, aku akan baik-baik saja,” jawab Rafael.Fury menekuk kaki depannya supaya sang raja mudah untuk menaikinya, dia dan Pangeran Yuasa kini sudah berada di punggung sang naga hitam. Naga itu mengepakkan sayapnya dan dengan cepat mencapai sebuah desa yang memiliki gerbang dime
Aurum berputar-putar mencari jalan keluar, sayangnya tembok hitam itu benar-benar tertutup sempurna. Dia tidak melihat celah sedikitpun.“Yuasa, kita terjebak,” ucap Aurum.Tidak ada jawaban dari pangeran yang berada di punggung sang naga.“Yuasa!” Sang naga mulai merasa gelisah, bukan hanya tidak ada gerakan dia juga merasakan jiwa yang sudah begitu rapuh itu juga akan menghilang.“Apa yang harus kulakukan,” batin sang naga memutar kembali berusaha mencari celah. Dia melihat Raja Kegelapan yang berontak dari rantai yang mengikatnya, tetapi semua itu sia-sia. Rantai pengikatnya terlihat lebih kuat dari semua usaha yang dia lakukan.Mata sang naga bertemu dengan mata raja Kegelapan, tatapan keduanya terkunci.“Celaka!” seru sang naga saat dia merasakan air hitam yang ada di bawah berubah menyerupai pita-pita hitam yang berusaha menggapainya.“Yuasa!” teriak Aurum menggema. Dia merasakan tangan lemah sang pangeran memeluk lehernya. “Akhirnya kau sadar, pegangan yang kuat!” Naga keemasan
Raja Yuichi yang tahu pasti seperti apa cincin yang saat ini dikenakan oleh Rosaline. Mawar yang hanya akan berubah menjadi cincin jika keduanya memiliki perasaan yang saling tertaut.“Rosaline, apa kamu bersedia membantu menolong Yuasa?” tanya Raja Yuichi.“Apapun, saya bersedia melakukan apapun untuk pangeran,” jawab Rosaline dengan pasti tanpa keraguan sedikitpun.“Tunggulah disini,” pinta sang raja dan dia pun meninggalkan Rosaline.Sang raja bergegas menuju ke Istana Mawar tempat permaisuri beristirahat. Dia masuk disambut oleh para pelayan. Mengabaikan mereka semuanya, sang raja langsung mencari Permaisuri Sawatari di kamarnya. Dia masuk ke kamar dan melihat wanita cantik yang terbaring di tempat tidurnya.“Sayangku, bangunlah.” Raja Yuichi membelai lembut permaisuri untuk membangunkan putri tidur yang masih dalam buaian mimpi sambil berbisik di telinganya.Wanita itu menggeliat pelan dan terlihat masih enggan membuka matanya, “Apa sudah pagi?”“Belum, bahkan belum malam.” Raja
Rosaline masuk dalam dunia yang asing, dunia itu adalah dunia mimpi. Bunga mawar di tangannya berpendar seakan menuntunnya ke arah Pangeran Yuasa. “Pangeran,” gumam Rosaline berlari sesuai arah tanda dari bunga yang ada di genggamannya. Langkah kakinya terhenti saat melihat bayangan-bayangan yang muncul. Seperti sebuah cinema yang diputar, potongan-potongan kenangan tampil tidak beraturan. “Pangeran?” Rosaline mengeryit, dia melihat dirinya saat masih kecil berada dalam ingatan sang pangeran. Rosaline kecil yang masih sangat kecil, mungkin berusia sekitar lima atau enam tahun. “Astaga, putri yang selama ini kucari ternyata Pangeran Yuasa,” gumam Rosaline menyentuh bayangan saat pertemuan pertamanya dengan makhluk cantik yang dia kira seorang putri. Pangeran Yuasa sangat manis seperti boneka saat itu. Rosaline kembali melangkah dan melihat kembali kejadian yang membuatnya ingin menjadi pengawal. Keinginan itu muncul saat dia ingin melindungi seorang anak laki-laki berambut matahari