Suasana malam di Hutan Onyx yang cukup mengerikan bagi manusia biasa jika memasukinya tidak menghalangi Raja Yuichi menerjang hutan itu untuk menemui adik angkatnya, Rafael. Dia memacu kudanya tanpa henti dan sampai di depan sebuah rumah di tengah Hutan Onyx.Seorang pria dengan rambut hitam cepak berdiri di depan pintu rumahnya.“Rafael!” seru Raja Yuichi.“Pelan-pelan, tarik napas lalu hembuskan, tenang dulu baru ceritakan kenapa kau datang kemari malam-malam,” balas Rafael yang terlihat tenang melihat kakaknya yang tengah menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.“Yuasa, ini tentang Yuasa. Xavier menculiknya,” ucap Raja Yuichi.Rafael yang mendengar berita itu langsung mencengkram kedua lengan kakaknya, dia terlihat begitu cemas dengan Yuasa.“Bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah ada Agni!”Kali ini Raja Yuichi yang harus menenangkan Rafael dengan kalimat yang sama.“Tenanglah dulu!”“Bagaimana bisa tenang! Xavier pasti akan melakukannya, dia akan menguras habis da
Raja Kegelapan bukan hanya memerlukan tubuh, tetapi juga jiwa. Jiwa satu-satunya yang cocok adalah jiwa sang pangeran.“Argh! Aurum!” teriak Pangeran Yuasa kesakitan saat jiwanya seakan ditarik dengan paksa. Dia melihat untuk terakhir kalinya bagaimana ayahnya terlihat begitu panik dan berusaha menolongnya. Tangannya ingin menggapai tangan sang ayah, tetapi kaca tebal menghalanginya hingga wajahnya perlahan menghilang dari pandangan. Bukan karena dia pergi, tetapi dirinya yang telah melayang jiwanya ditarik oleh sesuatu.Naga keemasan itu menahan jiwa sang pangeran. Sayangnya kali ini kekuatan dari Penasehat Kerajaan Leiz jauh lebih kuat dibandingkan dengan Aurum.“Yuasa!” teriak Aurum saat jiwa sang pangeran tertarik. Dia melesat menyusul jiwa Pangeran Yuasa dan ikut masuk ke dimensi yang tidak diketahui, hanya kegelapan yang ada.“Graaa!” Raungan suara yang terdengar mengerikan membuat sang naga emas itu mencari sumber suaranya.Aurum melihat dengan mata kepalanya sendiri Pangeran Y
Raja Yuichi merasakan api kehidupan Pangeran Yuasa meredup, dia langsung membawanya keluar dari laboratorium. Fury yang menunggu Rafael di luar melihat sang raja dengan Pangeran Yuasa dalam gendongannya.“Apa yang terjadi?” tanya Fury mendekatkan dirinya dan berbicara lewat telepati.“Tidak ada waktu menjelaskan, bisakah kau membantuku membawanya ke dunia atas?” Raja Yuichi sedikit memohon mengingat kondisi Pangeran Yuasa sudah sangat lemah. “Aku tidak bisa menggunakan kekuatan penyembuhku di sini,” lanjut sang raja.“Tunggu sebentar,” balas Fury. Dia mengirimkan pesan melalui benaknya kepada Rafael, meskipun mereka tidak berada di tempat yang sama benak mereka masih terhubung.“Pergilah, Fury, jaga keduanya untukku, aku akan baik-baik saja,” jawab Rafael.Fury menekuk kaki depannya supaya sang raja mudah untuk menaikinya, dia dan Pangeran Yuasa kini sudah berada di punggung sang naga hitam. Naga itu mengepakkan sayapnya dan dengan cepat mencapai sebuah desa yang memiliki gerbang dime
Aurum berputar-putar mencari jalan keluar, sayangnya tembok hitam itu benar-benar tertutup sempurna. Dia tidak melihat celah sedikitpun.“Yuasa, kita terjebak,” ucap Aurum.Tidak ada jawaban dari pangeran yang berada di punggung sang naga.“Yuasa!” Sang naga mulai merasa gelisah, bukan hanya tidak ada gerakan dia juga merasakan jiwa yang sudah begitu rapuh itu juga akan menghilang.“Apa yang harus kulakukan,” batin sang naga memutar kembali berusaha mencari celah. Dia melihat Raja Kegelapan yang berontak dari rantai yang mengikatnya, tetapi semua itu sia-sia. Rantai pengikatnya terlihat lebih kuat dari semua usaha yang dia lakukan.Mata sang naga bertemu dengan mata raja Kegelapan, tatapan keduanya terkunci.“Celaka!” seru sang naga saat dia merasakan air hitam yang ada di bawah berubah menyerupai pita-pita hitam yang berusaha menggapainya.“Yuasa!” teriak Aurum menggema. Dia merasakan tangan lemah sang pangeran memeluk lehernya. “Akhirnya kau sadar, pegangan yang kuat!” Naga keemasan
Raja Yuichi yang tahu pasti seperti apa cincin yang saat ini dikenakan oleh Rosaline. Mawar yang hanya akan berubah menjadi cincin jika keduanya memiliki perasaan yang saling tertaut.“Rosaline, apa kamu bersedia membantu menolong Yuasa?” tanya Raja Yuichi.“Apapun, saya bersedia melakukan apapun untuk pangeran,” jawab Rosaline dengan pasti tanpa keraguan sedikitpun.“Tunggulah disini,” pinta sang raja dan dia pun meninggalkan Rosaline.Sang raja bergegas menuju ke Istana Mawar tempat permaisuri beristirahat. Dia masuk disambut oleh para pelayan. Mengabaikan mereka semuanya, sang raja langsung mencari Permaisuri Sawatari di kamarnya. Dia masuk ke kamar dan melihat wanita cantik yang terbaring di tempat tidurnya.“Sayangku, bangunlah.” Raja Yuichi membelai lembut permaisuri untuk membangunkan putri tidur yang masih dalam buaian mimpi sambil berbisik di telinganya.Wanita itu menggeliat pelan dan terlihat masih enggan membuka matanya, “Apa sudah pagi?”“Belum, bahkan belum malam.” Raja
Rosaline masuk dalam dunia yang asing, dunia itu adalah dunia mimpi. Bunga mawar di tangannya berpendar seakan menuntunnya ke arah Pangeran Yuasa. “Pangeran,” gumam Rosaline berlari sesuai arah tanda dari bunga yang ada di genggamannya. Langkah kakinya terhenti saat melihat bayangan-bayangan yang muncul. Seperti sebuah cinema yang diputar, potongan-potongan kenangan tampil tidak beraturan. “Pangeran?” Rosaline mengeryit, dia melihat dirinya saat masih kecil berada dalam ingatan sang pangeran. Rosaline kecil yang masih sangat kecil, mungkin berusia sekitar lima atau enam tahun. “Astaga, putri yang selama ini kucari ternyata Pangeran Yuasa,” gumam Rosaline menyentuh bayangan saat pertemuan pertamanya dengan makhluk cantik yang dia kira seorang putri. Pangeran Yuasa sangat manis seperti boneka saat itu. Rosaline kembali melangkah dan melihat kembali kejadian yang membuatnya ingin menjadi pengawal. Keinginan itu muncul saat dia ingin melindungi seorang anak laki-laki berambut matahari
Rosaline terbangun dan langsung mendapatkan pelukan dari ibunda sang pangeran.“Syukurlah kau kembali, syukurlah,” ucap wanita yang memeluk Rosaline.“Permaisuri, saya baik-baik saja,” balas Rosaline yang melepaskan pelukan wanita itu dan tersenyum. Dia melihat mata wanita cantik ini sembab, seperti baru saja berhenti menangis setelah menangis dalam waktu yang lama.“Apa terjadi sesuatu pada pangeran?” tanya Rosaline.Wanita itu menggelengkan kepalanya, “Dia akan baik-baik saja.”Permaisuri Sawatari melihat ke arah teratai es yang di atasnya terbaring sang pangeran sementara bunga mawar putih berputar-putar mengelilinginya.“Bunga itu?” Rosaline menatap bunga mawar putih yang berputar-putar di sekitar Pangeran Yuasa.“Ya, mawar dari Pegunugan Jade. Mawar itu memiliki ikatan yang kuat, ikatan kami sehingga jiwa Yuasa tertahan dan tidak langsung menuju ke alam sana. Satu saja tidak cukup, jiwa Yuasa bertambah lemah, tetapi dengan mawar milikmu kurasa kita bisa mempertahankan jiwanya sem
Rosaline tidak peduli dengan penjaga gerbang akademi yang menghentikannya. Dia menerjang penjaga dengan kuda yang dipacu lebih kencang hingga penjaga minggir teratur. Dia memacu kudanya langsung ke arah gedung kepala akademi. Dibelakangnya para penjaga dan prajurit mengejar untuk menghentikan penyusup yang masuk. “Minggir!” teriak Rosaline saat penjaga pintu gedung kepala akademi menghadang. Kedua penjaga melompat menghindari terjangan kuda. Rosaline melompat dari kuda tunggangannya saat sudah berada di depan ruang kerja Agni. Dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sopan santun seakan dilupakan karena mengejar waktu, jiwa sang pangeran tidak bisa menunggu lama. “Katakan bagaimana cara bertemu Lenora Isolde!” tanya Rosaline langsung. Agni melihat Rosaline yang sudah tidak sabar, dia menghela napas sebelum menjawab pertanyaan gadis itu. “Pergilah ke tempat perawatan hewan tunggangan lalu tanyakan apakah ada pegasus di sana. Par
Raja Quattro dikejutkan dengan tanaman merambat yang mulai menjalar dan terus tumbuh di bawah kakinya. Tanaman itu mengikuti ke mana sang raja baru melangkah. Seakan tahu sasarannya, tanaman rambat itu mengikat kaki Raja Quattro.“Kau mengendalikan tanaman!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat mulai melilitnya dari bawah. Kakinya telah terikat sempurna hingga lutut. Dia berusaha memotong sulur-sulur yang merambat cepat.“Aku tidak menguasai pengendalian tanaman,” balas Pangeran Yuasa.Pangeran Yuasa juga bingung dengan kondisi angin yang bertiup bersamaan dengan helai dedaunan. Aroma mint lembut terbawa dalam hembusan angin hingga semua pasukan berhenti berlari saat menghirup aromanya.“Jangan berkilah, hentikan tanaman ini!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat itu kini membungkus seluruh kakinya hingga ke pinggang dan masih menjalar. Bukan hanya di bawah kaki Raja Quattro tanaman mulai tumbuh di seluruh bagian. Ada beberapa bunga kecil yang mulai mekar pula.“Ayahanda,” gumam
“Rosaline!” Damian menangkap tubuh Rosaline. Dia menepuk pipi adik perempuannya supaya sadar.Raja Quattro yang melihat barrier tujuh lapis. Rosaline menghilang menyeringai. Senyumannya membuat Damian merasa merinding. Tubuh Rosaline tiba-tiba terasa ringan. Damian yang melihat perubahan itu menyipitkan mata tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tubuh Rosaline yang sedang pingsan tiba-tiba berpindah dari tangan Damian ke tangan Raja Quattro tanpa disadarinya. Angin Raja Quattro yang memindahkannya secepat kilat.Keberadaan Rosaline di tangan Raja Quattro membuat mereka semua bergidik. Raja itu melakukan segala cara demi tercapai tujuannya.“Pangeran! Turun dan serahkan dirimu, atau ....” Raja Quattro memperlihatkan Rosaline yang berada di tangannya dan memberikan isyarat gerakan tangan di depan leher seperti diiris.“Bagaimana Yuasa?” Aurum yang bersatu dengan Pangeran Yuasa tidak bisa tinggal diam. Baginya Rosaline merupakan orang yang berharga, setidaknya dia menganggap gadis itu
Adrian merasa ada yang janggal. Saat mereka meninggalkan Istana Mawar, permaisuri menyambut mereka. Namun, saat ini meskipun keributan sangat besar terjadi tidak ada tanda-tanda keberadaan permaisuri.“Tunggu.” Adrian menghentikan Pangeran Yuan yang akan membuka pintu ke kamar Raja Yuichi.“Ada apa?”Kedua anak kembar itu saling berpandangan kemudian melihat ke arah Adrian.“Kalian tunggu sebentar,” ucap Adrian meminta kedua anak kembar ini menunggu dan dia menyelinap masuk diam-diam.Tak lama berselang, Aurum bersama dengan Pangeran Yuasa masuk ke dalam.“Sedang apa?” tanya Aurum yang melihat dua anak sedang berdiri di depan pintu. Dia mencari tempat untuk meletakkan Pangeran Yuasa yang sedang tidak sadarkan diri. Setelah memindai ruangan dengan teliti dia menemukan ada kursi panjang dan akhirnya merebahkan Pangeran Yuasa di sana.“Apa yang terjadi dengan Kakak?” tanya Pangeran Yuan.“Kehabisan energi, sudah hal biasa,” jawab Aurum.Rosaline menanyakan keberadaan Adrian kepada Putri
Pangeran Yuasa berjalan menuju ke bangunan utama Istana Mawar. Mereka yang berada di depan sang pangeran menyingkir tanpa perintah. Semua orang seakan mendapatkan tekanan yang begitu berat dan tidak bisa beranjak dari tempatnya kecuali mereka yang menghalangi jalan seakan kakinya bergerak sendiri untuk memberi jalan sang pangeran. “Apa ini?!” batin Raja Quattro. Dia tidak bisa bergerak bahkan menunduk saat Pangeran Yuasa lewat di depannya. “Kau ingin tahu kekuatan apakah ini? Ini adalah kekuatan untuk mengendalikan, aku memang lemah tapi dengan kekuatan ini kau pun akan bertekuk lutut,” bisik Pangeran Yuasa di depan Raja Quattro. “Salam kepada Yang Mulia,” ucap Raja Quattro, ucapan yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulutnya. Dia berlutut di depan Pangeran Yuasa. Semua pengikut sang raja pun mengikuti apa yang dilakukannya. “Sial, bagaimana bisa tubuhku dipaksa seperti ini!” batin Raja Quattro mengumpat dalam hati, mengutuk sang pangeran atas perlakuannya merendahkan dirinya.
Aurum menerjang prajurit yang menghalanginya. Dia tidak peduli dengan mereka yang menghalangi dan berlari ke arah Pangeran Yuasa.“Yuasa!”Raja Quattro yang melihat Aurum mendekat mengangkat tangannya. Dia mengucapkan sesuatu dan angin besar menerbangkan Aurum, naga yang begitu besar seakan tidak memiliki berat. Aurum terhempas dan menimpa beberapa prajurit.“Dasar pengganggu.” Raja Quattro membuat pembatas, pembatas yang membuat gentar siapa pun yang ada di sana. Mereka berdua berada di tengah-tengah pusaran angin.“Siapa yang akan menolongmu sekarang, Pangeran? Kau bukan apa-apa tanpa teman-temanmu. Kau pikir aku tidak tahu, kau lemah, sangat lemah, hanya karena kau terlahir sebagai anak raja maka semua ini bisa kau miliki. Sungguh membuat iri. Aku yang berusaha sekuat tenaga, berjuang dari bawah hanya bisa menduduki posisi jenderal. Sementara kau akan menjadi raja? Enak saja. Aku juga bisa melakukan pemurnian, ternyata itu bukan kekuatan spesial.” Raja Quattro menyeringai. Dia mena
“Cepat, kita harus menolong ayah!” seru Pangeran Yuasa.Yuan terbang lebih dulu, dia dapat merasakan kekuatan kristal hitam yang begitu besar.“Aneh, kenapa kristal hitam sangat terasa di sini, ini akan sangat buruk untuk ayah dan kakak,” batin Pangeran Yuan. Dia mendekati Yui dan membicarakan tentang firasatnya.“Istana Mawar ada di depan.” Pangeran Yuasa memberikan komandonya.Putri Yui memperlambat terbangnya saat merasakan sesuatu yang tidak biasa.“Ada apa?” tanya Pangeran Yuasa saat melihat kedua adik kembarnya berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan mereka.“Itu!” Mata Pangeran Yuasa terbelalak, pasukan yang berjajar rapi mungkin lebih dari 10.000 prajurit ada di sana. Mereka dipimpin oleh Raja Quattro dan para jenderalnya.“Melawan mereka rasanya seperti menggali kubur sendiri,” gumam Rosaline.Sekuat-kuatnya mereka jika lawannya begitu banyak tetap saja akan sangat sulit.Pangeran Yuasa melihat pergerakan pasukan Damian dan yang lain menuju Istana Mawar. Pasukan mereka hany
Pangeran Yuasa terbang bersama dengan kedua adik kembarnya. Mereka mendarat di depan sebuah pintu besar yang terletak di tengah hutan.“Kurasa Aurum tidak akan muat,” ucap Pangeran Yuasa melihat sebuah pintu yang lebih besar dari pintu rumah pada umumnya, tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gerbang dimensi.Pangeran Yuan tersenyum, “Dia bisa berubah, kan,” sambung Pangeran Yuan.Aurum berubah wujud. Dia terlihat seperti Pangeran Yuasa, yang berbeda hanya warna matanya, tetap keemasan.“Aku pasti muat dengan wujud ini,” ucap Aurum tersenyum simpul.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa dan gadis itu mengangguk. Dia tahu dirinya diminta memasang barrier.“Tidak perlu,” tolak Pangeran Yuan saat gadis berambut merah itu akan memasangkan barrier padanya.“Tapi, Pangeran bisa terluka,” balas Rosaline.Pemuda dengan wajah yang sama seperti Putri Yui itu tersenyum, “Aku tidak apa-apa. Berikan pada Yui dan yang lainnya.”Rosaline berbalik dan membuat barrier untuk Putri Yui dan juga Aurum
Xavier menghadang mereka yang semuanya berpakaian hitam. Satu lawan sekumpulan orang tak membuat pria bersenjata tombak hitam ini gentar.“Kenapa kalian tidak menyerang saat kami sedang terlelap, sungguh baik hati sekali menunggu hingga kami bangun.” Xavier merasa mereka ternyata masih punya hati nurani.Salah satu dari mereka terlihat terluka oleh luka bakar, Xavier merasa mengenal luka tersebut, luka yang di akibatkan oleh api hitam.“Apa Rafael berjaga tadi malam? Bukankah dia tidur lebih dulu dariku,” batin Xavier.Malam itu mereka berusaha menyerang, menunggu mereka terlelap. Saat kaki mereka melangkah cukup dekat dengan rumah pohon, sebuah barrier tujuh lapis ternyata menyelubungi tempat itu. Barrier itu sangat keras dan dengan usaha yang cukup besar mereka menghancurkan ke tujuh lapis pelindung tersebut.“Tuan Xavier, kami masih segan dengan Anda. Mereka kristal berwarna tidak seharusnya Anda membelanya,” ucap salah satu dari pria berpakaian hitam di depan Xavier.“Kalian belum
Malam semakin larut, Damian menggigil seakan seluruh tubuhnya diselimuti salju.“Kak!” Adrian berusaha membuat barrier untuk membuat udara sekitar Damian lebih hangat, tetapi percuma hal itu tidak berdampak sedikitpun.Seperti para korban yang lain, Damian mulai meracau, mengatakan hal-hal aneh. Bahkan bahasa yang digunakan juga bukan bahasa yang biasa digunakan, dia seperti bersenandung kadang berteriak dan sesaat kemudian menangis.“Kak Damian?!”Adrian berusaha menyadarkan Damian yang seperti orang lain saat tengah malam tiba, dia sangat aneh.“Adrian, tidak ada yang bisa kita lakukan, dia bukan Damian saat ini, kontaminasi di tubuhnya sedang menguasainya, ingatan dari noda-noda kristal yang diserapnya tidak bisa dikendalikan. Percuma, dia akan kembali lagi esok hari, kita hanya bisa menjaganya agar tidak melukai dirinya sendiri.” Menteri Feng Zhui membuat suhu udara sekitar Damian menjadi hangat. Pria berambut merah itu terlihat tidak terlalu menggigil lagi. Adrian membuat barrier