Rosaline masuk dalam dunia yang asing, dunia itu adalah dunia mimpi. Bunga mawar di tangannya berpendar seakan menuntunnya ke arah Pangeran Yuasa. “Pangeran,” gumam Rosaline berlari sesuai arah tanda dari bunga yang ada di genggamannya. Langkah kakinya terhenti saat melihat bayangan-bayangan yang muncul. Seperti sebuah cinema yang diputar, potongan-potongan kenangan tampil tidak beraturan. “Pangeran?” Rosaline mengeryit, dia melihat dirinya saat masih kecil berada dalam ingatan sang pangeran. Rosaline kecil yang masih sangat kecil, mungkin berusia sekitar lima atau enam tahun. “Astaga, putri yang selama ini kucari ternyata Pangeran Yuasa,” gumam Rosaline menyentuh bayangan saat pertemuan pertamanya dengan makhluk cantik yang dia kira seorang putri. Pangeran Yuasa sangat manis seperti boneka saat itu. Rosaline kembali melangkah dan melihat kembali kejadian yang membuatnya ingin menjadi pengawal. Keinginan itu muncul saat dia ingin melindungi seorang anak laki-laki berambut matahari
Rosaline terbangun dan langsung mendapatkan pelukan dari ibunda sang pangeran.“Syukurlah kau kembali, syukurlah,” ucap wanita yang memeluk Rosaline.“Permaisuri, saya baik-baik saja,” balas Rosaline yang melepaskan pelukan wanita itu dan tersenyum. Dia melihat mata wanita cantik ini sembab, seperti baru saja berhenti menangis setelah menangis dalam waktu yang lama.“Apa terjadi sesuatu pada pangeran?” tanya Rosaline.Wanita itu menggelengkan kepalanya, “Dia akan baik-baik saja.”Permaisuri Sawatari melihat ke arah teratai es yang di atasnya terbaring sang pangeran sementara bunga mawar putih berputar-putar mengelilinginya.“Bunga itu?” Rosaline menatap bunga mawar putih yang berputar-putar di sekitar Pangeran Yuasa.“Ya, mawar dari Pegunugan Jade. Mawar itu memiliki ikatan yang kuat, ikatan kami sehingga jiwa Yuasa tertahan dan tidak langsung menuju ke alam sana. Satu saja tidak cukup, jiwa Yuasa bertambah lemah, tetapi dengan mawar milikmu kurasa kita bisa mempertahankan jiwanya sem
Rosaline tidak peduli dengan penjaga gerbang akademi yang menghentikannya. Dia menerjang penjaga dengan kuda yang dipacu lebih kencang hingga penjaga minggir teratur. Dia memacu kudanya langsung ke arah gedung kepala akademi. Dibelakangnya para penjaga dan prajurit mengejar untuk menghentikan penyusup yang masuk. “Minggir!” teriak Rosaline saat penjaga pintu gedung kepala akademi menghadang. Kedua penjaga melompat menghindari terjangan kuda. Rosaline melompat dari kuda tunggangannya saat sudah berada di depan ruang kerja Agni. Dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Sopan santun seakan dilupakan karena mengejar waktu, jiwa sang pangeran tidak bisa menunggu lama. “Katakan bagaimana cara bertemu Lenora Isolde!” tanya Rosaline langsung. Agni melihat Rosaline yang sudah tidak sabar, dia menghela napas sebelum menjawab pertanyaan gadis itu. “Pergilah ke tempat perawatan hewan tunggangan lalu tanyakan apakah ada pegasus di sana. Par
Raja Yuichi melihat kondisi Pangeran Yuasa sudah semakin membaik semenjak Rosaline memberikan bunga mawar merahnya. Cincin mawar merah delima yang kini melingkar di jari Pangeran Yuasa terlihat bersinar terang. Sementara mawar putih yang mengelilinginya kini terjatuh di dekat teratai es.“Kenapa mawarnya terjatuh,” gumam Raja Yuichi mengambil mawar putih yang tergeletak di atas akar-akar yang menyembul ke permukaan tanah.Tiba-tiba dia merasakan detak jantungnya berdegup lebih cepat saat tangannya menyentuh bunga putih yang ada di depannya.“Apa yang terjadi,” pikir Raja Yuichi menarik kembali tangannya dan melihat jari tangan yang menyentuh kelopak putih mawar tersebut semakin hitam. “Kontaminasi,” gumam Raja Yuichi yang langsung memeriksa Pangeran Yuasa.“Tidak, tidak mungkin Yuasa juga terkena kontaminasi,” ucap Raja Yuichi seorang diri memeriksa sang pangeran dengan kemampuannya. Sel demi sel dia jelajahi untuk mencari kontaminasi sekecil apapun di tubuh putranya.Raja Yuichi meng
Rosaline berlari terburu-buru dan tidak menyadari saat berpapasan dengan Jenderal Quattro. Gadis itu fokus menuju ke aula kerajaan untuk menemui Pangeran Yuasa.“Gadis itu, bukankah dia pengawal Pangeran Yuasa, apa yang terjadi sebenarnya? Apa pangeran dalam keadaan kritis?” batin Jenderal Quattro saat berpapasan dengan Rosaline. Langkah kakinya terhenti dan dia berbelok menuju ke arah kediaman Menteri Feng Zhui alih-alih kembali ke tempatnya dan menuju perbatasan sesuai perintah.Rosaline memasuki aula kerajaan, “Yang Mulia!” teriak Rosaline yang tidak bermaksud bertindak tidak sopan, dia hanya ingin segera melihat Pangeran Yuasa kembali dari dunia yang mengurung jiwanya.“Rosaline.” Ratu Sawatari berdiri tegak di aula kerajaan saat gadis itu masuk dan berhenti tepat di hadapannya.“Di mana, Yang Mulia?” Rosaline menoleh ke kanan dan kekiri mencari sosok yang seharusnya berada di aula kerajaan.“Dia ….” Ratu Sawatari terbelalak saat Rosaline langsung menghampiri kristal cahaya di seb
Pangeran Yuasa bahkan belum sempat melihat kedua adiknya, dia terbangun setelah mereka semua sudah tidak lagi berada di aula kerajaan.“Rosaline, bantu aku,” pinta Pangeran Yuasa mengulurkan tangannya menjadikan Rosaline sebagai penopang dirinya.Pangeran Yuasa berjalan perlahan menuju kristal cahaya, dia menyentuh kristal yang menampilkan tubuh samar sang raja. Cahaya kristal mengaburkan sosok yang ada di dalamnya.“Ayahanda.” Drama kesedihan yang terjadi beberapa menit saja hingga sang ratu datang dan meminta Rosaline untuk membiarkan mereka berdua saja.“Apa yang terjadi, Ibunda?” tanya Pangeran Yuasa tanpa menoleh dan masih menatap sedih sosok yang berada di dalam kristal.Wanita yang merupakan ibunda Pangeran Yuasa membelai lembut punggung putranya. “Dia melakukan yang terbaik untukmu dan juga negeri ini.”Pangeran Yuasa terdiam saat tubuhnya merasakan kehangatan pelukan dari wanita yang begitu menyayanginya. Dia mendengar bisikan di telinganya. “Rosaline, dia mengorbankan ingat
Pangeran Yuasa mulai bisa berjalan dengan normal, setiap hari dia selalu mengunjungi aula kerajaan atas perintah Ratu Sawatari. Setiap hari juga dia mengunjungi ayahnya yang berada di dalam kristal.“Ibunda, apa tidak sebaiknya meminta bantuan para menteri?” usul pangeran Yuasa yang melihat wanita cantik itu mengerutkan keningnya.“Lalu membiarkan mereka tahu jika ayahmu sedang tidak bisa menjalankan tugasnya?”Ratu Sawatari meletakkan kertas yang ada di tangannya kemudian membubuhkan stempel kerajaan. “Tidak, Yuasa, aku bisa mengerjakannya sendiri. Semua ini bukanlah masalah bagiku.”Ratu Sawatari yang kini menjadi ratu untuk menggantikan tugas suaminya memiliki kekuasaan mutlak layaknya raja. Raja Yuichi ternyata sudah menyiapkan surat perintah penggantian posisi raja ke Ratu Sawatari. Surat itu sah serta legal karena adanya tanda tangan serta stempel asli kerajaan. Semua menteri hanya tahu jika saat ini Raja Yuichi sedang berkonsentrasi menyembuhkan Pangeran Yuasa. Setelah itu kond
Jenderal Quattro merasa dirinya berhak memeriksa aula kerajaan dan memastikan sang raja tidak mangkir dari tugasnya. Dia masuk aula dengan percaya diri. Di depan aula kerajaan dia disambut oleh Ratu Sawatari. “Salam, Ratu,” ucap sang Jenderal. “Apakah perbatasan dalam keadaan aman, Jenderal?” tanya sang ratu bersikap tenang. “Saya ingin menemui Yang Mulia.” Jenderal Quattro tidak ingin membuang waktunya berbincang dengan ratu. Baginya berbicara dengan wanita dalam hal politik sungguh membosankan. Ratu Sawatari tersenyum. Dia mempersilakan Jenderal Quattro ke ruang pertemuan dan memintanya menunggu. “Terima kasih,” ucap Jenderal Quattro bersama dengan putranya duduk di ruangan. Ratu Sawatari meninggalkan mereka berdua di ruangan itu. Dia pergi untuk memanggil Raja Yuichi. Sementara itu, Jenderal Quattro menyeringai dia bangkit dari kursinya dan keluar dari ruangan tersebut. “Ayahanda, tolong jangan membuat ma