Jenderal Quattro merasa dirinya berhak memeriksa aula kerajaan dan memastikan sang raja tidak mangkir dari tugasnya. Dia masuk aula dengan percaya diri. Di depan aula kerajaan dia disambut oleh Ratu Sawatari. “Salam, Ratu,” ucap sang Jenderal. “Apakah perbatasan dalam keadaan aman, Jenderal?” tanya sang ratu bersikap tenang. “Saya ingin menemui Yang Mulia.” Jenderal Quattro tidak ingin membuang waktunya berbincang dengan ratu. Baginya berbicara dengan wanita dalam hal politik sungguh membosankan. Ratu Sawatari tersenyum. Dia mempersilakan Jenderal Quattro ke ruang pertemuan dan memintanya menunggu. “Terima kasih,” ucap Jenderal Quattro bersama dengan putranya duduk di ruangan. Ratu Sawatari meninggalkan mereka berdua di ruangan itu. Dia pergi untuk memanggil Raja Yuichi. Sementara itu, Jenderal Quattro menyeringai dia bangkit dari kursinya dan keluar dari ruangan tersebut. “Ayahanda, tolong jangan membuat ma
Pangeran Yuasa dan Rosaline sudah berada di kaki Pegunungan Jade. Mereka menatap pegunungan yang menjulang tinggi di hadapannya.“Rosaline, apa kau serius? Aku belum pulih benar saat ini,” ucap Pangeran Yuasa menelan ludahnya. Gambaran para monster yang akan menghadang di sepanjang jalan membuatnya ngeri.“Bukankah ada saya yang akan menjaga Pangeran,” balas Rosaline dengan senyum manisnya. Mereka mulai melangkah menapaki jalan setapak Pegunungan Jade. Pandangan mata sang pangeran terlihat begitu waspada. Dia melihat sekeliling bersiap jika ada monster yang menyerang tiba-tiba. Seekor monster mendekat, mata Rosaline memicing dan mulutnya bergumam pelan “Barrier.” Sebuah selubung transparan berwarna merah mengurung monster tersebut hingga tidak bisa bergerak. Barrier tujuh lapis tidak mudah dihancurkan bahkan oleh monster sekalipun.“Ini aneh kita sudah setengah jam mendaki tetapi tidak ada satu monster pun yang keluar,” ucap Pangeran Yuasa memiringkan kepalanya. “Mungkin monsternya
Pangeran Yuasa bersama Rosaline masuk ke ruang bawah tanah. Gadis itu awalnya ragu dengan ruangan gelap dan pengap. Namun, ketika masuk ke dalam ternyata ruangan itu tidak seperti yang dia bayangkan. Ruang bawah tanah sangat besar dan mereka terlihat begitu kecil dalam bangunan yang berlapis batu alam dan disinari oleh kristal-kristal yang berada di sepanjang dindingnya.“Kita langsung ke tempat penetasan saja, aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Aurum.”Pangeran Yuasa mempercepat langkahnya seakan dia sudah hafal bagian-bagian ruangan yang ada di sini. Dia berjalan cepat, berbelok dan lurus kembali hingga mencapai ke sebuah ruangan. Dia mendorong pintunya lalu disambut oleh seorang pria yang merupakan penjaga tempat itu.“Selamat datang kembali, apakah kali ini Anda sudah siap?”Pria yang merupakan naga perak ini membantu Pangeran Yuasa bersiap dan seperti waktu itu dia menyarankan pangeran untuk beristirahat terlebih dahulu. Dia membawa Pangeran Yuasa dan Rosaline ke temp
Aurum dalam wujud naga kecil berusaha mengepakkan sayapnya. Tubuh mungil sang naga melambung ringan di udara. Dia merasa cukup senang mampu terbang di hari kedua hidupnya setelah keluar dari cangkang telurnya.“Bukankah ini jenius,” gumam Aurum memuji dirinya sendiri tanpa dia sadari sebuah tangan besar menangkap tubuhnya. Dia pun menggigit tangan itu dengan gigi-gigi tajam miliknya.“Rasakan!” Pangeran Yuasa kembali menangkap Aurum dan membawanya. “Dasar, apa karena saat ini kamu ini bayi naga lalu sikapmu seperti ini, anak nakal!” omel Pangeran Yuasa yang membuat Rosaline diam-diam tersenyum mendengarkan celotehan dan keakraban keduanya.“Jadi dia Aurum, maga kecil pangeran yang manis. Pantas saja Pangeran sampai menangis waktu itu saat Aurum menghilang. Naga itu memang sangat berharga,” pikir Rosaline dia mengelus naga kecil yang dititipkan Pangeran Yuasa padanya.“Jaga dia sebentar, jangan sampai kabur,” perintah Pangeran Yuasa sesaat sebelum dia pergi. “Rosaline, apa yang
Pangeran Yuasa tebang bersama dengan Aurum kembali ke Istana Kristal.“Ternyata lebih cepat terbang dengan naga daripada berkuda,” kelakar Pangeran Yuasa yang membuat Aurum merasa bangga.“Tentu saja, itu sudah pasti.” Naga itu menurunkan Pangeran Yuasa dan Rosaline di depan Istana Putri dan Pangeran.“Kakak!” teriak Pangeran Light menghambur memeluk Pangeran Yuasa.“Light! Dengan siapa kau kemari? Bukankah kau adalah pangeran kedua dari Kerajaan Silverstone?” tanya Pangeran Yuasa. “Dia denganku juga Paman Archilles dan putranya,” jawab Rainsword yang berjalan pelan mendekati Pangeran Yuasa. Dia juga melihat naga keemasan yang terlihat mendengkur setelah melakukan perjalanan.“Itu naga?" Bisik Pangeran Rainsword. “Ya, lalu di mana Tuan Archilles?” tanya Pangeran Yuasa.“Ada di taman belakang sedang berlatih dengan Kak Ren,” serobot Pangeran Light. Dia juga menarik tangan Pangeran Yuasa untuk menemui Jenderal Archilles. “Kakak pasti suka dengannya, dia mirip Kakak, mata biru
“Perkenalkan namaku Ren Rhodizite,” ucap Ren saat Pangeran Yuasa bertanya tentang dirinya. Mendengar nama Rhodizite yang sama dengan Archilles Rhodizite cukup untuk menjelaskan dia adalah anak dari Jenderal Archilles. Terlihat pula kemiripan wajah mereka hanya saja rambut pemuda ini berwarna merah seperti Rosaline. Bukan rahasia lagi jika istri dari Jenderal Archilles adalah seorang Red Ruby, wanita perkasa yang bahkan merupakan kapten kapal.“Yuasa, Ryuichi Yuasa,” balas Pangeran Yuasa saat berjabat tangan dengan Ren.“Ryuichi?” Pemuda itu terlihat bingung sesaat lalu terperangah tidak percaya. “Pa … Pangeran Yuasa!" Serunya seakan tidak percaya dia bertemu dengan Pangeran Yuasa.“Karena sekarang kalian sudah kenal, ini akan lebih mudah.” Jenderal Archilles memberikan formasi naga petir kepada Pangeran Yuasa, Pangeran Light dan juga Ren.“Tunggu, posisi ini apa tidak sebaiknya diubah saja?” tanya Pangeran Yuasa, dia tidak merasa yakin menjadi tumpuan serangan dengan kemampuan diriny
Aurum mendarat tepat di puncak Pegunungan Jade. Tujuan mereka kali ini mengumpulkan ketiga orang elemen petir.“Rosaline apa kau ingat waktu itu kita ketemu kakek itu di mana?" Pangeran Yuasa memindai reruntuhan yang ada di sekitarnya, dia tidak ingat di mana terakhir kali mereka bertemu naga petir.“Sepertinya di sekitar sini,” jawab Rosaline mengingat-ingat kembali sambil berjalan perlahan.Pangeran Yuasa melihat ke arah Rosaline yang masih mencari-cari keberadaan kakek yang kemarin mereka temui. Terlintas pikirannya untuk sedikit menjahili gadis berambut merah ini.“Rosaline, coba lihat ke sana!” seru Pangeran Yuasa yang sedikit menekuk lututnya hingga sejajar dengan wajah Rosaline.“Di mana?” tanya Rosaline saat menoleh hingga tanpa sengaja bibirnya menempel di pipi Pangeran Yuasa, “Maaf!” seru Rosaline mundur beberapa langkah dan meminta maaf berkali-kali sementara Pangeran Yuasa justru tersenyum jahil.“Tidak apa-apa, itu kan tidak sengaja,” balas Pangeran Yuasa yang me
Suasana mulai sepi saat para naga kembali ke tempat mereka masing-masing. Menyisakan tiga orang yang sama sekali tidak berubah menjadi naga seperti yang lainnya. “Kakek, apakah mereka teman-teman Kakek?” Pangeran Yuasa menyapa keduanya dengan baik dan mempersilakan mereka duduk bersama di ruang tamu bangunan utama yang ada.“Kami bertiga memiliki elemen petir, seperti yang kau lihat, Yang Mulia, kami bukanlah naga,” jawab pria tua yang mengaku sebagai Kakek naga petir.“Apa yang terjadi?” Pangeran Yuasa penasaran dengan ketiganya yang masih hidup sekian ratus tahun dari tragedi tersebut.“Naga anak pembawa petaka sangat kuat. Dia membunuh nagaku saat itu. Rasanya aku ingin membalasnya, tetapi semua itu akan menjadi sia-sia. Nagaku melindungiku dengan mengorbankan jiwanya. Meskipun jiwanya masih tetap ada bersamaku tetapi dia sudah tidak lagi memiliki raga. Saat itu aku salah satu dari ketujuh orang yang membuat formasi naga petir. Teman-temanku jauh lebih kuat dariku, dengan pe