Rainsword kembali bersama dengan Gilbert, mereka berdua berhenti saat dihadang oleh seorang anak. “Light, sedang apa kau ….” Rainsword belum sempat melanjutkan kata-katanya, dia merasakan tubuhnya tersengat aliran listrik yang sangat kuat. “Li—Light!” Rainsword terjatuh ke tanah, sengatan aliran listrik itu membuatnya pingsan. Dia tidak tahu berapa lama dirinya pingsan perlahan-lahan matanya terbuka dan didepannya anak yang memiliki rambut keperakan seperti dirinya sedang melakukan sesuatu kepada Gilbert. Rainsword melihat Light membuka ingatan yang terlihat jelas tergambar seperti tayangan film. Dia menghapus bagian saat kedua anak kembar itu bertemu hingga mereka menghilang ke dalam hutan. “Ke—kenapa?” tanya Rainsword yang merasakan tubuhnya kesemutan dan belum bisa bergerak dengan baik. “Maaf, Kak. Dia tidak boleh tahu keberadaan mereka berdua,” jawab Light. Wajahnya yang mirip dengan sang penjaga air terlihat menyeramkan saat dia menyeringai. “Bukan hanya dia, tapi mereka
Tangan Rainsword terulur, dia memanggil makhluk legendaris yang paling ditakuti, ular berkepala sembilan. Lingkaran sihir terbentuk dan dalam sekejap mata makhluk setinggi hampir empat meter itu muncul dengan sembilan kepala yang siap mencabik musuhnya.“Sial! Kenapa spiritnya makhluk ini!” Xavier melompat beberapa langkah mundur menghindari kepala-kepala ular yang menyerangnya bertubi-tubi. Dia melukai kepala ular itu dengan tombak hitamnya.“Sial! Makhluk ini memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi,” umpat Xavier mulai kesulitan melawan. Ular itu akan menyembuhkan dirinya dalam waktu yang sangat cepat saat terluka.Xavier dikejutkan lagi dengan serangan api yang mengarah padanya. Dia miring ke kiri untuk menghindari serangan tersebut. Namun, masih terasa panas api phoenix dari serangan Recca meskipun dirinya tidak tersentuh api tersebut.“Anak ini lebih kuat dari ayahnya,” gumam Xavier.Recca yang sudah terluka parah oleh tombak Xavier masih bisa berdiri dan menyerang makhluk dari
Jauh di dalam dunia lain, dunia yang tidak bisa didatangi mereka yang tidak memiliki spirit. Dunia ini berbeda dengan dunia pada umumnya, karena dunia ini berada dalam benak dari pemilik makhluk yang bisa dipanggil dengan perjanjian.“Yuasa, Yuasa!”Aurum terus memanggil nama Yuasa dan menggerakkan tubuhnya dengan moncongnya. Cakarnya terlalu tajam, dia takut bukan hanya membangunkannya tapi juga melukainya.Aurum bergelung di dekat Yuasa dia menggunakan sayapnya untuk melindungi pemuda yang tak kunjung tbangun juga. “Sampai kapan kau akan tertidur, aku tidak bisa terus menggunakan tubuhmu. Bangunlah, Yuasa, tubuh manusia tidak cocok untuk naga,” ucap Aurum mendekatkan moncongnya dan memberikan kehangatan untuk makhluk kecil yang ada di sampingnya.Yuasa terjebak di satu tempat yang begitu gelap. Sesuatu menariknya dengan kuat. Dia hanya bisa berpegang pada satu hal, Aurum. Dia tahu naga itu melindunginya dan dengan sekuat tenaga Yuasa berusaha menggapai Aurum yang terlihat jelas di m
Rosaline yang masih dengan penyamarannya sudah kembali ke Silverstone. Pagi-pagi para pelayan dihebohkan dengan kedatangan seorang pangeran yang sangat mirip dengan Pangeran Rainsword. Mereka hanya bisa berbisik-bisik membicarakan tentang pangeran yang dibawa Raja Edward.“Pangeran Light!” Rosaline kembali mengucek matanya, dia tidak tahu apa yang terjadi dan kenapa dia datang bersama dengan Raja Edward. Bagaimana mereka bertemu dan bukankah seharusnya Pangeran Light berada di hutan Onyx bersama dengan Tuan Rafael. Rosaline berusaha mengingat kembali saat di Woodcliff, dia melihat Putri Yui lalu ada Pangeran Yuan dan mereka berdua masuk ke hutan sehingga mau tidak mau dirinya mengikuti mereka.“Jangan-jangan waktu itu Pangeran Light juga bersama mereka,” gumam Rosaline yang kemudian teringat ada Adrian pula saat itu tetapi justru tidak melihat Tuan Rafael.Suara Raja Edward membuyarkan lamunan Rosaline, dia segera menuju ke tempatnya sebagai pengawal.“Ini istana untuk pangeran, ting
Xavier mengamati Pangeran Yuasa. Dia terus mengikuti kesehariannya hingga akhir ujian.“Kenapa dia selalu bersama dengan kedua bocah itu, mereka berdua semakin kuat,” gumam Xavier merasa kesal melihat Pangeran Yuasa yang selalu bersama Rainsword dan Recca.Pangeran Yuasa mengerutkan alisnya, dia juga terlihat mencebik, penyebabnya tidak lain karena ujian yang tidak berjalan lancar untuknya.“Yuasa, hasilmu itu sudah sangat bagus untuk siswa yang belajar mendadak, itu luar biasa.” Recca tidak habis pikir pangeran yang satu ini benar-benar tidak mau nilainya rendah sedikitpun.“Tapi tidak sempurna, aku bisa terima jika itu ujian praktek karena memang pada dasarnya aku lemah pada kegiatan praktek tapi ujian tulis setidaknya harus sempurna, aku cukup pintar,” sanggah Pangeran Yuasa yang tetap tidak terima nilainya tidak sempurna.“Apa aku minta nilaiku diturunkan saja supaya pangeran cantik ini puas dan tidak ngambek,” gumam Rainsword yang mendapatkan nilai lebih tinggi dari Pangeran Yuas
Pangeran Yuasa mundur satu langkah, mustahil baginya untuk kabur saat ini, lebih mustahil lagi bisa menghadapi Xavier seorang diri dengan kemampuannya.“Mau ke mana?” Xavier tersenyum melihat Pangeran Yuasa yang terlihat sedikit takut dengannya.“Kau tidak akan bisa membawaku dengan mudah,” ucap Pangeran Yuasa yang mulai memasang kuda-kuda untuk bertarung melawan Xavier. Dia berguman pelan, “Golden lightning.” Sebuah pedang keemasan muncul setelah liontinnya bersinar.“Pedang itu,” gumam Xavier memperhatikan pedang Pangeran Yuasa, matanya memicing melihat ukiran dan hiasan yang ada pada pedang di tangan sang pangeran.Golden lightning, pedang yang digadang-gadang memiliki kekuatan besar dan hanya muncul saat seseorang pantas menjadi raja. Jika pedang itu ada di tangan Pangeran Yuasa, artinya dia adalah calon raja berikutnya.“Kenapa Raja Yuichi sudah memberikan pedang ini sebelum penobatan,” batin Xavier yang merasakan kejanggalan dari kebiasaan yang seharusnya.Pada akhirnya Xavier m
Yuasa terbangun, perlahan dirinya memperhatikan pemandangan asing di depannya. Dia melihat begitu banyak benda menyerupai kabel yang menempel di tubuhnya bahkan ada yang terasa sakit di tangannya.“Apa ini?” gumamnya menarik benda yang menyerupai selang kecil yang mengalirkan darahnya. Dia berusaha mencabutnya, tetapi tenaganya seakan tidak ada sama sekali.“Yuasa, kau baik-baik saja?” Suara serak yang menggema di benak Yuasa. Aurum terdengar begitu cemas.“Apanya yang baik-baik saja? Aku lemas, tubuhku tidak memiliki tenaga sama sekali,” balas Yuasa dalam benaknya.Dia bersandar pada kaca dingin yang mengurungnya. Yuasa berada di dalam sebuah tabung kaca tebal dengan banyak peralatan yang mendeteksi kondisi tubuhnya. Di luar sana terlihat beberapa orang yang berjalan dengan berbekal sebuah papan yang berisi catatan. Mereka juga mendekati Yuasa dan mencatat sesuatu di papan tersebut. Ada secarik kertas yang terselip di papan itu dan disanalah mereka menulis.“Tolong,” ucap Yuasa denga
Suasana malam di Hutan Onyx yang cukup mengerikan bagi manusia biasa jika memasukinya tidak menghalangi Raja Yuichi menerjang hutan itu untuk menemui adik angkatnya, Rafael. Dia memacu kudanya tanpa henti dan sampai di depan sebuah rumah di tengah Hutan Onyx.Seorang pria dengan rambut hitam cepak berdiri di depan pintu rumahnya.“Rafael!” seru Raja Yuichi.“Pelan-pelan, tarik napas lalu hembuskan, tenang dulu baru ceritakan kenapa kau datang kemari malam-malam,” balas Rafael yang terlihat tenang melihat kakaknya yang tengah menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan.“Yuasa, ini tentang Yuasa. Xavier menculiknya,” ucap Raja Yuichi.Rafael yang mendengar berita itu langsung mencengkram kedua lengan kakaknya, dia terlihat begitu cemas dengan Yuasa.“Bagaimana itu bisa terjadi? Bukankah ada Agni!”Kali ini Raja Yuichi yang harus menenangkan Rafael dengan kalimat yang sama.“Tenanglah dulu!”“Bagaimana bisa tenang! Xavier pasti akan melakukannya, dia akan menguras habis da
Raja Quattro dikejutkan dengan tanaman merambat yang mulai menjalar dan terus tumbuh di bawah kakinya. Tanaman itu mengikuti ke mana sang raja baru melangkah. Seakan tahu sasarannya, tanaman rambat itu mengikat kaki Raja Quattro.“Kau mengendalikan tanaman!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat mulai melilitnya dari bawah. Kakinya telah terikat sempurna hingga lutut. Dia berusaha memotong sulur-sulur yang merambat cepat.“Aku tidak menguasai pengendalian tanaman,” balas Pangeran Yuasa.Pangeran Yuasa juga bingung dengan kondisi angin yang bertiup bersamaan dengan helai dedaunan. Aroma mint lembut terbawa dalam hembusan angin hingga semua pasukan berhenti berlari saat menghirup aromanya.“Jangan berkilah, hentikan tanaman ini!” teriak Raja Quattro saat tanaman rambat itu kini membungkus seluruh kakinya hingga ke pinggang dan masih menjalar. Bukan hanya di bawah kaki Raja Quattro tanaman mulai tumbuh di seluruh bagian. Ada beberapa bunga kecil yang mulai mekar pula.“Ayahanda,” gumam
“Rosaline!” Damian menangkap tubuh Rosaline. Dia menepuk pipi adik perempuannya supaya sadar.Raja Quattro yang melihat barrier tujuh lapis. Rosaline menghilang menyeringai. Senyumannya membuat Damian merasa merinding. Tubuh Rosaline tiba-tiba terasa ringan. Damian yang melihat perubahan itu menyipitkan mata tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tubuh Rosaline yang sedang pingsan tiba-tiba berpindah dari tangan Damian ke tangan Raja Quattro tanpa disadarinya. Angin Raja Quattro yang memindahkannya secepat kilat.Keberadaan Rosaline di tangan Raja Quattro membuat mereka semua bergidik. Raja itu melakukan segala cara demi tercapai tujuannya.“Pangeran! Turun dan serahkan dirimu, atau ....” Raja Quattro memperlihatkan Rosaline yang berada di tangannya dan memberikan isyarat gerakan tangan di depan leher seperti diiris.“Bagaimana Yuasa?” Aurum yang bersatu dengan Pangeran Yuasa tidak bisa tinggal diam. Baginya Rosaline merupakan orang yang berharga, setidaknya dia menganggap gadis itu
Adrian merasa ada yang janggal. Saat mereka meninggalkan Istana Mawar, permaisuri menyambut mereka. Namun, saat ini meskipun keributan sangat besar terjadi tidak ada tanda-tanda keberadaan permaisuri.“Tunggu.” Adrian menghentikan Pangeran Yuan yang akan membuka pintu ke kamar Raja Yuichi.“Ada apa?”Kedua anak kembar itu saling berpandangan kemudian melihat ke arah Adrian.“Kalian tunggu sebentar,” ucap Adrian meminta kedua anak kembar ini menunggu dan dia menyelinap masuk diam-diam.Tak lama berselang, Aurum bersama dengan Pangeran Yuasa masuk ke dalam.“Sedang apa?” tanya Aurum yang melihat dua anak sedang berdiri di depan pintu. Dia mencari tempat untuk meletakkan Pangeran Yuasa yang sedang tidak sadarkan diri. Setelah memindai ruangan dengan teliti dia menemukan ada kursi panjang dan akhirnya merebahkan Pangeran Yuasa di sana.“Apa yang terjadi dengan Kakak?” tanya Pangeran Yuan.“Kehabisan energi, sudah hal biasa,” jawab Aurum.Rosaline menanyakan keberadaan Adrian kepada Putri
Pangeran Yuasa berjalan menuju ke bangunan utama Istana Mawar. Mereka yang berada di depan sang pangeran menyingkir tanpa perintah. Semua orang seakan mendapatkan tekanan yang begitu berat dan tidak bisa beranjak dari tempatnya kecuali mereka yang menghalangi jalan seakan kakinya bergerak sendiri untuk memberi jalan sang pangeran. “Apa ini?!” batin Raja Quattro. Dia tidak bisa bergerak bahkan menunduk saat Pangeran Yuasa lewat di depannya. “Kau ingin tahu kekuatan apakah ini? Ini adalah kekuatan untuk mengendalikan, aku memang lemah tapi dengan kekuatan ini kau pun akan bertekuk lutut,” bisik Pangeran Yuasa di depan Raja Quattro. “Salam kepada Yang Mulia,” ucap Raja Quattro, ucapan yang seharusnya tidak pernah keluar dari mulutnya. Dia berlutut di depan Pangeran Yuasa. Semua pengikut sang raja pun mengikuti apa yang dilakukannya. “Sial, bagaimana bisa tubuhku dipaksa seperti ini!” batin Raja Quattro mengumpat dalam hati, mengutuk sang pangeran atas perlakuannya merendahkan dirinya.
Aurum menerjang prajurit yang menghalanginya. Dia tidak peduli dengan mereka yang menghalangi dan berlari ke arah Pangeran Yuasa.“Yuasa!”Raja Quattro yang melihat Aurum mendekat mengangkat tangannya. Dia mengucapkan sesuatu dan angin besar menerbangkan Aurum, naga yang begitu besar seakan tidak memiliki berat. Aurum terhempas dan menimpa beberapa prajurit.“Dasar pengganggu.” Raja Quattro membuat pembatas, pembatas yang membuat gentar siapa pun yang ada di sana. Mereka berdua berada di tengah-tengah pusaran angin.“Siapa yang akan menolongmu sekarang, Pangeran? Kau bukan apa-apa tanpa teman-temanmu. Kau pikir aku tidak tahu, kau lemah, sangat lemah, hanya karena kau terlahir sebagai anak raja maka semua ini bisa kau miliki. Sungguh membuat iri. Aku yang berusaha sekuat tenaga, berjuang dari bawah hanya bisa menduduki posisi jenderal. Sementara kau akan menjadi raja? Enak saja. Aku juga bisa melakukan pemurnian, ternyata itu bukan kekuatan spesial.” Raja Quattro menyeringai. Dia mena
“Cepat, kita harus menolong ayah!” seru Pangeran Yuasa.Yuan terbang lebih dulu, dia dapat merasakan kekuatan kristal hitam yang begitu besar.“Aneh, kenapa kristal hitam sangat terasa di sini, ini akan sangat buruk untuk ayah dan kakak,” batin Pangeran Yuan. Dia mendekati Yui dan membicarakan tentang firasatnya.“Istana Mawar ada di depan.” Pangeran Yuasa memberikan komandonya.Putri Yui memperlambat terbangnya saat merasakan sesuatu yang tidak biasa.“Ada apa?” tanya Pangeran Yuasa saat melihat kedua adik kembarnya berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan mereka.“Itu!” Mata Pangeran Yuasa terbelalak, pasukan yang berjajar rapi mungkin lebih dari 10.000 prajurit ada di sana. Mereka dipimpin oleh Raja Quattro dan para jenderalnya.“Melawan mereka rasanya seperti menggali kubur sendiri,” gumam Rosaline.Sekuat-kuatnya mereka jika lawannya begitu banyak tetap saja akan sangat sulit.Pangeran Yuasa melihat pergerakan pasukan Damian dan yang lain menuju Istana Mawar. Pasukan mereka hany
Pangeran Yuasa terbang bersama dengan kedua adik kembarnya. Mereka mendarat di depan sebuah pintu besar yang terletak di tengah hutan.“Kurasa Aurum tidak akan muat,” ucap Pangeran Yuasa melihat sebuah pintu yang lebih besar dari pintu rumah pada umumnya, tetapi lebih kecil jika dibandingkan dengan gerbang dimensi.Pangeran Yuan tersenyum, “Dia bisa berubah, kan,” sambung Pangeran Yuan.Aurum berubah wujud. Dia terlihat seperti Pangeran Yuasa, yang berbeda hanya warna matanya, tetap keemasan.“Aku pasti muat dengan wujud ini,” ucap Aurum tersenyum simpul.“Rosaline,” panggil Pangeran Yuasa dan gadis itu mengangguk. Dia tahu dirinya diminta memasang barrier.“Tidak perlu,” tolak Pangeran Yuan saat gadis berambut merah itu akan memasangkan barrier padanya.“Tapi, Pangeran bisa terluka,” balas Rosaline.Pemuda dengan wajah yang sama seperti Putri Yui itu tersenyum, “Aku tidak apa-apa. Berikan pada Yui dan yang lainnya.”Rosaline berbalik dan membuat barrier untuk Putri Yui dan juga Aurum
Xavier menghadang mereka yang semuanya berpakaian hitam. Satu lawan sekumpulan orang tak membuat pria bersenjata tombak hitam ini gentar.“Kenapa kalian tidak menyerang saat kami sedang terlelap, sungguh baik hati sekali menunggu hingga kami bangun.” Xavier merasa mereka ternyata masih punya hati nurani.Salah satu dari mereka terlihat terluka oleh luka bakar, Xavier merasa mengenal luka tersebut, luka yang di akibatkan oleh api hitam.“Apa Rafael berjaga tadi malam? Bukankah dia tidur lebih dulu dariku,” batin Xavier.Malam itu mereka berusaha menyerang, menunggu mereka terlelap. Saat kaki mereka melangkah cukup dekat dengan rumah pohon, sebuah barrier tujuh lapis ternyata menyelubungi tempat itu. Barrier itu sangat keras dan dengan usaha yang cukup besar mereka menghancurkan ke tujuh lapis pelindung tersebut.“Tuan Xavier, kami masih segan dengan Anda. Mereka kristal berwarna tidak seharusnya Anda membelanya,” ucap salah satu dari pria berpakaian hitam di depan Xavier.“Kalian belum
Malam semakin larut, Damian menggigil seakan seluruh tubuhnya diselimuti salju.“Kak!” Adrian berusaha membuat barrier untuk membuat udara sekitar Damian lebih hangat, tetapi percuma hal itu tidak berdampak sedikitpun.Seperti para korban yang lain, Damian mulai meracau, mengatakan hal-hal aneh. Bahkan bahasa yang digunakan juga bukan bahasa yang biasa digunakan, dia seperti bersenandung kadang berteriak dan sesaat kemudian menangis.“Kak Damian?!”Adrian berusaha menyadarkan Damian yang seperti orang lain saat tengah malam tiba, dia sangat aneh.“Adrian, tidak ada yang bisa kita lakukan, dia bukan Damian saat ini, kontaminasi di tubuhnya sedang menguasainya, ingatan dari noda-noda kristal yang diserapnya tidak bisa dikendalikan. Percuma, dia akan kembali lagi esok hari, kita hanya bisa menjaganya agar tidak melukai dirinya sendiri.” Menteri Feng Zhui membuat suhu udara sekitar Damian menjadi hangat. Pria berambut merah itu terlihat tidak terlalu menggigil lagi. Adrian membuat barrier