"Malam hari, suasana padang pasir yang selalu tampak gersang dan panas berubah menjadi sebuah hamparan pasir emas dibawah sinar rembulan, semilir angin dingin menyapu lembut helaian rambut gelap Abellard yang sedang duduk di atas Kinton bersiap untuk segera kembali ke academy. Entah mengapa, suasana malam ini terasa begitu sunyi dibandingkan malam-malam sebelumnya, hanya ada Abellard dan seorang gadis dengan rambut berwarna merah menyala yang menemaninya hingga ke gerbang dimensi yang memisahkan kerajaan ini dengan hutan Kekaisaran Timothe. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mereka, hingga setelah beberapa saat setelah saling menatap tanpa sepatah katapun, Abellard menggerakkan bibirnya untuk mengucapkan salam perpisahan sebelum bergerak pergi menembus gerbang dimensi. "Jaga dirimu, pastikan kau selalu berlatih untuk mengendalikan inti jiwa barumu, dan jika terjadi sesuatu, jangan ragu untuk menemuiku di Kekaisaran," Ucapnya tersenyum kecil kepada gadis di depannya. Albis m
"Dan jika kita menggabungkan semua rumor itu dengan sedikit data, mungkin tragedi itu akan terjadi kurang dari satu bulan, namun, itu hanyalah sebatas perkiraan saja," Terang Ames setelah mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai tempat yang ia kumpulkan dalam waktu singkat. "Apa maksudmu dengan waktu sesingkat itu? Lalu, apakah mungkin jika seorang raja iblis baru akan muncul dalam waktu kurang dari sebulan?" Abellard kembali mengajukan pertanyaannya. Namun, tentu saja jawabannya tidak, bukan?. "Mungkin akan sulit.""Tck! Lalu apa yang harus kita lakukan? Jika sesuatu benar-benar terjadi maka yang paling awal terkena dampaknya pastilah Kekaisaran ini," Decak pria itu menghentakkan jarinya beberapa kali berpikir keras. Waktu yang ia punya hanyalah satu bulan, dan dalam waktu sesingkat itu ia harus melakukan sesuatu untuk mengantisipasi bencana yang akan terjadi, tentu saja Darrel pasti telah melakukan persiapan untuk bencana itu, namun, apakah persiapan mereka cukup matang?. Ba
Sebuah lingkaran sihir berukuran sedang melayang di udara, itu adalah Abellard, pria itu menggerakkan tangannya untuk membentuk sebuah lingkaran sihir berukuran lebih kecil di atas lingkaran sihir sebelumnya, yang kemudian ia tempelkan pada sihir pelindung istana. Krak! Sebuah retakan muncul pada sihir pelindung yang kemudian menjalar menjadi sebuah lubang yang cukup besar untuk dimasuki oleh seorang pria dewasa di dinding sihir pelindung itu, sedikit diluar dugaan, suara retakan pada didinding sihir memancing beberapa pengawal ke arahnya untuk mengecek asal suara tersebut, membuat Abellard terpaksa berlari memasuki istana dengan para pengawal yang mengejar tepat di belakangnya. "Ames! Tunjukkan tempat yang cukup ramai orang di dalamnya, kita harus memperlambat mereka," Desak Abellard segera berlari secepat mungkin ke arah istana. Ames mulai memindai seluruh bagian istana, dan mengarahkan Abellard untuk memasuki dapur istana yang kini sedang dipenuhi oleh pada pelayanan dan koki ya
Hening, tidak ada sepatah katapun yang keluar diantara Abellard maupun Darrel, sebenarnya Darrel ingin menyembunyikan ini dari istri dan putranya karena tidak ingin membuat mereka khawatir, namun, sepertinya ia tidak dapat menyembunyikan hal ini lebih lama lagi. "Tidak, sebenarnya pihak Kekaisaran Blastoild tidak ingin memberitahu kita apapun mengenai bencana ataupun kondisi raja iblis Aobras saat ini, namun, salah satu mata-mata kita di Kekaisaran itu mengatakan bahwa Aobras sedang terluka parah dan hanya ada kemungkinan kecil untuk bisa menyelamatkannya, terkadang juga muncul gelombang sihir yang mengguncang Kekaisaran Blastoild di waktu tertentu.""Sedangkan untuk bencana yang akan datang setelah kematian raja iblis, masih tidak ada informasi apapun tentang itu, tetapi menara sihir memprediksi bahwa kemungkinan besar akan muncul ribuan monster tingkat tinggi yang lepas kendali setelah kosongnya posisi raja iblis," Ungkap Darrel meraih secangkir teh yang tersaji di atas mejanya. "
"Mungkin saja ia melakukan sesuatu saat anda tertidur? Bukankah kamar kalian bersebelahan? Lagipula cara anda memperlakukan pria itu terlalu baik untuk disebut biasa saja," Ujar pria paruh baya itu lagi, masih tidak percaya dengan hubungan Albis dengan Abellard. "Ti, tidak mungkin Abellard akan melakukan hal seperti itu kan? Lagipula ia hanyalah anak kecil dibalik penampilan dewasanya," Sanggah Albis melambai-lambaikan tangannya menyangkal ucapan pria paruh baya itu. "Jika dia melakukan itu karena tidak terbiasa dengan tubuh dewasanya? Walaupun umurnya masih muda, namun tubuhnya pasti merasakan sesuatu saat melihat wanita secantik anda bukan?""Itu... Itu mungkin saja terjadi, akan tetapi tidak mungkin ia melakukan hal seperti itu saat aku tertidur!!!""Dengan kata lain ia akan melakukannya jika anda mengijinkan?" Albis terjebak, wajahnya memerah memikirkan kemungkinan yang dilakukan oleh Abellard kepadanya saat tertidur, ia ingin menyangkal perkataan penasihatnya, namun, bagaimana
Seminggu setelah kembalinya Abellard ke istana Kekaisaran, pagi ini seperti biasanya pria itu menghabiskan waktunya dengan berlatih di ruang latihan bersama para kesatria khusus yang dibentuk untuk menghadapi bencana yang akan datang dalam waktu dekat. Pria itu baru saja memutuskan untuk mengasah kembali kemampuan berpedangnya, mungkin saja itu akan membantunya menghadapi bencana ini. Suara gemerincing dari pedang-pedang yang beradu memenuhi seisi ruang latihan, tidak ada yang spesial kecuali sosok pelayan pribadi ratu yang bergegas menghampiri Abellard dengan sesuatu di tangannya. "Mohon maaf mengganggu waktu latihan anda yang mulia, namun, kepala academy baru saja mengirim surat yang ditujukan langsung kepada anda," Ucapnya menyerahkan sebuah amplop dengan lebel academy yang dibubuhkan di atasnya. Tidak seperti biasanya, kali ini Hanry mengirimkan surat resmi kepada Abellard, penasaran, Abellard bergegas membuka suratnya. "Kepada yang mulia Abellard Bernie Timothe, saya dengar a
Teriakan kesakitan terdengar di seluruh penjuru academy, para murid tingkat atas di academy itu terus berusaha membunuh monster-monster yang menyerang mereka satu persatu, namun, walaupun mereka dapat membunuh monster tingkat menengah itu dengan mudah, dengan jumlah mereka yang hanya beberapa puluh orang tidak akan sanggup melawan para monster yang jumlahnya ratusan kali lipat dari mereka. Abellard yang masih memperhatikan kondisi disekitarnya memutuskan untuk mengamankan jasad gurunya terlebih dahulu sebelum turun untuk membantu mengatasi monster-monster itu bersama para guru dan murid academy lainnya, namun, beberapa saat setelah mengamuknya monster-monster tingkat menengah itu, suara dentuman keras menyita perhatian Abellard. Langit yang mendung berubah semakin semakin gelap disertai gemuruh hujan dan badai besar yang membuat langit dipenuhi kebut tebal, dan beberapa detik setelahnya, ledakan besar terdengar di langit di susul angin kuat yang menyapu seluruh kabut disekitarnya.
Bugh!Abellard dimuntahkan oleh gerbang dimensi yang menelannya dan terjatuh ke tanah bersama puluhan batang pohon yang juga ikut terseret bersamanya. "Apa? Dimana kita sekarang?" Tanya pria itu mengedarkan pandangannya melihat sekeliling ke lingkungan yang terasa asing baginya. Seluruh tempat itu berwarna putih tertutup salju, tidak ada makanan maupun pakaian hangat untuknya, dalam kondisi ini, jika ia tidak dapat menemukan jalan keluar, mungkin saja ia akan mati kedinginan karena kehabisan sihirnya. "Ouch! Shhhh" Terdengar seseorang yang meringis kesakitan dibalik batang-batang pohon yang yang dimuntahkan oleh gerbang dimensi, Abellard memicingkan matanya waspada, mungkinkah mata-mata musuh mengikuti mereka hingga ke tempat ini?. Perlahan pria itu berjalan mendekati arah suara rintihan itu, semakin lama suara itu terdengar semakin jelas, dan saat Abellard hanya beberapa langkah lagi dari seseorang yang diduga sebagai mata-mata itu, terlihat salju disekitarnya telah diwarnai den