Ketika Vincen turun dari mobil, suasana menjadi hening sejenak. Semua orang menatap dengan penuh harap ke arahnya. Namun, ekspresi mereka berubah ketika sosok yang keluar dari mobil ternyata seorang pemuda mengenakan jas khas bodyguard, bukan Tuan Muda Clark yang mereka nantikan."Apa itu Tuan Muda Clark?" tanya seorang pria yang berdiri di dekat pagar."Sepertinya bukan," sahut seorang wanita yang berdiri di sampingnya, "mustahil cucu Tuan besar Clark mengenakan pakaian bodyguard!""Kalau bukan dia, terus mana Tuan Muda Clark?" tanya seorang wanita paruh baya dengan nada penasaran.Mereka tidak menyadari bahwa pemuda yang mengenakan jas serupa bodyguard itu sebenarnya adalah Tuan Muda Clark yang mereka cari. Noel yang mendengar perkataan orang-orang di sana hanya menggelengkan kepalanya dengan pasrah. Dengan senyum di bibirnya, Vincen menikmati kebingungan yang terpancar dari wajah-wajah orang di sekelilingnya. Matanya yang tajam memand
Marko mengernyitkan dahi saat mendengar Noel memanggil Vincen dengan sebutan 'Tuan Muda'. Dia yakin tidak salah dengar, dan melihat sikap patuh Noel terhadap Vincen membuat Marko terkesiap."Tidak mungkin, dia hanyalah seorang Bodyguard," gumam Marko, sambil melirik Noel yang tampak tak ragu.Lidia juga memperhatikan ekspresi Vincen yang berbeda kali ini. Seolah-olah bukan Vincen yang biasanya. Keresahan mulai mencuat dalam benak Lidia, merasa ada sesuatu yang berbeda dengan Vincen yang biasanya tak berani seperti ini.Sementara itu, Noel sudah naik ke panggung dan membisikkan sesuatu pada pembawa acara yang sedang memulai acara.Pembawa acara tampak terkejut saat Noel selesai berbisik, memberi isyarat akan perubahan dalam acara.Pak Tua Clark, yang sedang bersama keluarga Veronica, melihat Noel dari kejauhan. Mereka penasaran dengan apa yang sedang dilakukan salah satu pengawal setianya itu."Tielman, bukankah itu Noel? Apa yang
Pengumuman yang disampaikan oleh pembawa acara membuat Marko dan Lidia terkejut, sulit mempercayai bahwa perkataan Vincen bukan omong kosong semata.Para tamu undangan terdengar mendesah kecewa, pasalnya mereka tidak akan bisa mendapatkan hotel Diamond sehingga tidak ada kesempatan dekat dengan tuan muda Clark."Tidak mungkin..." gumam Marko dengan masih merasa kaget.Tidak cukup hanya mendengar dari pembawa acara, Marko segera mengeluarkan ponselnya dan menghubungi ayahnya. Wajahnya tampak terpaku saat mendengar bahwa ayahnya mengatakan hal yang sama. Ia menoleh ke arah Vincen yang berdiri di depannya, kepala menggeleng-gelengkan karena tak percaya."Bagaimana Marko? Sekarang kau tahu bukan, di atas langit masih ada langit," ujar Vincen dengan senyuman simpul. Ia mengangkat gelas anggur yang ada di tangannya, lalu meneguknya dengan mantap.Marko merasakan emosi marah yang mendalam, tangannya berkeringat saat mengepal erat.Segera dia merapatkan pandangannya pada wajah Vincen, mencoba
Marko, yang merasa terhina, telah berada di luar hotel dengan wajah merah padam dan napas tersengal-sengal karena dipermalukan oleh Vincen. "Aku tidak akan membiarkanmu begitu saja, Vincen Adama! Persetan kalau kau orang kepercayaan Tuan muda Clark!" amuknya, memandang langit dengan rasa penyesalan dan dendam. Dalam kekalutan amarah, Marko langsung mengambil ponselnya yang terdapat dalam saku celananya dan menekan nomor Kars. "Di mana kau, Kars?! Bukankah aku sudah bilang dia ada di acara penyambutan Nona Sanchez!" bentak Marko begitu Kars mengangkat panggilan, tubuhnya bergetar kesal. "Tenang, Marko. Percayalah padaku, aku sudah merencanakan semuanya," jawab Kars dari seberang dengan nada santai yang kontras dengan emosi Marko saat itu. Marko memijat pelipisnya, mencoba meredakan tekanan darah yang terasa naik. "Awas saja kalau kau sampai gagal!" ujarnya lirih, mematikan panggilan dan menghela napas sejenak. Tangannya erat mengepal ponsel dan kepalanya mendongak, berh
Vincen menatap sosok pria tersebut dengan saksama, mencoba mencari tahu siapa dia. Namun, tiba-tiba Veronica melangkah maju, menempatkan dirinya di antara Vincen dan pria itu. Vincen bisa melihat sorot mata Veronica yang tajam dan penuh kebencian saat menghadap pria tersebut. "Zaky, apa yang sedang kau lakukan di sini?! Aku tidak pernah mengundangmu!" ucap Veronica dengan suara yang ketus dan tegas. Mendengar pertanyaan Veronica, pria yang dipanggil Zaky tersebut tersenyum sinis. "Veronica, apa ini pria pilihanmu? Mungkin dia memang pewaris keluarga Clark, tetapi lihatlah penampilannya seperti orang rendahan." Zaky Adelray, dia adalah pewaris tunggal keluarga Adelray, yang merupakan orang terkaya kedua di negara Parszcak tempat Veronica kuliah. Zaky menoleh ke Vincen, menatap jijik pada penampilannya yang sederhana dan seperti orang rendahan. Dia merasa tak pantas Vincen, dengan penampilan seperti itu, menjadi pewaris keluarga kaya raya. "Zaky, tutup mulutmu!" bentak V
Vincen melangkah keluar dari hotel Diamond dengan langkah santai, merasa jenuh dengan suasana pesta yang mencekik. Noel setia mengikuti di belakangnya tanpa mengeluh. Begitu udara malam menyentuh kulit mereka, Vincen merasa lebih lega dan menghirup udara segar. "Tuan muda, acaranya belum selesai, kenapa keluar?" tanya Noel dengan nada sopan, ingin mengetahui alasan yang sebenarnya. Vincen menghela napas panjang, mengungkapkan rasa bosannya. "Aku malas berada di antara kerumunan orang-orang yang hanya peduli pada kepentingan mereka sendiri. Lebih baik aku menghirup udara segar di sini." Vincen menatap langit malam yang penuh bintang, mencari ketenangan. Lalu, ia teringat sesuatu dan menoleh pada Noel. "Ngomong-ngomong bagaimana permintaanku Paman? Apakah sudah diselesaikan?" Noel mengangguk, wajahnya tampak serius. "Saya sudah memerintahkan anak buah saya untuk menutup mulut orang yang melihat kedekatan Anda dengan Nona Sanchez, tuan muda. Mereka akan menjaga rahasia dan tidak ak
Veronica bersembunyi di belakang Vincen, hatinya berdebar kencang saat melihat segerombolan orang berpenampilan menyeramkan dengan senjata tajam di tangan mereka.Terlihat Mereka berjalan dengan langkah pasti, seolah sudah mengincar Vincen dari awal."Vincen, jangan gegabah, lebih baik tunggu pengawal kita datang," bisik Veronica dengan suara bergetar. Matanya memandang tajam ke arah Vincen yang tampaknya hendak melawan. Dalam kecemasannya, tangannya meremas erat pakaian Vincen dari belakang.Vincen menoleh sebentar ke arah Veronica, wajahnya yang tampan dan tenang seolah tak terpengaruh oleh situasi yang terjadi. Namun, dalam hatinya, dia merasa cemas juga untuk keselamatan Veronica.Tiba-tiba, salah satu dari segerombolan orang itu berkata dengan suara keras dan sinis, "Vincen Adama, ketahuilah posisimu, seharusnya kau tidak usah bertingkah sok kuat, sehingga tidak ada yang mengincarmu."Ternyata, pria yang berkata itu adalah Kars, orang suruhan Marko. Senyum licik terpampang di waj
Veronica yang berdiri tidak jauh dibelakang Vincen, matanya terbelalak melihat darah segar yang menetes di bawah Vincen.Wajah Veronica berubah pucat, tangannya menutup mulutnya, khawatir dengan keselamatan Vincen.Sementara itu, Kars menyeringai penuh arti, seolah menikmati penderitaan yang dialami Vincen.Namun, seringai Kars tiba-tiba menghilang saat tangan Vincen dengan cepat mencengkeram pergelangan tangan Kars.Vincen mengangkat tangan Kars ke atas dengan kekuatan yang mengejutkan, membuat Kars merasa terjepit."Argh!" teriak Kars histeris, merasa kesakitan seolah pergelangan tangannya akan patah.Vincen tak mengendurkan cengkeramannya. Sebaliknya, ia menendang Kars dengan kuat hingga pria itu terhempas beberapa meter ke belakang.Perlahan Vincen melangkah mendekati Kars yang terkapar di jalan, merintih kesakitan. Darah segar mengalir di sudut bibirnya.Kars mencoba bangun namun tak mampu, ia terkulai lemas di tanah. Vincen menatap Kars dengan tatapan tajam dan dingin, tanpa ras