Face menatap Harley dengan tatapan penuh kesedihan, seolah menyesal akan apa yang akan ia ungkapkan. Ia kemudian teringat kembali pada saat ia akan menyuntikan obat bius pada Elma. Wanita tua itu, dengan nada berat, mengatakan bahwa Harley tidak akan pernah mampu memiliki kekuatan Giok darah yang legendaris.
Alasannya adalah Harley merupakan keturunan keluarga pelayan Klan Ritsu, yang sudah ditakdirkan untuk menjadi pelayan dan tak akan mampu menguasai kekuatan tersebut.Dengan langkah ragu, Face mendekati Harley sambil membawa gulungan yang berisikan foto sebuah keluarga dan seorang pelayan menggendong dua bayi laki-laki. Foto itu merupakan pemberian dari Elma sebelum kejadian itu."Apa ini, Face?" tanya Harley dengan suara lembut, saat ia menerima gulungan itu dan melihat foto yang ada di dalamnya."Lihatlah baik-baik, tuan," jawab Face dengan nada serius, namun penuh kegentaran.Perlahan, Harley mengerutkan keningnya, menatap foto ituUntuk beberapa saat, Vincen dan Lidia terhenti dalam diam, saling menatap satu sama lain. Hati Lidia terasa berdenyut, hingga akhirnya wanita itu mengambil origami yang ada di tangan Vincen dengan lembut."Terima kasih," ucap Lidia dengan lirih, sambil memaksakan sebuah senyum yang pahit. Dengan berat hati, ia mencoba menggerakkan kursi roda untuk menjauh dari Vincen. Lidia sadar betul pernah melukai pria itu, dan ingin menjauh agar tak membuat masalah lagi baginya.Namun, tiba-tiba saja Vincen menggenggam pegangan kursi roda Lidia, membuat wanita itu tersentak dan mendongak, menatap pria yang pernah menjadi suaminya itu dengan sorot mata yang bingung dan kaget."Setidaknya aku tidak ingin terlihat buruk di saat terakhirmu," ucap Vincen dengan nada serius, sambil mendorong kursi roda tanpa menatap Lidia.Lidia merasa terharu, dan ia mengulas sebuah senyum. "Kau tidak pernah berbuat buruk padaku, Vincen. Tapi aku yang telah menyia-nyiakan pria baik sepertimu," ucapnya dengan mata berk
Vincen masih berdiri di samping tempat tidur kakek dan neneknya, menggenggam tangan Veronica dengan penuh kasih sayang. "Kakek, Nenek, aku harus pergi sebentar, masalah ini harus segera aku urus," ucapnya lembut. Kakek dan neneknya mengangguk pelan, mereka berdua menatap cucunya itu dengan rasa bangga.Vincen menggenggam kedua tangan Veronica. "Kamu pulanglah istirahat, biar bawahanku yang menjaga mereka," ucapnya lembut.Veronica menggelengkan kepalanya pelan. "Nanti saja, aku juga sedang menunggu Ayah yang sedang menemui seseorang, nanti aku pulang bersamanya."Vincen mengangguk mengerti. "Kalau begitu aku pergi dulu," ucapnya lembut, mengecup kening Veronica lantas meninggalkan ruangan itu.Setelah memastikan kedua orang tua itu mendapatkan penjagaan ketat dari bawahannya. Vincen segera meninggalkan rumah sakit dengan langkah cepat. Di luar, ia berbicara pada teleponnya, memberi instruksi tegas kepada orang-orangnya. "Aku ingin kalian menemukan Harley secepatnya. Segera temukan d
Gideon tersenyum licik sambil menatap Face tajam, merasakan energi spiritualnya mengalir deras di dalam tubuhnya. Tiba-tiba, aura gelap yang pekat menyelimuti seluruh tubuhnya, membuatnya tampak lebih menyeramkan.Kuku-kuku jari Gideon memanjang dengan cepat, berubah menjadi cakar tajam dan mematikan. Taringnya tumbuh dari mulutnya, dan matanya berubah menjadi hitam pekat, penuh niat jahat.SwuzzDalam sekejap, Gideon menghilang dari pandangan, membuat Face tercengang. Dengan refleks cepat, Face berubah menjadi raksasa, mencoba menghadapi serangan yang akan datang dari Gideon.SwutGideon muncul didepan Face, melancarkan serangan cakaran hitam bertubi-tubi. Face yang tidak siap terkejut, menerima serangan yang cepat tersebut.Slas! Slas!"Argh!" Face berteriak kesakitan, histeris ketika tubuhnya yang keras dan kokoh tersayat oleh cakar-cakar Gideon yang tajam dan mematikan.Namun, dengan tekad yang kuat, Face menahan rasa sakit yang mendera dan melancarkan serangan balasan berupa puku
Gideon terus menerima hajaran brutal dari Face, meskipun Face sendiri sudah terluka parah. Namun, perkataan Harley membuat Face bertekad untuk menunjukkan kesetiaannya dan tidak akan pernah meninggalkan tuannya, bahkan jika itu berarti mengorbankan nyawanya sendiri.Sebelumnya, Gideon berhasil menunjukkan keunggulannya atas Face dengan mudah. Namun, sekarang dia terbaring tak berdaya di tanah, sementara Face melampiaskan kemarahannya dengan menghajar Gideon tanpa ampun.Darah segar mengalir deras dari kepala dan tubuh Gideon setiap kali pukulan keras Face mendarat di tubuhnya. Pukulan-pukulan Face begitu kuat sehingga mampu menghancurkan tanah di sekitarnya.Di bawah tubuh Gideon, tercipta sebuah kawah besar akibat pukulan demi pukulan yang dihantamkan oleh Face. Hingga akhirnya Gideon tak bergerak lagi, menunjukkan bahwa dia telah kehilangan kesadarannya.Face menghentikan serangannya, dan dengan tatapan penuh tekad, dia menatap Harley. "Aku... tidak akan pernah meninggalkan Anda, tu
Di sisi lain, Face mengepalkan tinjunya dan berhasil menghantam lawannya dengan kekuatan penuh. Tubuh lawan itu terhempas jauh ke belakang, terbang melintasi udara sebelum akhirnya jatuh tersungkur di tanah.Namun, tak seperti yang diharapkan, dua sosok yang dihadapi Harely dan lawan Face justru kembali bangkit tanpa mengalami luka sedikit pun. Mereka berdiri dengan tegas, seolah tak terpengaruh oleh pukulan keras yang mereka terima."Kekuatan apa yang sebenarnya mereka gunakan?" gumam Face dalam hati, merasa ada yang aneh dengan lawannya itu. Rasa penasaran dan kewaspadaan mulai menggelayut di pikirannya.Dengan gerakan lambat, tiga sosok tersebut membuka tudung hitamnya yang selama ini menutupi wajahnya.Keterkejutan mereka berdua bertambah di wajah Face dan Harley saat melihat lawan mereka memiliki tanda hitam yang menjalar di wajah mereka, seperti sebuah tato dengan bentuk tak beraturan."Tuan, hati-hati! Mereka menggunakan Segel Iblis!" seru Face dengan ekspresi khawatir, menyada
Face sudah pasrah pada nasibnya, menyadari bahwa pergerakan sosok misterius di depannya begitu cepat dan sulit diimbangi. Dengan mata terpejam, dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, mencoba menahan serangan yang bisa memberinya luka fatal.Swuzz Duak! Namun, sesaat sebelum pedang pria itu menghantam Face, tubuhnya terpental jauh ke samping, oleh dua orang yang datang menyelamatkannya dengan menendang penyerang itu secara bersamaan. Sosok misterius itu terhempas, namun mendarat di tanah dengan santai seolah-olah tak terjadi apa-apa. Walau seikit terkejut dengan serangan mendadak yang berhasil menggagalkan serangannya."Cih, kau hampir saja merenggut nyawa sahabatku, tapi ternyata kalah oleh orang seperti ini," sindir Noel dengan nada sinis, berdiri tegap di depan Face bersama salah satu pengawal bayangan terbaik keluarga Clark. "Kau... kenapa ada di sini?" tanya Face, masih terengah-engah, bingung dengan kehadiran Noel."Tuan muda yang menyuruh kami, kalau bukan karena pe
Solomon dan bawahannya melancarkan serangan cepat secara bergantian, menghujani musuh dengan pukulan dan tendangan mematikan. Musuh yang mereka hadapi, sosok pengguna segel Iblis, terpojok dan tak mampu menahan hantaman kejam dari Solomon.Swuzz!Duak! Duar!Dengan gerakan cepat dan kuat, pukulan Pernapasan Alam Solomon menghantam tubuh pengguna segel Iblis, membuatnya jatuh tersungkur di tanah. Debu beterbangan, menciptakan suasana yang dramatis saat tiga bawahan Solomon bersiap untuk melancarkan serangan terakhir."Sekarang!" teriak Solomon dengan penuh semangat, memberi isyarat kepada anak buahnya. Ketiganya melompat ke udara bersamaan, pedang mereka berkilau di bawah sinar matahari yang terik.Swuzz! Clap! Clap! Clap!Seolah menjadi satu, ketiga pedang itu menembus dada, kepala, dan leher musuh yang sudah tak berdaya. Tubuh pengguna segel Iblis itu bergetar sebelum akhirnya tak bisa bergerak lagi, jiwanya melayang meninggalkan dunia ini.Di sisi lain, Noel dan pasukan bayangan ke
Vincen Adama, baru saja kembali dari mengantarkan paket dengan kemeja yang basah oleh keringat. Meski lelah, ia tetap terlihat bersemangat. "Vincen! Aku ingin kamu segera mengirimkan paket ini!" Manajer meninggikan suaranya, dia tidak peduli jika Vincen baru saja kembali dan masih basah kuyup oleh keringat. "Baik Pak," jawab Vincen langsung, walau dia lelah tetapi berusaha untuk tetap produktif. "Paket ini untuk pelanggan VIP, jika kamu bisa memuaskan mereka, aku akan mempertimbangkan untuk memberi kamu promosi!" Kata manajer itu sambil menyerahkan sebuah kotak paket. Mata Vincen berbinar dan dipenuhi harapan. "Anda yakin Pak?" tanyanya memastikan. “Tentu saja! Kapan aku pernah berbohong padamu?” Manajer itu menjawab sambil tersenyum. "Terima kasih Pak!" ucap Vincen bersemangat, lalu bergegas mengantarkan paket tersebut. Meski baru kembali, dia tetap ingin menjalankan perintah dengan baik. Dalam hatinya, Vincen tidak peduli dengan promosi. Alasan antusiasmenya adalah kare