***"Apa kau bercanda?! Aku tidak mungkin pergi begitu saja setelah kesal melihat sikapmu ini. Seharusnya status calon pewaris kau berikan saja padaku yang jauh lebih bertenaga ini!" ucap Gala sambil menyeringai."Hahaha… Omong kosongmu terdengar jauh lebih besar dibandingkan kemampuanmu," sahut Pandya sambil tertawa mengejek."Kurang ajar! Tamat riwayatku kali ini!" teriak Gala sembari mengayunkan pedang kayunya ke arah Pandya.WHUUUSH!Namun, hanya dalam satu kedipan mata, Pandya berhasil menghindar. Di detik berikutnya Pandya sudah berada di balik punggung Gala dan langsung mencoba menyerangnya. Tapi, dengan ujung matanya yang menyadari keberadaan Pandya, dia langsung merubah posisi menjadi bertahan.Pertarungan kedua pemimpin itu, menjadi isyarat para pengikut untuk ikut menyerang. Semua tampak sibuk dengan pertarungan masing-masing.Keadaan langsung terlihat perbedaannya. Walaupun jumlah pengikut Pandya tidak terlalu banyak, tapi nyatanya para pengikut Gala tampak kesulitan mengha
Sedetik berikutnya Atreya sudah melakukan serangan dari balik tubuhnya. Falan yang tidak menyadari kedatangannya, terlambat untuk menangkis serangan itu. Tubuhnya terpental cukup jauh, dengan luka dalam yang cukup parah.Namun dengan tenaga dalam yang dimilikinya, Falan menyalurkan api miliknya ke dalam pedang kayu yang dipegangnya sejak tadi. Walaupun api yang dimilikinya tidak bisa terlalu melukai seseorang. Namun, beda cerita jika api itu dia salurkan ke sebuah benda dengan berbagai elemen."Bukankah cukup curang jika menyerang tiba-tiba seperti itu?!" ucap Falan sambil mengusap darah yang mengalir di ujung bibirnya."Hah! Lucu mendengarmu mengatakan hal itu, bukankah kata-kata itu lebih tepat kau ucapkan pada diri sendiri?!" jawab Atreya sambil tersenyum sinis.Kesal dengan ucapan Atreya, Falan memegang pedangnya dengan lebih erat dan langsung menyerang ke arah Atreya. Api yang menjalar di pedang kayu itu tampak sangat mematikan. Namun, serangannya dapat dipatahkan oleh Atreya dal
BLAAAR!Suara kedua tenaga dalam yang saling bertubrukan terdengar menggema di seluruh area gunung. Semua hewan-hewan yang tinggal di tempat itu, langsung pergi berlari terbirit-birit—setelah merasakan sisa gelombang energi yang telah meratakan area tempat pertarungan Pandya dan Gala.Gala yang sudah menyatu dengan jurus terlarang langsung menyerang Pandya, untunglah tenaga dalam yang digabungkannya dengan Sakra dapat menahan serangan itu. Pandya yang baru merasakan tenaga dalam sebesar itu cukup takjub. Namun, dia juga merasakan perasaan khawatir disaat bersamaan.'Bagaimana setelah ini Sakra?' tanya Pandya yang mulai panik.'Tenanglah! Seperti yang aku katakan sebelumnya, jurus terlarang juga memiliki kelemahan.' Sakra mencoba menenangkan.'Lalu apa kelemahannya? Aku tidak melihat kita bisa melawannya dengan kekuatannya yang seperti itu?!' sanggah Pandya meragukan.'Lihatlah! Dia juga membutuhkan waktu untuk bisa melakukan serangan berikutnya, jadi kita bisa melawannya di jeda waktu
Pandya tidak menjawab pertanyaan itu dan hanya tersenyum miring, sambil menggendong tubuh Gala di pundaknya. Dengan jurus meringankan tubuh, Pandya langsung berpindah tempat dalam satu hentakan kaki.Sakra yang sejak tadi melayang, langsung mengikuti pergerakan Pandya tanpa kesulitan sedikitpun. Hanya dalam beberapa langkah, Pandya berhasil sampai di tempat para pengikutnya berkumpul.Semua tatapan langsung mengarah pada Pandya, beserta seseorang yang kini sedang ada di pundaknya—yang mereka yakin jika itu tubuh Gala yang telah menggunakan jurus terlarang. Senyuman mengembang pada semua wajah para pengikut, karena senang pada akhirnya sang pangeran berhasil mengalahkan seseorang yang menggunakan jurus terlarang yang terkenal sangat kuat itu."Apa Pangeran baik-baik saja?" tanya Atreya khawatir, walaupun dia tahu jika pada akhirnya Pandya berhasil mengalahkan Gala."Aku baik-baik saja seperti yang kau lihat. Bagaimana dengan kalian semua?!" tanya Pandya sambil mengedarkan pandangan ke
Akandra bertanya pada diri sendiri, masih menundukkan kepalanya memberi hormat. Padahal, Pemimpin Padepokan hanya akan datang ke akademi disaat penerimaan murid atau acara besar tertentu. Namun, kini beliau datang secara tiba-tiba dengan aura yang sangat menekan.'Sepertinya memang ada yang tidak aku ketahui. Mereka terlihat masih tenang, walau hal yang mengejutkan seperti ini terjadi,' pikir Akandra sambil ujung matanya melirik gerak-gerik semua orang yang ada di ruangan itu.Pemimpin Padepokan duduk di kursi yang memang disiapkan untuk dirinya. Sedangkan para guru dan tetua ikut duduk mengikuti sang pemimpin.KRIEEET!Suara decitan kursi yang ditarik secara bersamaan membuat Akandra semakin cemas. Dia yang masih khawatir dengan kondisi Pandya, tidak bisa berbuat apapun saat ini. Dan dia hanya bisa mengikuti perintah tidak langsung itu untuk ikut duduk di kursinya.Sang pemimpin yang kini berada di ujung ruangan sebagai pusatnya, terlihat secuil amarah di wajahnya. Entah alasan apa y
BRUUK!Murid itu tidak memberikan jawaban, dan hanya menjatuhkan seseorang yang ada di gendongannya dengan kasar. Danar yang melihat sosok yang dijatuhkan adalah Falan yang sudah tidak sadarkan diri, cukup terkejut walaupun hanya beberapa saat—yang langsung ditutupinya dengan kembali bersikap biasa."Falan?" tanya Danar tanpa membutuhkan jawaban.BRUUK!BRUUK!BRUUK!Para pengikut murid itu juga menjatuhkan orang-orang yang mereka panggul sejak tadi. Wajah orang-orang yang sedang terkapar tidak sadarkan diri, membuat Danar cukup tercekat."Dipta, Atreya…, Bukankah mereka semua para pengikut Pandya?" tanya Danar memastikan."Benar Pangeran. Mereka semua pengikut Pangeran Pandya," jawab murid itu dengan santai."Lalu siapa dia?" tanya Danar kembali sambil menunjuk salah satu orang yang tergeletak dengan penutup wajah—yang sama seperti yang digunakan murid itu."Dia Pangeran Pandya." Murid itu menjawab singkat."Pandya?! Bagaimana kau bisa melakukannya?" sahut Danar dengan senyum lebar m
Pandya memberi perintah kepada Atreya dan Dipta menggunakan telepati, untuk mengumpulkan semua pengikut ke lahan kosong dekat ruang pelatihan. Dia meraih sebuah kain hitam bekas pakaiannya yang sudah tidak terpakai, dan merobeknya menjadi beberapa bagian.SHIIIIING!TAAAP!WHUUUSH!Dalam beberapa gerakan, Pandya berhasil sampai ke lahan kosong yang dia maksud terlebih dahulu. Sambil menunggu para pengikutnya, dia kembali melatih perubahan suara yang dia berhasil coba sebelumnya.'Sepertinya aku sudah mulai terbiasa dengan suara ini,' ucap Pandya pada Sakra yang terbang di hadapannya.'Yah, memang lebih baik dari sebelumnya. Tapi, sebenarnya apa rencanamu dengan suara itu?' tanya Sakra penasaran.'Kau juga akan tahu nanti. Aku malas jika harus menjelaskan berkali-kali,' jawab Pandya santai sambil memamerkan deretan giginya.'Terserah kau saja!' teriak Sakra merajuk.Tepat saat Sakra masuk ke dalam sarung pedangnya, para pengikut Pandya terlihat mulai mendekat. Ada perasaan menggelitik
(Kembali saat ini)"Kau tidak perlu tahu, saat ini lebih baik kau pikirkan dengan cara apa kau akan melawanku!" jawab Pandya kembali menyerang Danar.Danar cukup terkejut mendapat serangan mendadak, hingga dia hanya bisa terdorong sambil bertahan selama beberapa saat. Darahnya yang terus keluar dari bekas tebasan pedang Pandya, tidak mau berhenti walaupun dia sudah merapalkan mantra penyembuhan."Kau tidak akan bisa menyembuhkannya semudah itu! Aku sudah membubuhkan racun pelumpuh di pedangku, jadi nikmati saja rasa sakitnya!" ucap Pandya sambil menyeringai."Ternyata kau mempersiapkannya dengan cermat, tapi aku tidak akan kalah hanya karena racun seperti ini!" jawab Danar sambil menatap Pandya dengan tajam.Merasa kesal, Danar kembali menyerang Pandya. Kini dengan beberapa mantra untuk menggerakkan beberapa pedang sekaligus.TRAAAANG!WHUUUSH!BAAATS!CTAAAK!BUUUUK!Serangan dan pertahanan yang berjalan cukup lama, membuat pergerakan Pandya mulai sedikit melambat. Melihat celah itu,