Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 46. Dewa Perang vs The Killer

Share

46. Dewa Perang vs The Killer

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-08 09:52:36

Fajar mulai menyingsing di balik pegunungan, menerangi medan pertempuran yang tampak damai. Namun, ketegangan yang tak kasatmata menggantung di udara, berat, seperti tanda-tanda sebelum badai datang. Rendy Wang dan pasukannya bergerak menuju perbatasan, derap kaki mereka berbaris rapi, menggema di atas tanah keras yang berdebu. Suara peralatan tempur dan derit ransel semakin jelas terdengar, menyatu dengan desiran angin yang dingin di pagi hari. Di tengah keheningan yang begitu mencekam, ketenangan ini terasa seperti ilusi, seakan-akan bahaya sedang menunggu di sudut berikutnya.

Di barisan belakang, The Killer yang masih menyamar sebagai dokter lapangan, terus memperhatikan Rendy dengan mata elangnya di balik kacamata tebal. Setiap langkah yang diambil Rendy seperti dihitung, diukur, dan diincar. The Killer tahu, saat ini adalah kesempatan yang sempurna—di mana tak ada jalan keluar bagi targetnya. Jarak antara mereka semakin dekat, dan inilah saatnya. Rendy Wang harus dihabisi, bukan
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kebangkitan Naga Perang   47. Racun Yang Berbahaya

    Rendy mundur beberapa langkah, masih menggenggam pisau yang berlumuran darah di tangannya. Tubuhnya terasa baik-baik saja untuk saat ini, tapi kata-kata The Killer menggema dalam pikirannya—racun sudah menyebar. Apa itu benar? Di mana dan kapan ia terkena racun? Apa ini semacam siasat dari pembunuh bayaran ini untuk membuatnya lemah dan hilang kewaspadaan?Senyum tipis di wajah The Killer perlahan menghilang. Luka di rusuknya serius, tapi dia tetap berdiri tegak, seolah tidak merasakan sakit sedikit pun. Ada keheningan yang menyeramkan saat mereka berdua saling menatap, seolah-olah medan pertempuran di sekitar mereka lenyap, hanya menyisakan pertarungan mental di antara mereka. Aura pembunuh yang sangat kuat di antara keduanya bahkan bisa membuat orang biasa kesakitan apabila berada di sekitar mereka.Beberapa prajurit langsung terjatuh dan tewas seketika sehingga Rendy memerintahkan mereka untuk menjauh dari area pertarungan mereka agar tidak terkena imbas yang serupa.Clara, yang be

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Kebangkitan Naga Perang   48. Teknik Jarum Sembilan Naga Sakti - II

    "Kalian, lanjutkan perjalanan menuju perbatasan! Kapten Lauw akan memimpin kalian untuk sementara!" perintah Rendy yang disertai anggukan kepala Kapten Lauw dan seluruh anak buahnya.Baru kali ini mereka menyaksikan kehebatan Naga Perang secara langsung sehingga membuat mereka kagum dengan kemampuan hebat pimpinan mereka ini."Kalian dengar perintah pimpinan ... kita lanjutkan perjalanan menuju ke garis batas pertempuran tapi kita menahan diri dulu, menunggu pimpinan kembali!" seru Kapten Jonathan Lauw yang merupakan pria yang lebih senior daripada Rendy tapi sangat menghormati Rendy yang lebih muda karena strategi Naga Perang sangat manjur untuk memenangkan pertempuran."Prajurit Liu, jaga Letnan baik-baik!" lanjut Kapten Lauw, kemudian bergegas pergi meninggalkan mereka karena Rendy menolak untuk dikawal beberapa prajurit.Kapten Lauw menganggukan kepalanya memberi hormat kemudian berlalu dari hadapan Rendy."Kamu memang hebat, Letnan! Bahkan Kapten Lauw yang lebih senior menghormat

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Kebangkitan Naga Perang   49. Benci Tapi Rindu

    Matahari siang menggantung di atas langit cerah, sinarnya memantul di kaca jendela Paradise Hill, mengisi udara dengan kehangatan yang menekan. Rendy memarkir mobil MBenz putih di depan bangunan mewah itu, suara mesin mobil berhenti bersamaan dengan keheningan sesaat. Di sekeliling mereka, aroma bunga bougainvillea yang mekar samar-samar terbawa oleh angin hangat, mengiringi tanya yang keluar dari bibirnya, "Jadi, kamu benar-benar akan pergi dengan James ke acara Naga Perang, Cin?"Cindy berbalik, pandangannya menusuk seperti sinar matahari yang membakar langsung kulit. Keringat kecil mengalir di pelipisnya, bukan hanya karena panas, tapi juga oleh rasa marah yang mendidih di dalam dirinya. "Kabarnya Katrin Chow akan hadir. Pengusaha besar yang jarang muncul di publik. Aku sangat mengaguminya, bukan Katrin temanmu yang terus ikut campur dalam hidup kita!" suaranya tegas, setiap kata seolah dihempaskan dengan keras.Rendy tetap tenang, walaupun di dalam dadanya bergolak. Jika saja Cind

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Kebangkitan Naga Perang   50. Kemewahan Kota Chindo

    Kota Chindo selalu menggeliat, siang dan malam, tak pernah mengenal lelah. Sinar matahari siang menembus gedung-gedung pencakar langit yang menjulang, sementara jalanan penuh dengan deretan mobil mewah yang melaju mulus di aspal hitam.Kota yang dicap sebagai Kota Miliarder ini memang sangat beralasan karena semuanya serba mewah di Kota Chindo. bagi penggemer kuliner juga disajikan Koki Michelin yang berkelas dengan suguhan makanan berkelas yang mempesona. Tidak ada yang murah di Kota Chindo, serta tidak ada penduduk yang miskin di kota ini. Walaupun bekerja, kekayaan para karyawan ini melebihi karyawan-karyawan yang bekerja di Kartanesia karena kebanyakan eksekutif muda yang bekerja di perkantoran Chindo ini merupakan keturunan miliarder.Berbeda dari Kartanesia yang megah dengan kantor-kantor pemerintahan dan industri raksasa, serta Underground City yang mempesona wisatawan dengan pesona bawah tanahnya, Kota Chindo adalah gabungan dari semuanya—industri, pariwisata, dan hunian. Denyu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-08
  • Kebangkitan Naga Perang   51. Super Car

    Jessy mengangguk, menyeringai melihat antusiasme yang terpancar di wajah Rendy. “Tentu saja, Ketua. Namamu sudah ada di daftar pembalap eksklusif. Mereka tak sabar menunggu aksi Naga Perang di sirkuit,” ucapnya, nada suaranya menggoda.Melihat raut wajah Rendy yang seperti dulu membuat gairah Jessy semakin meningkat. "Aku harus bisa merebut hati Ketua lagi seperti dulu, bukan perempuan yang tidak bisa menghargainya yang sekarang menjadi istrinya."Rendy tersenyum, matanya berbinar-binar. Aroma udara malam yang sejuk terasa menenangkan, namun di balik ketenangan itu, ada denyut adrenalin yang mulai merayap di pembuluh darahnya. Kota Chindo dengan segala kemewahannya bukan sekadar pusat bisnis, tapi juga panggung bagi ambisi dan kebebasan. Ia dapat merasakan ketegangan di dadanya, rasa lapar yang tak tertahankan untuk kembali ke lintasan, mendengar deru mesin mobil yang menggelegar dan menyatu dengan aspal.Mengingat masa lalu membuat semua masalahnya terlupakan untuk sejenak. Bersama J

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Kebangkitan Naga Perang   52. Racing Malam Hari

    Begitu keluar dari gerbang perumahan, Rendy menambah gas. Mobil itu merespon dengan cepat, melesat maju dengan tenaga yang luar biasa. Jalanan Kota Chindo yang biasanya ramai kini tampak lebih sepi, sempurna untuk uji coba pertama mobil supernya. Ia melaju melewati gedung-gedung kaca yang memantulkan bayangan mobil hitam itu seperti kilatan kilat di tengah malam.Papan-papan iklan yang berseliweran di gedung-gedung tinggi dalam bentuk layar televisi yang biasa disebut Videotron membuat jalanan lebih terang di malam hari.Para miliarder di Kota Chindo tengah menghadiri Jamuan Makan Malam Naga Perang agar bisa berinteraksi langsung dengan sosok yang melegenda itu sehingga jalanan Kota Chindo agak sepi malam ini.Tangan Rendy dengan lincah memainkan perpindahan gigi, membuat setiap akselerasi terasa lebih mulus namun bertenaga. Udara malam masuk melalui celah kecil jendela, membawa aroma aspal yang baru basah oleh embun malam. Suara angin yang memecah di sekitar mobil menjadi latar belak

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Kebangkitan Naga Perang   53. Calon Menantu Impian

    James Chung tiba di Paradise Hill dengan elegan, mengendarai mobil B-M-W hitam yang mengilap, seolah-olah memotong malam yang sejuk dengan sorot lampu yang memancar tajam. Setiap detik perjalanan terasa penuh keyakinan. Matanya menatap ke depan, membayangkan Cindy Huang—wanita yang akan ia nikahi. Cindy, yang belum tersentuh oleh Rendy, memberinya keyakinan bahwa dialah pria yang akan mempersuntingnya, bukan sekadar pewaris janda dari pernikahan yang gagal.Saat James mematikan mesin dan keluar dari mobilnya, Vera Huang terlihat terburu-buru keluar dari rumah besar itu. Tumitnya berdetak di atas lantai marmer teras, menimbulkan suara yang bergaung di udara malam yang hening. Wajahnya terlihat riang, tapi ada ketergesaan yang tersembunyi di balik senyuman lebarnya. Matanya berbinar, penuh harap."James... kamu tampan sekali malam ini," katanya, suaranya manis namun sarat dengan kegembiraan yang penuh perhitungan. Pujian yang terlontar seperti gula, manis tapi penuh niat.James tersenyu

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09
  • Kebangkitan Naga Perang   54. Jamuan Makan Malam

    James berusaha mengontrol amarah yang mulai mendidih di dalam dirinya. Dia menghirup udara malam yang sejuk, berusaha menenangkan diri sebelum menekan tombol kunci mobil, membuka pintu untuk Cindy. Mesin mobil mulai berderu halus, menambah kesan mewah yang berusaha ia tunjukkan di setiap langkahnya. Namun, hatinya tak tenang. Sikap Cindy yang dingin dan menolak membuatnya merasa direndahkan—sesuatu yang tidak pernah ia izinkan terjadi.Setelah mereka bertiga berada di dalam mobil B-M-W, terlintas ide di pikiran Vera ."Aku akan menyusul kalian nanti ... ada yang harus aku urus dahulu sebelum pergi ke Jamuan Makan Malam Naga Perang!" ucap Vera yang sengaja memberikan kesempatan James dan Cindy berduaan saja di dalam mobil.Vera kembali masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan James dan Cindy berduaan saja di dalam mobil mewah B-M-W ini. James menatap Cindy dari sudut matanya, berharap bisa mencari celah untuk berbicara lebih banyak, tetapi aura tegas yang dipancarkan Cindy membuat lidahny

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-09

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   514. Penyergapan The Killer

    Namun, di tengah keheningan yang sakral, di antara debu-debu yang melayang pelan bagai abu dupa, sebuah aura kelam menyusup perlahan. Tak seperti kebencian Azerith yang membara dan membuncah, aura ini dingin… nyaris tak terdeteksi, namun menyusup ke dalam setiap pori-pori dunia, seperti kabut maut yang tak menyuarakan langkahnya.Rendy jatuh berlutut. Pedang Kabut Darah tertancap lemah di sampingnya, menahan tubuhnya yang gemetar karena kelelahan. Luka-lukanya belum sembuh, dan energi spiritualnya hampir habis, terkuras oleh Segel Jiwa dan tebasan terakhir yang nyaris membelah dunia.Tiba-tiba, udara di belakangnya bergetar—bukan oleh angin, melainkan oleh kehadiran yang tidak seharusnya ada.Sebuah bisikan lirih mengalir di antara angin.“Akhirnya… saatnya menuai bayangan terakhir dari Naga Perang.”Rendy mengangkat kepala, pelan.Dari balik kegelapan yang masih menyelimuti sebagian Negeri Malam, muncul sosok yang menyatu dengan bayangannya sendiri. Hitam pekat tanpa bentuk jelas, wa

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status