"Kalian, lanjutkan perjalanan menuju perbatasan! Kapten Lauw akan memimpin kalian untuk sementara!" perintah Rendy yang disertai anggukan kepala Kapten Lauw dan seluruh anak buahnya.Baru kali ini mereka menyaksikan kehebatan Naga Perang secara langsung sehingga membuat mereka kagum dengan kemampuan hebat pimpinan mereka ini."Kalian dengar perintah pimpinan ... kita lanjutkan perjalanan menuju ke garis batas pertempuran tapi kita menahan diri dulu, menunggu pimpinan kembali!" seru Kapten Jonathan Lauw yang merupakan pria yang lebih senior daripada Rendy tapi sangat menghormati Rendy yang lebih muda karena strategi Naga Perang sangat manjur untuk memenangkan pertempuran."Prajurit Liu, jaga Letnan baik-baik!" lanjut Kapten Lauw, kemudian bergegas pergi meninggalkan mereka karena Rendy menolak untuk dikawal beberapa prajurit.Kapten Lauw menganggukan kepalanya memberi hormat kemudian berlalu dari hadapan Rendy."Kamu memang hebat, Letnan! Bahkan Kapten Lauw yang lebih senior menghormat
Matahari siang menggantung di atas langit cerah, sinarnya memantul di kaca jendela Paradise Hill, mengisi udara dengan kehangatan yang menekan. Rendy memarkir mobil MBenz putih di depan bangunan mewah itu, suara mesin mobil berhenti bersamaan dengan keheningan sesaat. Di sekeliling mereka, aroma bunga bougainvillea yang mekar samar-samar terbawa oleh angin hangat, mengiringi tanya yang keluar dari bibirnya, "Jadi, kamu benar-benar akan pergi dengan James ke acara Naga Perang, Cin?"Cindy berbalik, pandangannya menusuk seperti sinar matahari yang membakar langsung kulit. Keringat kecil mengalir di pelipisnya, bukan hanya karena panas, tapi juga oleh rasa marah yang mendidih di dalam dirinya. "Kabarnya Katrin Chow akan hadir. Pengusaha besar yang jarang muncul di publik. Aku sangat mengaguminya, bukan Katrin temanmu yang terus ikut campur dalam hidup kita!" suaranya tegas, setiap kata seolah dihempaskan dengan keras.Rendy tetap tenang, walaupun di dalam dadanya bergolak. Jika saja Cind
Kota Chindo selalu menggeliat, siang dan malam, tak pernah mengenal lelah. Sinar matahari siang menembus gedung-gedung pencakar langit yang menjulang, sementara jalanan penuh dengan deretan mobil mewah yang melaju mulus di aspal hitam.Kota yang dicap sebagai Kota Miliarder ini memang sangat beralasan karena semuanya serba mewah di Kota Chindo. bagi penggemer kuliner juga disajikan Koki Michelin yang berkelas dengan suguhan makanan berkelas yang mempesona. Tidak ada yang murah di Kota Chindo, serta tidak ada penduduk yang miskin di kota ini. Walaupun bekerja, kekayaan para karyawan ini melebihi karyawan-karyawan yang bekerja di Kartanesia karena kebanyakan eksekutif muda yang bekerja di perkantoran Chindo ini merupakan keturunan miliarder.Berbeda dari Kartanesia yang megah dengan kantor-kantor pemerintahan dan industri raksasa, serta Underground City yang mempesona wisatawan dengan pesona bawah tanahnya, Kota Chindo adalah gabungan dari semuanya—industri, pariwisata, dan hunian. Denyu
Jessy mengangguk, menyeringai melihat antusiasme yang terpancar di wajah Rendy. “Tentu saja, Ketua. Namamu sudah ada di daftar pembalap eksklusif. Mereka tak sabar menunggu aksi Naga Perang di sirkuit,” ucapnya, nada suaranya menggoda.Melihat raut wajah Rendy yang seperti dulu membuat gairah Jessy semakin meningkat. "Aku harus bisa merebut hati Ketua lagi seperti dulu, bukan perempuan yang tidak bisa menghargainya yang sekarang menjadi istrinya."Rendy tersenyum, matanya berbinar-binar. Aroma udara malam yang sejuk terasa menenangkan, namun di balik ketenangan itu, ada denyut adrenalin yang mulai merayap di pembuluh darahnya. Kota Chindo dengan segala kemewahannya bukan sekadar pusat bisnis, tapi juga panggung bagi ambisi dan kebebasan. Ia dapat merasakan ketegangan di dadanya, rasa lapar yang tak tertahankan untuk kembali ke lintasan, mendengar deru mesin mobil yang menggelegar dan menyatu dengan aspal.Mengingat masa lalu membuat semua masalahnya terlupakan untuk sejenak. Bersama J
Begitu keluar dari gerbang perumahan, Rendy menambah gas. Mobil itu merespon dengan cepat, melesat maju dengan tenaga yang luar biasa. Jalanan Kota Chindo yang biasanya ramai kini tampak lebih sepi, sempurna untuk uji coba pertama mobil supernya. Ia melaju melewati gedung-gedung kaca yang memantulkan bayangan mobil hitam itu seperti kilatan kilat di tengah malam.Papan-papan iklan yang berseliweran di gedung-gedung tinggi dalam bentuk layar televisi yang biasa disebut Videotron membuat jalanan lebih terang di malam hari.Para miliarder di Kota Chindo tengah menghadiri Jamuan Makan Malam Naga Perang agar bisa berinteraksi langsung dengan sosok yang melegenda itu sehingga jalanan Kota Chindo agak sepi malam ini.Tangan Rendy dengan lincah memainkan perpindahan gigi, membuat setiap akselerasi terasa lebih mulus namun bertenaga. Udara malam masuk melalui celah kecil jendela, membawa aroma aspal yang baru basah oleh embun malam. Suara angin yang memecah di sekitar mobil menjadi latar belak
James Chung tiba di Paradise Hill dengan elegan, mengendarai mobil B-M-W hitam yang mengilap, seolah-olah memotong malam yang sejuk dengan sorot lampu yang memancar tajam. Setiap detik perjalanan terasa penuh keyakinan. Matanya menatap ke depan, membayangkan Cindy Huang—wanita yang akan ia nikahi. Cindy, yang belum tersentuh oleh Rendy, memberinya keyakinan bahwa dialah pria yang akan mempersuntingnya, bukan sekadar pewaris janda dari pernikahan yang gagal.Saat James mematikan mesin dan keluar dari mobilnya, Vera Huang terlihat terburu-buru keluar dari rumah besar itu. Tumitnya berdetak di atas lantai marmer teras, menimbulkan suara yang bergaung di udara malam yang hening. Wajahnya terlihat riang, tapi ada ketergesaan yang tersembunyi di balik senyuman lebarnya. Matanya berbinar, penuh harap."James... kamu tampan sekali malam ini," katanya, suaranya manis namun sarat dengan kegembiraan yang penuh perhitungan. Pujian yang terlontar seperti gula, manis tapi penuh niat.James tersenyu
James berusaha mengontrol amarah yang mulai mendidih di dalam dirinya. Dia menghirup udara malam yang sejuk, berusaha menenangkan diri sebelum menekan tombol kunci mobil, membuka pintu untuk Cindy. Mesin mobil mulai berderu halus, menambah kesan mewah yang berusaha ia tunjukkan di setiap langkahnya. Namun, hatinya tak tenang. Sikap Cindy yang dingin dan menolak membuatnya merasa direndahkan—sesuatu yang tidak pernah ia izinkan terjadi.Setelah mereka bertiga berada di dalam mobil B-M-W, terlintas ide di pikiran Vera ."Aku akan menyusul kalian nanti ... ada yang harus aku urus dahulu sebelum pergi ke Jamuan Makan Malam Naga Perang!" ucap Vera yang sengaja memberikan kesempatan James dan Cindy berduaan saja di dalam mobil.Vera kembali masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan James dan Cindy berduaan saja di dalam mobil mewah B-M-W ini. James menatap Cindy dari sudut matanya, berharap bisa mencari celah untuk berbicara lebih banyak, tetapi aura tegas yang dipancarkan Cindy membuat lidahny
Saat pintu ballroom mewah itu terbuka, suasana segera berubah. Beberapa pria berbadan besar dengan setelan hitam yang rapi melangkah masuk lebih dulu, menguasai ruangan dengan kehadiran mereka yang tegas dan mengintimidasi. Mereka adalah bodyguard yang tak diragukan lagi menjadi perisai dari seseorang yang begitu berpengaruh. Mata semua tamu seketika tertuju pada pintu masuk, menahan napas dalam ketegangan yang memuncak.Di belakang mereka, sosok yang dinantikan akhirnya muncul—Katrin Chow. Perempuan itu melangkah dengan anggun, mengenakan gaun hitam yang elegan, bersinar dalam kemewahan yang kontras dengan keheningan mendadak yang menyelimuti ruangan. Aura kuatnya mendominasi, meskipun dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Kilauan dari permata yang menghiasi gaunnya memantulkan cahaya chandelier di atas, menciptakan sorotan berkilauan yang membuat kehadirannya semakin mencolok.James, yang tadinya sudah mencoba mempertahankan postur tenangnya, merasakan dadanya berdebar. Tidak bisa
Dalam keheningan yang hanya diisi suara dengungan komputer, Jessy menatap layar dengan penuh konsentrasi. Cahaya biru dari monitor memantul di wajahnya yang tegang, memperlihatkan garis-garis kelelahan yang tersembunyi di balik sorot matanya yang tajam. Jari-jarinya menari di atas keyboard, sesekali berhenti untuk meneliti setiap baris kode dengan seksama. Rendy berdiri di belakangnya, tubuhnya tegang seperti kawat yang ditarik kencang, matanya tak berkedip menatap layar holografik yang terus berubah di hadapan mereka."Aku menemukannya," bisik Jessy, suaranya bergetar oleh ketegangan yang nyaris tak tertahankan. "Ada lokasi yang tersembunyi dalam sistem mereka... Ini bukan sekadar markas biasa, Ketua. Ini pusat dari segalanya."Rendy mengepalkan tangannya, rahangnya mengeras. Ada api yang menyala di matanya, kemarahan yang selama ini ia pendam akhirnya menemukan bentuknya. "Di situlah ibuku disekap?" tanyanya dengan suara yang nyaris bergetar.Jessy menoleh padanya, menatap dalam-dal
Di balik kerlip lampu dan gemerlap modernitas Red Lotus Club and Resort, Rendy melangkah dengan penuh ketegasan, namun di balik mata dinginnya tersimpan segudang kenangan. Di tengah kekacauan hidupnya—konflik dengan Cindy dan keputusannya untuk mencari kebenaran tentang ibunya—hanya satu hal yang selalu ia rindukan yaitu kehadiran Jessy Liu.Jessy, wanita yang telah lama menjadi bagian dari hidupnya, kini duduk di sebuah ruangan rahasia di balik dinding resort yang mewah. Di sana, di antara deretan monitor dan kode-kode digital yang menari, ia mungkin bisa menyusun petunjuk-petunjuk yang akan membongkar rahasia Kekuatan Tertinggi. Setiap detik tanpa Rendy terasa begitu lama baginya. Rindu yang selama ini tersembunyi di balik ketenangan profesional kini terpancar jelas saat ia melihat pintu terbuka perlahan."Ketua," panggilnya dengan nada lembut penuh harap, suaranya seakan melunakkan segala kegamangan. Saat Rendy melangkah mendekat, hatinya sejenak luluh oleh kehadiran wanita yang ta
Rendy tidak lagi menghiraukan Vera Huang. Wanita itu baginya bukan lagi seorang mertua, melainkan hanya semut yang bisa ia injak kapan saja jika ia mau. Matanya menatap kosong ke depan, tapi pikirannya dipenuhi kemarahan yang mendidih. Hatinya telah beku. Jika Cindy lebih memilih ibunya, maka ia akan pergi—mereka akan bercerai. Sesederhana itu."Masih ada hal yang lebih penting daripada mengurusi seorang mertua yang tidak berarti!" gumamnya, suara rendahnya nyaris seperti geraman. "Aku harus mencari tahu di mana ibuku yang ditahan oleh Kekuatan Tertinggi."Ia melangkah menuju gudang garasi, membuka pintu dengan sedikit tenaga. Derit engsel yang berkarat memenuhi udara, menyambutnya dengan suasana yang muram. Di dalam, skuter bututnya masih berdiri dengan setia, lapisan debu tipis menyelimutinya. Tanpa ragu, ia menyalakan mesin tua itu, suara bisingnya langsung menggema di seantero garasi.Baru saja ia hendak memutar gas, suara langkah kaki yang terburu-buru menghentikannya."Ren...!"
Vera menggertakkan giginya, rahangnya mengeras sementara napasnya memburu. Matanya menyala penuh kebencian, seperti bara api yang siap melalap habis apa pun di hadapannya. Dengan suara yang lebih tajam dari pisau belati, ia berdesis, "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi! Huang Corporation tidak akan runtuh hanya karena seorang pria yang dulu kupandang sebelah mata! Kau bukan Naga Perang... Semua ini hanya kebetulan belaka."Rendy tetap berdiri dengan tenang, sikapnya tegap bagai gunung yang tak tergoyahkan oleh badai. Sorot matanya dingin, penuh ketegasan yang tak terbantahkan. "Sudah kubilang, Vera, ini baru permulaan. Kau pikir aku akan berhenti di sini? Tidak. Aku akan memastikan kau merasakan kehancuran yang lebih menyakitkan daripada sekadar kehilangan investasi. Kau telah mempermainkan hidupku, dan sekarang, aku yang akan menentukan nasibmu."Wajahnya yang dulu dikenal lemah lembut kini menampakkan ketegasan yang mengerikan. Rendy bukan lagi pria yang bisa diabaikan begitu saj
Di tengah ruangan yang remang, bayangan senja menari di dinding-dinding mewah, Vera mengeluarkan dengusan penuh ejekan. Matanya yang tajam dan dingin menembus kegelapan, seolah memancarkan bara amarah. Dengan suara yang menyeruak, ia mencaci,"Menolak? Hah! Kamu pikir dirimu siapa? Hanya seorang pecundang yang bahkan tidak mampu membeli dasi layak, berani menantangku!"Rendy, berdiri tegap bagaikan patung besi di tengah badai, menatap balik tanpa setitik ragu. Tatapannya yang tajam dan dingin menantang, seolah berkata bahwa ia telah lelah menjadi korban hinaan. Suaranya rendah namun menggema dengan kepastian, "Aku sudah muak dipandang rendah. Jika aku mengaku sebagai Naga Perang, maka aku memang Naga Perang! Dan jika kau memaksaku menceraikan Cindy demi keuntunganmu sendiri, kau akan merasakan penyesalan yang meendalam!"Rendy sudah habis kesabaran dengan sikap arogan Vera yang selalu menghinanya.Tawa sinis Vera pecah, melayang ke udara seperti asap pahit, "Oh, jadi sekarang kau meng
HA-HA-HA ...!!!Tawa itu meledak di udara, menggetarkan ruangan dengan gaungnya yang menusuk telinga. Vera Huang menepuk-nepuk pahanya, seolah ucapan yang baru didengarnya adalah lelucon paling konyol yang pernah ada."Ha-ha-ha! Astaga, Rendy! Aku tahu kamu ini miskin dan tidak berguna, tapi aku sungguh tidak menyangka kamu juga pintar membual!" katanya dengan nada mengejek, matanya menyipit penuh penghinaan.Rendy mengepalkan tangan, kuku-kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya sendiri. Napasnya berat, dadanya naik turun dengan penuh amarah. "Aku tidak berbohong! Aku memang Naga Perang yang akan menarik seluruh investasi Wang Industries dari Huang Corporation! Aku sudah muak hidup seperti ini, tanpa kejelasan dan tanpa harga diri!" suaranya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena tekad yang sudah tak bisa dibendung lagi"Mentang-mentang nama margamu sama dengan nama perusahaan Grade A, terus kamu klaim kalau itu perusahaanmu? Hah! Sungguh lucu dan tak masuk akal!" sind
Tanpa ragu, Rendy Wang melangkah maju, tubuhnya masih berlumuran debu pertempuran. Portal dimensi di hadapannya berputar liar, cahaya biru kehijauan berpendar seperti ombak liar. Setelah mengalahkan Zhang Wei dan menyelamatkan Negeri Langit dari kehancuran, ia tahu ini adalah satu-satunya jalan pulang. Dengan satu tarikan napas, ia melangkah masuk.Saat portal menutup di belakangnya, kegelapan langsung menyergap. Kesadarannya menghilang.Ketika membuka mata, aroma kayu tua dan udara dingin menyeruak ke hidungnya. Dia mengenali tempat ini—kamar sempit di rumah Keluarga Huang, Paradise Hill, Kota Buitenzorg. Dinding-dinding kayu masih sama, catnya mengelupas di beberapa tempat, dan kasur tipis di bawahnya berderit saat ia bangkit."Sepertinya kamar ini memang gerbang antar dimensi," gumamnya. "Setiap kali kembali ke Khatulistiwa, selalu melalui tempat ini."Sebelum sempat berpikir lebih jauh, suara nyaring menusuk telinganya."Untuk apa lagi pengangguran itu pulang ke rumah?" suara cemp
Pagi itu, sinar matahari menembus tirai sutra jendela kamar, mengusap wajah Rendy Wang yang perlahan terbangun. Ia membuka matanya, mendapati ruangan yang begitu akrab—suasana mewah Resort Red Lotus Resort and Club yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Meski begitu, ada keanehan yang menyelinap ke dalam ingatannya, seolah waktu telah mengubah segalanya. Aroma lavender dan kayu manis yang lembut menyatu dengan semilir angin dari balkon, mengiringi kebingungan yang menggelayuti pikirannya.Saat tangannya meraba permukaan lembut sprei sutra, ia mendapati sosok di sampingnya. Punggung putih mulus Renata, istrinya kah? Benar-benar mengundang kehangatan sekaligus teka-teki. Dalam keheningan pagi itu, Renata terbangun dan menatap Rendy dengan tatapan penuh tanya."Kak Rendy, sudah bangun?" suaranya serak namun penuh keakraban, mengisi ruangan dengan nuansa kenangan.Rendy mengerutkan dahi, matanya menyusuri sosok Renata yang kini tampak lebih dewasa, lebih matang. "Renata... kenapa kita di sin
Langit masih bergetar hebat setelah kehancuran Zhang Wen. Namun, sebelum Rendy Wang sempat bernapas lega, Negeri Langit bergetar kembali. Dari reruntuhan medan perang, aura kegelapan yang lebih kelam muncul. Udara di sekeliling membeku, dan langit yang sebelumnya mulai cerah kembali diselimuti awan hitam pekat."Tidak... Ini tidak mungkin..." gumam Rendy, merasakan tekanan yang jauh lebih dahsyat dibandingkan yang ditimbulkan oleh Zhang Wen.Dari balik kabut hitam, muncul sosok berbalut jubah gelap dengan mata merah menyala. Energinya begitu besar hingga membuat tanah di sekelilingnya merekah. Sosok itu tertawa kecil, suaranya menggema seperti berasal dari dunia lain."Rendy Wang... kau mungkin telah mengalahkan Zhang Wen, tapi kegelapan sejati tak akan pernah bisa dihancurkan oleh cahaya sekecil milikmu. Aku adalah Kegelapan Abadi, pemilik sejati kegelapan di alam semesta ini!"Rendy menggertakkan giginya. Ia sudah mengerahkan seluruh kemampuannya dalam pertempuran melawan Zhang Wen,