Matahari siang menggantung di atas langit cerah, sinarnya memantul di kaca jendela Paradise Hill, mengisi udara dengan kehangatan yang menekan. Rendy memarkir mobil MBenz putih di depan bangunan mewah itu, suara mesin mobil berhenti bersamaan dengan keheningan sesaat. Di sekeliling mereka, aroma bunga bougainvillea yang mekar samar-samar terbawa oleh angin hangat, mengiringi tanya yang keluar dari bibirnya, "Jadi, kamu benar-benar akan pergi dengan James ke acara Naga Perang, Cin?"Cindy berbalik, pandangannya menusuk seperti sinar matahari yang membakar langsung kulit. Keringat kecil mengalir di pelipisnya, bukan hanya karena panas, tapi juga oleh rasa marah yang mendidih di dalam dirinya. "Kabarnya Katrin Chow akan hadir. Pengusaha besar yang jarang muncul di publik. Aku sangat mengaguminya, bukan Katrin temanmu yang terus ikut campur dalam hidup kita!" suaranya tegas, setiap kata seolah dihempaskan dengan keras.Rendy tetap tenang, walaupun di dalam dadanya bergolak. Jika saja Cind
Kota Chindo selalu menggeliat, siang dan malam, tak pernah mengenal lelah. Sinar matahari siang menembus gedung-gedung pencakar langit yang menjulang, sementara jalanan penuh dengan deretan mobil mewah yang melaju mulus di aspal hitam.Kota yang dicap sebagai Kota Miliarder ini memang sangat beralasan karena semuanya serba mewah di Kota Chindo. bagi penggemer kuliner juga disajikan Koki Michelin yang berkelas dengan suguhan makanan berkelas yang mempesona. Tidak ada yang murah di Kota Chindo, serta tidak ada penduduk yang miskin di kota ini. Walaupun bekerja, kekayaan para karyawan ini melebihi karyawan-karyawan yang bekerja di Kartanesia karena kebanyakan eksekutif muda yang bekerja di perkantoran Chindo ini merupakan keturunan miliarder.Berbeda dari Kartanesia yang megah dengan kantor-kantor pemerintahan dan industri raksasa, serta Underground City yang mempesona wisatawan dengan pesona bawah tanahnya, Kota Chindo adalah gabungan dari semuanya—industri, pariwisata, dan hunian. Denyu
Jessy mengangguk, menyeringai melihat antusiasme yang terpancar di wajah Rendy. “Tentu saja, Ketua. Namamu sudah ada di daftar pembalap eksklusif. Mereka tak sabar menunggu aksi Naga Perang di sirkuit,” ucapnya, nada suaranya menggoda.Melihat raut wajah Rendy yang seperti dulu membuat gairah Jessy semakin meningkat. "Aku harus bisa merebut hati Ketua lagi seperti dulu, bukan perempuan yang tidak bisa menghargainya yang sekarang menjadi istrinya."Rendy tersenyum, matanya berbinar-binar. Aroma udara malam yang sejuk terasa menenangkan, namun di balik ketenangan itu, ada denyut adrenalin yang mulai merayap di pembuluh darahnya. Kota Chindo dengan segala kemewahannya bukan sekadar pusat bisnis, tapi juga panggung bagi ambisi dan kebebasan. Ia dapat merasakan ketegangan di dadanya, rasa lapar yang tak tertahankan untuk kembali ke lintasan, mendengar deru mesin mobil yang menggelegar dan menyatu dengan aspal.Mengingat masa lalu membuat semua masalahnya terlupakan untuk sejenak. Bersama J
Begitu keluar dari gerbang perumahan, Rendy menambah gas. Mobil itu merespon dengan cepat, melesat maju dengan tenaga yang luar biasa. Jalanan Kota Chindo yang biasanya ramai kini tampak lebih sepi, sempurna untuk uji coba pertama mobil supernya. Ia melaju melewati gedung-gedung kaca yang memantulkan bayangan mobil hitam itu seperti kilatan kilat di tengah malam.Papan-papan iklan yang berseliweran di gedung-gedung tinggi dalam bentuk layar televisi yang biasa disebut Videotron membuat jalanan lebih terang di malam hari.Para miliarder di Kota Chindo tengah menghadiri Jamuan Makan Malam Naga Perang agar bisa berinteraksi langsung dengan sosok yang melegenda itu sehingga jalanan Kota Chindo agak sepi malam ini.Tangan Rendy dengan lincah memainkan perpindahan gigi, membuat setiap akselerasi terasa lebih mulus namun bertenaga. Udara malam masuk melalui celah kecil jendela, membawa aroma aspal yang baru basah oleh embun malam. Suara angin yang memecah di sekitar mobil menjadi latar belak
James Chung tiba di Paradise Hill dengan elegan, mengendarai mobil B-M-W hitam yang mengilap, seolah-olah memotong malam yang sejuk dengan sorot lampu yang memancar tajam. Setiap detik perjalanan terasa penuh keyakinan. Matanya menatap ke depan, membayangkan Cindy Huang—wanita yang akan ia nikahi. Cindy, yang belum tersentuh oleh Rendy, memberinya keyakinan bahwa dialah pria yang akan mempersuntingnya, bukan sekadar pewaris janda dari pernikahan yang gagal.Saat James mematikan mesin dan keluar dari mobilnya, Vera Huang terlihat terburu-buru keluar dari rumah besar itu. Tumitnya berdetak di atas lantai marmer teras, menimbulkan suara yang bergaung di udara malam yang hening. Wajahnya terlihat riang, tapi ada ketergesaan yang tersembunyi di balik senyuman lebarnya. Matanya berbinar, penuh harap."James... kamu tampan sekali malam ini," katanya, suaranya manis namun sarat dengan kegembiraan yang penuh perhitungan. Pujian yang terlontar seperti gula, manis tapi penuh niat.James tersenyu
James berusaha mengontrol amarah yang mulai mendidih di dalam dirinya. Dia menghirup udara malam yang sejuk, berusaha menenangkan diri sebelum menekan tombol kunci mobil, membuka pintu untuk Cindy. Mesin mobil mulai berderu halus, menambah kesan mewah yang berusaha ia tunjukkan di setiap langkahnya. Namun, hatinya tak tenang. Sikap Cindy yang dingin dan menolak membuatnya merasa direndahkan—sesuatu yang tidak pernah ia izinkan terjadi.Setelah mereka bertiga berada di dalam mobil B-M-W, terlintas ide di pikiran Vera ."Aku akan menyusul kalian nanti ... ada yang harus aku urus dahulu sebelum pergi ke Jamuan Makan Malam Naga Perang!" ucap Vera yang sengaja memberikan kesempatan James dan Cindy berduaan saja di dalam mobil.Vera kembali masuk ke dalam rumahnya, meninggalkan James dan Cindy berduaan saja di dalam mobil mewah B-M-W ini. James menatap Cindy dari sudut matanya, berharap bisa mencari celah untuk berbicara lebih banyak, tetapi aura tegas yang dipancarkan Cindy membuat lidahny
Saat pintu ballroom mewah itu terbuka, suasana segera berubah. Beberapa pria berbadan besar dengan setelan hitam yang rapi melangkah masuk lebih dulu, menguasai ruangan dengan kehadiran mereka yang tegas dan mengintimidasi. Mereka adalah bodyguard yang tak diragukan lagi menjadi perisai dari seseorang yang begitu berpengaruh. Mata semua tamu seketika tertuju pada pintu masuk, menahan napas dalam ketegangan yang memuncak.Di belakang mereka, sosok yang dinantikan akhirnya muncul—Katrin Chow. Perempuan itu melangkah dengan anggun, mengenakan gaun hitam yang elegan, bersinar dalam kemewahan yang kontras dengan keheningan mendadak yang menyelimuti ruangan. Aura kuatnya mendominasi, meskipun dia tidak mengucapkan sepatah kata pun. Kilauan dari permata yang menghiasi gaunnya memantulkan cahaya chandelier di atas, menciptakan sorotan berkilauan yang membuat kehadirannya semakin mencolok.James, yang tadinya sudah mencoba mempertahankan postur tenangnya, merasakan dadanya berdebar. Tidak bisa
Restoran Equator Sunrse sangat indah dipandang di waktu malam. Lampu-lampu warna-warni yang menghiasi seluruh area restoran ini memperlihatkan kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kaya yang sanggup membayar makanan yang mahal di restoran ini.Keindahan restoran ini tidak sebanding dengan kejadian di dalamnya."Kamu memang tidak tahu diri, Cindy .... Rendy sudah bersusah payah mendapatkan Undangan Emas untukmu tapi Kau abaikan begitu saja. kamu malahan merendahkan diri datang dengan pria lain yang hanya memiliki Undangan merah ke Jamuan Makan Malam Naga Perang! Apa yang Kau harapkan? Bertemu Naga Perang? Bahkan mendekatinya saja kamu tak akan bisa dengan Undangan Merah ini. Hanya Undangan Emas dan Undangan Perak yang berkesempatan langsung bertemu Naga Perang!" Ucapan Katrin bagaikan petir di siang bolong yang menyambar tubuh Cindy. Matanya tajam melirik ke arah James. "Apa benar yang dikatakan oleh Nona Katrin kalau aku sama sekali tidak bisa mendekati Naga Perang den