Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 360. Nisan Pedang Kabut Darah

Share

360. Nisan Pedang Kabut Darah

Author: Zhu Phi
last update Huling Na-update: 2025-01-11 07:46:48

Malam itu, di tengah keheningan setelah ritual kultivasi ganda, Jade Dragon di tubuh Rendy tiba-tiba bergetar hebat, seolah merespons panggilan yang tak bisa diabaikan. Getarannya begitu kuat hingga membuat tubuh Rendy limbung. Aura emas yang biasanya melingkupinya berubah menjadi merah gelap, penuh dengan energi yang mengancam.

“Rendy, ada apa?” tanya Seruni dengan nada cemas, tetapi Rendy hanya mengangkat tangan, memberi isyarat agar dia tidak mendekat.

“Aku... tidak tahu,” gumam Rendy. “Tapi ini seperti... panggilan. Jade Dragon ingin aku pergi.”

Tanpa menunggu jawaban, tubuh Rendy dilingkupi cahaya naga yang mengangkatnya dari tanah. Dalam sekejap, ia melesat pergi, meninggalkan semua orang yang masih terpaku di tempatnya. Seruni, Selina, dan yang lainnya hanya bisa memandang dengan kebingungan dan kekhawatiran.

Saat Rendy tiba di Lembah Roh Kultivator, tempat itu dipenuhi dengan aura mistis yang berat. Langit di atasnya tampak gelap dengan pusaran energi merah darah. Di pusat lem
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zhu Phi
Author akan rilis banyak Bab Semangati author dengan hadiah dan gems untuk tambahan Bab bonus selain Bab regular yang 4-5 Bab perhari. Terima kasih.
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Kebangkitan Naga Perang   361. Godaan Shin Kang dan Pedang Kabut Darah

    Getaran hebat dari Pedang Kabut Darah semakin intens, membuat tanah di sekitarnya retak. Energi merah gelap menyebar seperti kabut yang menyeramkan, memenuhi lembah dengan aura yang membawa ketakutan mendalam. Keenam Roh Kultivator berdiri dalam formasi, masing-masing mengerahkan energi spiritual mereka untuk meredam kekuatan dari Nisan Pedang Spiritual.Aiden mengangkat kedua tangannya, cahaya biru yang dingin memancar dari tubuhnya, menciptakan lingkaran perlindungan di sekitar nisan. “Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi! Shin Kang harus tetap tersegel!”Guang Yu berdiri di sampingnya, tombak emas di tangannya bergetar, memancarkan aura yang berat. “Rendy, tetap di tempatmu! Jangan biarkan suara itu mempengaruhimu!”Namun, Rendy tidak bisa mengabaikan suara di dalam hatinya. Suara Shin Kang semakin jelas, seperti bisikan yang terus-menerus menarik perhatiannya. Aura merah gelap yang berasal dari Pedang Kabut Darah terasa begitu akrab, seolah memanggil jiwa terdalam Rendy.“Bocah!

    Huling Na-update : 2025-01-11
  • Kebangkitan Naga Perang   362. Menyegel Pedang

    Rendy berdiri terpaku, tubuhnya dikelilingi aura emas yang berdenyut dengan gelombang energi naga. Di depannya, Pedang Kabut Darah bergetar hebat, memancarkan cahaya merah darah yang mengancam, seolah-olah sedang berusaha melepaskan diri dari belenggu yang terakhir. Suara Shin Kang terus menggema di dalam pikirannya, menggoda, memaksa, merayu dengan janji-janji kekuatan yang tidak terbatas.“Lihatlah mereka, bocah,” suara Shin Kang terdengar tajam. “Para Roh Kultivator itu? Mereka lemah. Bahkan talisman segel mereka tidak bisa menahan kekuatanku. Kau tahu apa artinya ini? Aku adalah pilihan terbaikmu. Dengan kekuatanku dan Pedang Kabut Darah ini, tak satu pun dari musuhmu akan bertahan. Bahkan Zhang Wei akan jatuh tanpa perlawanan.”Di sisi lain, Abigail, dengan napas tersengal-sengal, berusaha bangkit dari tanah. Wajahnya yang biasanya tenang sekarang penuh kepanikan. “Rendy!” serunya, suaranya dipenuhi kepedihan. “Kami tidak bisa melakukannya sendiri. Kau harus membantu kami! Jangan

    Huling Na-update : 2025-01-11
  • Kebangkitan Naga Perang   363. Melawan Takdir Langit

    Tanpa ragu, Rendy maju dan mendekati Pedang Kabut Darah yang masih bergetar hebat.Dengan satu tarikan yang penuh determinasi, Rendy mencabut Pedang Kabut Darah dari Nisan Spiritual. Cahaya merah darah menyembur dari bilahnya, memenuhi langit dengan aura gelap yang mencekam. Pedang itu terasa hidup di tangannya, denyut kekuatan yang seolah menyatu dengan napasnya sendiri. Tubuhnya diliputi energi yang luar biasa—kekuatan yang bahkan belum pernah ia rasakan sebelumnya.“Aku akan mengembalikannya setelah menghadapi Zhang Wei,” ucap Rendy dengan suara yang tegas, tapi ada nada kepedihan di balik kata-katanya. “Ambisi Zhang Wei lebih mengerikan daripada Shin Kang. Dunia membutuhkan kekuatan ini untuk menghentikannya.”Keenam Roh Kultivator menatapnya dengan ekspresi terkejut dan kekecewaan mendalam. Aiden Lee melangkah maju dengan tatapan penuh ketegasan. “Rendy, kau tak mengerti apa yang kau lakukan! Pedang itu bukan sekadar senjata, tapi entitas yang hidup dengan haus akan darah. Ia akan

    Huling Na-update : 2025-01-11
  • Kebangkitan Naga Perang   364. Rendy vs Enam Roh Kultivator

    Aura pertempuran memenuhi udara saat keenam Roh Kultivator mengelilingi Rendy, masing-masing memancarkan kekuatan spiritual mereka yang luar biasa. Rendy berdiri di tengah lingkaran itu dengan Pedang Kabut Darah di tangannya, aura merah gelap menyelubungi tubuhnya seperti kabut mematikan.“Jangan salahkan aku kalau kalian terluka! Aku tidak ingin melukai kalian!” seru Rendy, nada suaranya menunjukkan campuran keputusasaan dan ketegasan.Namun, Aiden Lee menjawab dengan tatapan dingin. “Kalau begitu, lepaskan pedang itu, Rendy. Sebelum semuanya terlambat!”Lao Jin maju lebih dulu, energi emas yang berbentuk naga mengelilinginya. “Kau keras kepala, Rendy. Tapi aku tidak akan membiarkan Shin Kang kembali, meskipun itu berarti melawan muridku sendiri!”Dengan gerakan cepat, Lao Jin menyerang, tinjunya mengarah ke dada Rendy, membawa kekuatan spiritual yang cukup untuk menghancurkan gunung kecil. Rendy mengangkat Pedang Kabut Darah, menangkis serangan itu dengan mudah.BOOOM!Tabrakan ener

    Huling Na-update : 2025-01-11
  • Kebangkitan Naga Perang   365. Mengeluarkan Shin Kang

    Rendy menggenggam Pedang Kabut Darah dengan erat, merasakan kekuatan dahsyat yang mengalir ke tubuhnya. Aura merah pekat menyelimuti dirinya, dan perlahan, aura pembunuh mulai tampak semakin nyata. Matanya sedikit berubah, dengan semburat merah yang memancarkan energi gelap.“Bagaimana rasanya memegang pedang spiritual paling kuat di dunia?” suara Shin Kang terdengar dari dalam pedang, suaranya dingin namun penuh daya pikat.Rendy menghela napas berat, tetapi rasa ingin tahunya tak dapat ia tahan. “Luar biasa… seperti tubuhku dipenuhi kekuatan yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya.”Shin Kang tertawa kecil, tawa yang penuh dengan kesombongan. “Tentu saja, bocah. Pedang ini adalah mahakarya, senjata yang bisa mengubah nasib seorang kultivator. Tapi itu hanya permulaan. Kekuatan sebenarnya baru bisa kau rasakan jika aku… dibebaskan.”Rendy menatap pedang itu dengan ragu. “Bagaimana cara mengeluarkanmu?” tanyanya. Dalam benaknya, ia sadar bahwa ia membutuhkan Shin Kang untuk sepenuhn

    Huling Na-update : 2025-01-11
  • Kebangkitan Naga Perang   366. Tawaran Aiden Lee

    Aiden Lee berdiri dengan tubuh yang masih dipenuhi luka, tetapi tangannya terangkat untuk menunjukkan sebuah Talisman Rune yang bersinar lembut dengan cahaya keemasan. Rune itu terlihat rumit, seakan ditulis dengan tangan seorang ahli. Aura yang terpancar darinya terasa kuat dan memancarkan energi spiritual murni.“Rendy,” panggil Aiden dengan suara tegas namun tidak memaksa. “Jika kau benar-benar tidak mau meninggalkan Pedang Kabut Darah dan bersikeras menggunakan kekuatan Shin Kang, maka aku punya satu solusi yang akan menguntungkan kedua belah pihak!"Rendy menatap talisman itu dengan penuh tanya. “Apa itu, Guru?”“Talisman ini,” jelas Aiden sambil memperlihatkan rune yang melayang di antara tangannya, “bisa mengekang kekuatan Shin Kang. Jika kau membebaskannya dari Nisan Pedang Spiritual, kekuatannya akan terbatasi hingga hanya setengahnya. Dengan begitu, ia tidak akan menjadi ancaman bagi dunia, sekaligus memastikan kau tetap bisa mengendalikan Pedang Kabut Darah tanpa terpengaru

    Huling Na-update : 2025-01-12
  • Kebangkitan Naga Perang   367. Keputusan Rendy

    Rendy membuka matanya perlahan, tatapannya tajam namun penuh dengan ketenangan yang baru ditemukan. Ia menatap Pedang Kabut Darah di tangannya, kemudian bergantian memandang para gurunya yang terluka namun tetap berdiri teguh, siap menghadapi apapun demi melindungi dunia dari ancaman kegelapan.Suara Shin Kang bergema lagi, kali ini lebih mendesak. “Jangan dengarkan mereka, bocah! Mereka hanyalah pengecut yang takut pada kekuatan sejati! Kau tahu, hanya aku yang bisa memberimu keunggulan melawan Zhang Wei. Dunia ini tidak layak untuk dilindungi—kau harus menguasainya! Akua kan membuatmu menjadi Penguasa Dunia!"Namun, suara itu tidak lagi mengusik pikiran Rendy seperti sebelumnya. Ia mengambil napas dalam-dalam, menguatkan hatinya. Pandangannya kembali pada Aiden Lee, yang masih memegang Talisman Rune di tangannya.“Guru,” kata Rendy, suaranya mantap. “Aku menerima talisman rune itu. Aku akan membebaskan Shin Kang dengan batasan yang aman. Aku percaya, kekuatan sejati tidak hanya data

    Huling Na-update : 2025-01-12
  • Kebangkitan Naga Perang   368. Kembali Ke Awal

    Rendy akhirnya tiba di rumah megah Seruni di Andalas dengan perasaan campur aduk. Aura Pedang Kabut Darah masih terasa menggema di sekelilingnya, meskipun talisman dari Aiden menjaga energi gelapnya terkendali. Seruni menyambutnya dengan senyum hangat, tapi ia dapat merasakan kegelisahan di balik sorot mata wanita itu.“Bagaimana?” tanya Seruni lembut, membawa secangkir teh hangat ke meja. “Apa yang terjadi di Lembah Roh Kultivator?”Rendy menghela napas panjang sambil duduk. “Aku membawa pulang Pedang Kabut Darah,” katanya sambil meletakkan pedang itu di samping kursinya. “Tapi dengan batasan. Guru-guruku memasang talisman untuk menjaga kekuatan pedang ini tetap terkendali. Sekarang, aku hanya perlu menemukan Zhang Wei.”Seruni memandang pedang itu sejenak, ragu untuk mendekat. “Pedang itu memancarkan aura yang sangat kuat, Rendy. Aku bisa merasakannya dari sini. Kau yakin tidak apa-apa membawanya?”Rendy menatap Seruni, senyumnya tipis tapi penuh keyakinan. “Aku tidak punya pilihan

    Huling Na-update : 2025-01-12

Pinakabagong kabanata

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

  • Kebangkitan Naga Perang   505. Azerith - Pewaris Negeri Malam

    Dua malam telah berlalu sejak aliansi antara Rendy dan Sheila terbentuk—sebuah kesepakatan rapuh yang ditandai dengan percikan api kebencian masa lalu dan bara tekad akan pembalasan. Malam ini, langit Negeri Malam tampak lebih kelam dari biasanya, seolah bintang pun enggan menatap apa yang akan terjadi.Delapan sosok berdiri tegak di pelataran batu obsidian di depan Menara Tanpa Bayangan—bangunan menjulang dengan dinding berkilau hitam pekat yang tampak hidup, berdenyut halus seperti nadi monster kuno yang sedang tertidur. Cahaya bulan pun lenyap begitu menyentuh permukaannya, seakan tertelan oleh lapisan spiritual yang tak mengenal pantulan.Rendy berdiri paling depan. Nafasnya terlihat dalam kepulan dingin malam, tapi keringat hangat membasahi tengkuknya. Di sisinya, Sheila tampak tenang, namun sorot matanya tajam seperti bilah belati yang disembunyikan di balik senyuman.Empat Penjuru Angin mengitari mereka dalam formasi setengah lingkaran, menjaga dua orang di belakang: para saksi

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status