Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 275. Tuan Muda Terkuat

Share

275. Tuan Muda Terkuat

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2024-12-22 15:36:56

"Bagus, Tuan Muda," Katrin berkata dengan napas yang sedikit memburu. "Kau mulai memahami esensi dari pertarungan ini. Tapi ingat, pertarungan sejati tidak pernah memberi kesempatan untuk berpikir ulang. Semua harus cepat."

Rendy memandang Katrin, peluh mengalir di dahinya, tapi matanya menyala penuh determinasi. "Aku siap," katanya dengan suara mantap, mengangkat Pedang Guang Yu sekali lagi.

Walaupun Rendy merasa aneh dengan kekuatan Katrin sebagai praktisi bela diri, ia tetap meladeni keinginan Katrin.

Katrin tersenyum tipis, melangkah maju. "Kita lihat seberapa jauh kau bisa melangkah, Tuan Muda."

Pertarungan itu berlanjut, setiap gerakan, serangan, dan strategi menjadi lebih intens. Suara dentingan pedang dan gemuruh energi memenuhi arena, menciptakan pemandangan epik yang membuat setiap saksi terdiam dalam kekaguman. Di balik semua itu, Rendy tahu, ini bukan sekadar latihan—ini adalah langkahnya menuju takdir sebagai Naga Perang yang sesungguhnya.

Ketegangan di arena semakin memu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Naga Perang   276. Interogasi Rendy

    Lorong ruangan itu dipenuhi bayangan redup dari lentera-lentera antik yang menggantung di sepanjang dinding, menerangi percakapan antara Katrin dan Rendy dengan cahaya keemasan yang lembut. Udara di sekitar mereka terasa sedikit hangat, bercampur dengan aroma kayu yang terbakar pelan dari lentera-lentera tersebut. Katrin memandang Rendy dengan alis yang sedikit terangkat, senyum tipis di wajahnya."Tuan Besar Zhang ingin bertemu dengan Tuan Muda," katanya, nada suaranya dingin namun terkontrol, seperti orang yang menyampaikan pesan penting tanpa memperlihatkan emosi.Rendy menghela napas dalam, tangannya meraba permukaan pedang spiritual Guang Yu di punggungnya, seperti mencari pegangan pada sesuatu yang nyata di tengah kekacauan pikirannya. Namun, yang pertama kali keluar dari mulutnya bukanlah jawaban untuk permintaan Tuan Besar Zhang."Apa ada karyawan bernama Jessy Liu di Dragon Sky Group?" tanyanya tiba-tiba. Suaranya terdengar ragu, namun tatapan matanya tajam, seakan menggali j

    Last Updated : 2024-12-22
  • Kebangkitan Naga Perang   277. Menemui Zhang Wei

    Rendy memasuki ruangan besar di lantai paling atas Dragon Sky Tower. Dinding kaca yang mengelilingi ruangan itu memamerkan pemandangan kota Khatulistiwa yang gemerlap di malam hari. Lampu-lampu neon dari gedung-gedung tinggi membentuk pola seperti sungai bercahaya yang mengalir di tengah hutan beton. Aroma kayu cendana samar-samar memenuhi ruangan, bercampur dengan udara dingin dari pendingin ruangan yang menyentuh kulitnya.Di tengah ruangan, sebuah meja panjang dari kayu eboni berdiri megah, dan di belakangnya duduk Zhang Wei, pria paruh baya dengan rambut abu-abu yang disisir rapi ke belakang. Matanya yang tajam seperti elang mengawasi Rendy dengan penuh perhitungan. Wajahnya tanpa senyuman, tapi penuh dengan kharisma seorang pemimpin. Tangannya terlipat di atas meja, jarinya mengetuk-ngetuk permukaan kayu, menciptakan ritme pelan yang terasa seperti menghitung detik menuju ketegangan berikutnya.Rendy berdiri tegap, namun sorot matanya dingin dan penuh kehati-hatian. Setiap langka

    Last Updated : 2024-12-23
  • Kebangkitan Naga Perang   278. Clarissa Yang Menggoda

    Rendy yang keluar dari gedung Dragon Sky Tower memutuskan untuk mengunjungi Elemental Naganya saatu persatu. Orang pertama yang ingin dikunjunginya adalah Clarissa Tan karena ia penasaran dengan Klan Assassin War yang tadinya ingin diselidikinya."Seharusnya Clarissa Tan menjadi pemimpin The Shadow, tapi kenapa sekarang malahan membawahi Assassin War? Terus, siapa yang memimpin The Shadow sekarang?"Rendy melangkah menuju sebuah gedung dengan arsitektur modern di pusat kota Kartanesia, tempat Clarissa Tan dikabarkan berada. Aroma bunga melati menyambutnya saat ia masuk ke ruang lobi yang megah, dindingnya dihiasi panel-panel kaca yang memantulkan cahaya lampu gantung kristal di langit-langit. Langkah sepatunya bergema lembut di lantai marmer yang dingin, sementara tatapannya tertuju pada seorang wanita di sudut ruangan yang memancarkan aura penuh percaya diri.Clarissa Tan berdiri dengan anggun, mengenakan gaun merah berpotongan tinggi yang mengalir seperti api di tubuhnya. Rambut ika

    Last Updated : 2024-12-23
  • Kebangkitan Naga Perang   279. Pemimpin Assassin War

    Malam di Resort Red Lotus terasa magis. Cahaya rembulan memantul lembut di permukaan danau buatan yang mengelilingi bangunan utama, memberikan kesan bahwa tempat itu adalah bagian dari dimensi lain. Rendy melangkah melewati gerbang besar dengan ornamen naga emas, pikirannya terus berputar memikirkan pertemuannya dengan Clarissa.Lorong menuju suite eksklusif Clarissa dipenuhi dengan hiasan-hiasan artistik, dari lukisan abstrak hingga patung-patung modern yang mengilustrasikan elemen naga. Aroma bunga melati dari diffuser memenuhi udara, menciptakan suasana yang menenangkan, namun Rendy tetap waspada. Dia tahu Clarissa bukan hanya sekadar wanita cantik; dia adalah Elemental Naga Api sekaligus pemimpin Assassin War, organisasi bayangan yang bergerak di bidang pembunuhan terorganisir.Saat tiba di depan pintu suite, seorang pelayan berpakaian rapi menyambutnya. "Silakan masuk, Tuan Muda. Nona Clarissa telah menunggu Anda," katanya dengan senyum sopan sebelum membuka pintu.Rendy melangka

    Last Updated : 2024-12-23
  • Kebangkitan Naga Perang   280. Hebatnya Clarissa

    Rendy berdiri mematung sejenak ketika Clarissa mendekat, senyum di wajahnya berubah menjadi sesuatu yang lebih hangat, lebih personal. Dalam satu gerakan halus, dia melingkarkan lengannya di sekitar leher Rendy, menariknya mendekat. Napas Clarissa terasa hangat di kulitnya, aroma lembut melati dari tubuhnya memenuhi udara di antara mereka."Kau tahu, Tuan Muda," bisik Clarissa dengan nada menggoda, "Aku selalu tahu kita akan bertemu lagi, meskipun sebagai musuh sekalipun. Tapi sekarang, semua berbeda, bukan?"Sebelum Rendy bisa merespons, Clarissa menutup jarak di antara mereka, bibirnya menyentuh bibir Rendy dengan lembut namun penuh gairah. Rendy terpaku, merasakan campuran hangat dari ketegangan dan kenyamanan dalam ciuman itu. Detak jantungnya yang awalnya stabil berubah menjadi hentakan liar yang seirama dengan keintiman yang tiba-tiba ini.Waktu terasa melambat. Dalam pikirannya, kenangan masa lalu terlintas—Clarissa yang dulu menjadi musuhnya, seorang pemimpin organisasi pembun

    Last Updated : 2024-12-23
  • Kebangkitan Naga Perang   281. Kultivasi Ganda

    Dalam remang kamar yang masih dibalut aroma bunga mawar lembut, Rendy membuka matanya. Sebuah sensasi aneh menyelubungi tubuhnya—ringan, seperti ada angin sepoi yang mengangkatnya dari dalam. Namun, jauh di bawah kulitnya, sebuah kekuatan membara. Aliran Qi yang begitu deras seakan-akan mendesak setiap nadinya untuk meluap. Ia memijat pelipis, mencoba memahami apa yang tengah terjadi."Apa ini? Energi sebesar ini… dari mana datangnya?" pikirnya, dadanya naik-turun seiring dengan usaha mengontrol napasnya.Sebuah suara menggema di belakangnya, lembut dan sedikit serak. "Tuan Muda? Ada apa? Anda terlihat berbeda…" Clarissa, dengan rambutnya yang masih berantakan dan mata yang memancarkan rasa ingin tahu, menatapnya sambil bersandar pada bantal.Rendy berbalik, matanya menangkap kecantikan Clarissa yang tak teredam meski dalam keadaan tidak rapi. Ada sesuatu yang membingungkan dalam pikirannya. Bagaimana seseorang seperti Clarissa, yang dulu menjadi musuh bebuyutannya, kini berada di sis

    Last Updated : 2024-12-23
  • Kebangkitan Naga Perang   282. Menembus Ranah Gold Core

    Malam pertama di mansion mewah itu membawa keheningan yang sempurna bagi Rendy. Ia memasuki ruangan yang ia pilih, sebuah kamar dengan dinding kaca besar yang menghadap ke taman bambu yang tertata rapi. Cahaya bulan menyusup lembut melalui celah tirai, menciptakan bayangan samar di lantai marmer. Di tengah ruangan, ia meletakkan liontin giok dan patung Jade Dragon di sebuah meja rendah berlapis kayu mahoni. Energi spiritual dari dua benda itu seolah menggetarkan udara di sekitar.Rendy duduk bersila di atas alas meditasinya. Napasnya teratur, mengiringi aliran Qi yang bergerak melalui jalur meridiannya. Di dalam tubuhnya, energi itu seperti sungai yang penuh, mengalir deras tetapi tetap terkendali. Ia memusatkan pikirannya pada inti dantiannya, tempat energi spiritual berkumpul.Qi di dalam tubuhnya mulai menyatu dengan energi liontin giok. Liontin itu memancarkan cahaya lembut kehijauan yang meresap ke kulit Rendy, menghangatkan tubuhnya seperti mentari pagi. Ia membentuk segel tanga

    Last Updated : 2024-12-23
  • Kebangkitan Naga Perang   283. Bantuan Clarissa

    Rendy berjalan mendekat, postur tubuhnya santai namun tatapannya penuh arti. "Aku membutuhkan waktu lebih lama di sini," ucapnya dengan nada mantap. "Namun ada satu syarat—kau harus tetap menemaniku, Clarissa."Clarissa mengangkat alisnya, ragu sejenak. "Mengapa, Tuan Muda? Bukankah lebih baik aku memberikanmu privasi untuk berkultivasi?" tanyanya, meski dalam hatinya ada sedikit antisipasi.Rendy menatapnya lekat, lalu mengembuskan napas perlahan. "Aku sudah menyadari sesuatu, Clarissa. Qi yang melimpah dalam tubuhku... itu berasal dari hubungan kita. Kultivasi Ganda. Aku tidak pernah menduganya, tapi efeknya sangat besar. Dan aku berpikir... kita bisa melakukannya lagi."Wajah Clarissa merona, tetapi senyum kecil muncul di sudut bibirnya. "Tuan Muda tahu caranya membuat permintaan yang sulit ditolak," ujarnya setengah bercanda. Ia melangkah mendekat, aroma lembut melati dari rambutnya menguar. "Aku juga mendapatkan banyak manfaat dari Kultivasi Ganda ini. Jika itu yang Tuan Muda ing

    Last Updated : 2024-12-24

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

  • Kebangkitan Naga Perang   505. Azerith - Pewaris Negeri Malam

    Dua malam telah berlalu sejak aliansi antara Rendy dan Sheila terbentuk—sebuah kesepakatan rapuh yang ditandai dengan percikan api kebencian masa lalu dan bara tekad akan pembalasan. Malam ini, langit Negeri Malam tampak lebih kelam dari biasanya, seolah bintang pun enggan menatap apa yang akan terjadi.Delapan sosok berdiri tegak di pelataran batu obsidian di depan Menara Tanpa Bayangan—bangunan menjulang dengan dinding berkilau hitam pekat yang tampak hidup, berdenyut halus seperti nadi monster kuno yang sedang tertidur. Cahaya bulan pun lenyap begitu menyentuh permukaannya, seakan tertelan oleh lapisan spiritual yang tak mengenal pantulan.Rendy berdiri paling depan. Nafasnya terlihat dalam kepulan dingin malam, tapi keringat hangat membasahi tengkuknya. Di sisinya, Sheila tampak tenang, namun sorot matanya tajam seperti bilah belati yang disembunyikan di balik senyuman.Empat Penjuru Angin mengitari mereka dalam formasi setengah lingkaran, menjaga dua orang di belakang: para saksi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status