Home / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 283. Bantuan Clarissa

Share

283. Bantuan Clarissa

Author: Zhu Phi
last update Last Updated: 2024-12-24 16:02:17

Rendy berjalan mendekat, postur tubuhnya santai namun tatapannya penuh arti. "Aku membutuhkan waktu lebih lama di sini," ucapnya dengan nada mantap. "Namun ada satu syarat—kau harus tetap menemaniku, Clarissa."

Clarissa mengangkat alisnya, ragu sejenak. "Mengapa, Tuan Muda? Bukankah lebih baik aku memberikanmu privasi untuk berkultivasi?" tanyanya, meski dalam hatinya ada sedikit antisipasi.

Rendy menatapnya lekat, lalu mengembuskan napas perlahan. "Aku sudah menyadari sesuatu, Clarissa. Qi yang melimpah dalam tubuhku... itu berasal dari hubungan kita. Kultivasi Ganda. Aku tidak pernah menduganya, tapi efeknya sangat besar. Dan aku berpikir... kita bisa melakukannya lagi."

Wajah Clarissa merona, tetapi senyum kecil muncul di sudut bibirnya. "Tuan Muda tahu caranya membuat permintaan yang sulit ditolak," ujarnya setengah bercanda. Ia melangkah mendekat, aroma lembut melati dari rambutnya menguar. "Aku juga mendapatkan banyak manfaat dari Kultivasi Ganda ini. Jika itu yang Tuan Muda ing
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Kebangkitan Naga Perang   284. Teleportasi Kultivasi

    Pagi itu, Rendy berdiri di ruangan meditasi Safe House dengan patung Jade Dragon di tangannya. Patung itu berpendar lembut, memancarkan energi spiritual yang berdenyut seperti napas hidup. Clarissa berdiri di belakangnya, memperhatikan dengan rasa khawatir yang samar.“Kau masih yakin ingin melakukannya sekarang, Tuan Muda?” tanya Clarissa lagi untuk memastikan, suaranya mengandung nada ragu. “Teleportasi kultivasi bukan teknik sembarangan. Jika energimu tidak stabil, kau bisa terjebak di dimensi perantara.”Rendy mengangguk mantap, matanya tidak meninggalkan patung di tangannya. “Aku tidak punya waktu untuk perjalanan panjang. Nisan Pedang Spiritual di Lembah Roh Kultivator adalah kunci kekuatanku berikutnya. Dengan energi Qi berlimpah ini, aku yakin bisa mengendalikan teleportasi ini. Lagian, aku sudah pernah melakukannya sekali saat mengaktifkan Nisan Pedang Spiritual Guang Yu."Clarissa menggigit bibirnya, lalu menyerahkan sebuah jimat kecil. “Kalau begitu, bawalah ini. Jika kau m

    Last Updated : 2024-12-24
  • Kebangkitan Naga Perang   285. Ancaman Pedang Spiritual Lao Jin

    Langit di atas Lembah Roh Kultivator mendung kelabu, seolah menekan suasana mencekam yang menyelimuti tempat itu. Suasana yang sama sekali tidak diduga oleh Rendy, karena sebelumnya Lembah Roh Kultivator sangat bersahabat dengannya saat ia mengaktifkan Nisan Pedang Spiritual Guang Yu."Apa yang sedang terjadi pada lembah ini? Kenapa aku merasakan energi kegelapan yang sangat jahat di sini?"Ribuan Nisan Pedang Spiritual hanya terdiam kaku, tampak satu Pedang Spiritual yang bercahaya dan bergetar hebat, membuat Rendy penasaran mendekatinya walaupun terasa olehnya ada penghalang kuat yang menahannya untuk mendekati Pedang Spiritual ini."Aku harus mendekati Nisan Pedang Spiritual ini!" tekadnya dalam hati sehingga ia terus mengerahkan energi Qi untuk melawan kekuatan energi besar yang menghalang dan mendorongnya mundur.Di depan Rendy, Pedang Spiritual Lao Jin bergetar liar, menciptakan suara mendesing seperti jeritan roh yang tak tenang. Aura merah darah mulai merembes keluar, merayap

    Last Updated : 2024-12-25
  • Kebangkitan Naga Perang   286. Teknik Pembantaian

    BOOOM!Cahaya merah itu menghantam tanah di depan Rendy dengan dentuman dahsyat, menciptakan gelombang kejut yang mengguncang seluruh lembah. Debu dan pecahan batu beterbangan, membuat Rendy terhuyung meski dia sudah bersiap. Uhuk!Tak kuasa menahan gelombang energi yang dasyat membuat Rendy luka dalam dan memuntahkan darah segar dari mulutnya.Saat debu mereda, sebuah sosok tinggi muncul dari pusaran aura merah yang membara di sekitar Pedang Spiritual Lao Jin. Sosok yang semula hanya berupa pusaran merah perlahan-lahan berwujud seperti manusia.Pria itu mengenakan jubah panjang berwarna hitam dengan pola merah menyerupai darah yang mengering. Matanya bersinar keemasan, menusuk seperti belati yang menguliti jiwa. Wajahnya keras dan tanpa ekspresi, tapi ada keganasan yang menguar dari setiap gerakannya. Dia adalah Lao Jin, pemilik Pedang Spiritual yang telah lama menjadi legenda."Penguasa Nisan Pedang Spiritual? Aku tidak melihat sesuatu yang istimewa darimu," kata Lao Jin dengan suar

    Last Updated : 2024-12-25
  • Kebangkitan Naga Perang   287. Perlawanan Rendy

    Ketika debu mulai mengendap, cahaya kemerahan dari aura Pedang Spiritual Lao Jin berangsur meredup, meninggalkan retakan di tanah yang berkilau seperti bara api. Sosok Rendy berdiri di tengah puing-puing, tubuhnya penuh luka, tetapi matanya menyala dengan tekad yang tak pernah surut. Energi Qi-nya berdenyut liar, nyaris tak terkendali, namun justru itu yang memberinya kekuatan untuk bertahan. Di hadapannya, Lao Jin tersenyum samar. Bukan senyum kekalahan, tetapi senyum penghormatan yang tipis—hampir seperti pengakuan terhadap keberanian lawannya. "Menarik... Aku pikir kau hanya seorang bocah yang terlalu berani dan sampah kultivasi untuk mendekati pusaka ini. Tapi tampaknya kau memiliki potensi yang lebih besar dari yang kuduga," ujar Lao Jin dengan suara rendah, namun masih penuh tekanan."Cuih! Kamu akan melihat kemampuanku yang lain yang akan mengalahkan kesombonganmu!" kata Rendy sambil memuntahkan darah segar lagi."Hahaha ... aku suka semangatmu! Kalau Kau tidak mati maka aka

    Last Updated : 2024-12-25
  • Kebangkitan Naga Perang   288. Tantangan Terakhir

    Lao Jin bergerak dengan kecepatan yang hampir mustahil diikuti mata. Dalam sekejap, dia sudah berada tepat di depan Rendy, pedangnya terangkat tinggi. Rendy hanya punya waktu sepersekian detik untuk mengangkat pedangnya sebagai pertahanan.CLANG!Benturan itu membuat udara di sekitarnya bergemuruh. Kekuatan Lao Jin seperti gunung yang menghantam, membuat kaki Rendy terperosok ke dalam tanah hingga lutut. Rasa sakit menjalar ke seluruh lengannya, tetapi dia tidak melepaskan pedangnya."Hebat, kau mampu menahan seranganku yang pertama," ejek Lao Jin, matanya bersinar tajam. "Tapi bagaimana dengan ini?"Dia memutar pedangnya dalam gerakan melingkar, menciptakan pusaran angin bercampur aura merah yang tajam seperti pisau. Rendy terlempar ke udara, tubuhnya menghantam batu besar sebelum dia jatuh ke tanah dengan keras.Darah mengalir dari sudut bibirnya, tapi Rendy memaksa dirinya bangkit. Napasnya berat, tubuhnya penuh luka, namun matanya tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Dia mengang

    Last Updated : 2024-12-25
  • Kebangkitan Naga Perang   289. Penguasa Pedang Spiritual Lao Jin

    Belum sempat Rendy mencabut Pedang Spiritual Lao Jin, pedang ini bergetar hebat lagi.Saat seberkas cahaya merah dari Pedang Spiritual Lao Jin memasuki tubuh Rendy, rasa sakit yang luar biasa segera menyerangnya. Energi Qi Pembantaian yang ganas mengalir liar dalam meridian-meridiannya, seolah-olah hendak merobek tubuhnya dari dalam. Setiap napas yang diambilnya terasa seperti menghirup bara api, dan pandangannya mulai kabur oleh kilasan-kilasan Teknik Pembantaian milik Lao Jin—jurus-jurus yang penuh dengan kekejaman dan kehancuran.Rendy jatuh berlutut, menggenggam dadanya dengan erat. Napasnya tersengal-sengal, dan pandangannya berpendar. Dalam pikirannya, kilasan-kilasan jurus yang kejam dan sadis—Teknik Pembantaian—berkelebat seperti mimpi buruk.Dia melihat Lao Jin berdiri di atas gunung mayat, setiap tebasannya membawa kehancuran, setiap serangannya meninggalkan jejak darah. Teriakan-teriakan dari korban Lao Jin menggema di telinganya, membuatnya bergidik ngeri.Namun, di balik s

    Last Updated : 2024-12-25
  • Kebangkitan Naga Perang   290. Semalam Bersama Clarissa

    Clarissa langsung memeluk Rendy begitu pria ini keluar dari portal Jade Dragon, sambil matanya berkaca-kaca menahan air mata yang mulai menetes membasahi wajahnya yang cantik jelita."Syukurlah Tuan Muda baik-baik saja! Aku sempat khawatir saat portal dari Jade Dragon menghilang dan merasakan aura tak sedap di kamar ini."Rendy balas memeluk erat-erat tubuh tinggi semampai Clarissa yang terasa hangat di tubuhnya. Sambil membelai rambut Clarissa, Rendy berkata lembut, "Hei ... aku sudah kembali. Jangan menangis lagi ya."Bibir Rendy langsung menyentuh bibir ranum merah Clarissa dan melumatnya tanpa ampun, tapi gadis ini tidak menolak sama sekali, bahkan membalas dengan lebih agresif sambil memeluk Rendy lebih erat lagi.Tanpa terasa keduanya sudah tampak polos tanpa pakaian sama sekali dengan pakaian yang berserakan di mana-mana sementara kedua insan ini masih sibuk bergelut di atas tempat tidur dan memadu kasih dengan rasa cinta yang mendalam.Wajah Rendy tampak terbenam di belahan bu

    Last Updated : 2024-12-26
  • Kebangkitan Naga Perang   291. Cemburu

    "Kamu hendak menemui Sheila Tanoto?" tanya Clarissa dengan ekspresi wajah terkejutnya. Tidak pernah disangka olehnya kalau Naga Perang akan menemui Elemental Naga satu persatu. Tadinya ia berpikir kalau pelayanannya yang hebat akan membuat Rendy hanya bersama dirinya saja.Rendy menatap Clarissa sambil tersenyum. Kepala gadis ini masih bersandar di dadanya setelah kelelahan akibat kultivasi ganda yang mereka lakukan sepanjang malam. Tangannya membelai lembut rambut panjang Clarissa."Aku sudah mendapatkan kekuatan Naga Api dalam dirimu, aku harus mendapatkan tiga kekuatan naga elemental lainnya untuk menyempurnakan kultivasiku. Kamu tahu kan kalau ayahku Zhang Wei akan merusak tatanan dunia fana ini tak lama lagi, jadi aku harus lebih kuat darinya."Rendy memberikan alasan yang masuk akal, tapi Clarissa tetap merasa cemburu dengan ketiga gadis elemental naga lainnya. "Jadi, Tuan Muda akan melakukan kultivasi ganda juga dengan tiga Elemental Naga lainnya? Bagaimana denganku? Apa Tuan M

    Last Updated : 2024-12-27

Latest chapter

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

  • Kebangkitan Naga Perang   505. Azerith - Pewaris Negeri Malam

    Dua malam telah berlalu sejak aliansi antara Rendy dan Sheila terbentuk—sebuah kesepakatan rapuh yang ditandai dengan percikan api kebencian masa lalu dan bara tekad akan pembalasan. Malam ini, langit Negeri Malam tampak lebih kelam dari biasanya, seolah bintang pun enggan menatap apa yang akan terjadi.Delapan sosok berdiri tegak di pelataran batu obsidian di depan Menara Tanpa Bayangan—bangunan menjulang dengan dinding berkilau hitam pekat yang tampak hidup, berdenyut halus seperti nadi monster kuno yang sedang tertidur. Cahaya bulan pun lenyap begitu menyentuh permukaannya, seakan tertelan oleh lapisan spiritual yang tak mengenal pantulan.Rendy berdiri paling depan. Nafasnya terlihat dalam kepulan dingin malam, tapi keringat hangat membasahi tengkuknya. Di sisinya, Sheila tampak tenang, namun sorot matanya tajam seperti bilah belati yang disembunyikan di balik senyuman.Empat Penjuru Angin mengitari mereka dalam formasi setengah lingkaran, menjaga dua orang di belakang: para saksi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status