Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 288. Tantangan Terakhir

Share

288. Tantangan Terakhir

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 12:26:00
Lao Jin bergerak dengan kecepatan yang hampir mustahil diikuti mata. Dalam sekejap, dia sudah berada tepat di depan Rendy, pedangnya terangkat tinggi. Rendy hanya punya waktu sepersekian detik untuk mengangkat pedangnya sebagai pertahanan.

CLANG!

Benturan itu membuat udara di sekitarnya bergemuruh. Kekuatan Lao Jin seperti gunung yang menghantam, membuat kaki Rendy terperosok ke dalam tanah hingga lutut. Rasa sakit menjalar ke seluruh lengannya, tetapi dia tidak melepaskan pedangnya.

"Hebat, kau mampu menahan seranganku yang pertama," ejek Lao Jin, matanya bersinar tajam. "Tapi bagaimana dengan ini?"

Dia memutar pedangnya dalam gerakan melingkar, menciptakan pusaran angin bercampur aura merah yang tajam seperti pisau. Rendy terlempar ke udara, tubuhnya menghantam batu besar sebelum dia jatuh ke tanah dengan keras.

Darah mengalir dari sudut bibirnya, tapi Rendy memaksa dirinya bangkit. Napasnya berat, tubuhnya penuh luka, namun matanya tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Dia mengang
Zhu Phi

Bab Bonus 3/4 Dua Bab siang ini sudah bisa dibaca. Tayang antara jam 11-jam 1 ya ...

| 1
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Cultivator
Pertahankan thor!
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kebangkitan Naga Perang   289. Penguasa Pedang Spiritual Lao Jin

    Belum sempat Rendy mencabut Pedang Spiritual Lao Jin, pedang ini bergetar hebat lagi.Saat seberkas cahaya merah dari Pedang Spiritual Lao Jin memasuki tubuh Rendy, rasa sakit yang luar biasa segera menyerangnya. Energi Qi Pembantaian yang ganas mengalir liar dalam meridian-meridiannya, seolah-olah hendak merobek tubuhnya dari dalam. Setiap napas yang diambilnya terasa seperti menghirup bara api, dan pandangannya mulai kabur oleh kilasan-kilasan Teknik Pembantaian milik Lao Jin—jurus-jurus yang penuh dengan kekejaman dan kehancuran.Rendy jatuh berlutut, menggenggam dadanya dengan erat. Napasnya tersengal-sengal, dan pandangannya berpendar. Dalam pikirannya, kilasan-kilasan jurus yang kejam dan sadis—Teknik Pembantaian—berkelebat seperti mimpi buruk.Dia melihat Lao Jin berdiri di atas gunung mayat, setiap tebasannya membawa kehancuran, setiap serangannya meninggalkan jejak darah. Teriakan-teriakan dari korban Lao Jin menggema di telinganya, membuatnya bergidik ngeri.Namun, di balik s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Kebangkitan Naga Perang   290. Semalam Bersama Clarissa

    Clarissa langsung memeluk Rendy begitu pria ini keluar dari portal Jade Dragon, sambil matanya berkaca-kaca menahan air mata yang mulai menetes membasahi wajahnya yang cantik jelita."Syukurlah Tuan Muda baik-baik saja! Aku sempat khawatir saat portal dari Jade Dragon menghilang dan merasakan aura tak sedap di kamar ini."Rendy balas memeluk erat-erat tubuh tinggi semampai Clarissa yang terasa hangat di tubuhnya. Sambil membelai rambut Clarissa, Rendy berkata lembut, "Hei ... aku sudah kembali. Jangan menangis lagi ya."Bibir Rendy langsung menyentuh bibir ranum merah Clarissa dan melumatnya tanpa ampun, tapi gadis ini tidak menolak sama sekali, bahkan membalas dengan lebih agresif sambil memeluk Rendy lebih erat lagi.Tanpa terasa keduanya sudah tampak polos tanpa pakaian sama sekali dengan pakaian yang berserakan di mana-mana sementara kedua insan ini masih sibuk bergelut di atas tempat tidur dan memadu kasih dengan rasa cinta yang mendalam.Wajah Rendy tampak terbenam di belahan bu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Kebangkitan Naga Perang   291. Cemburu

    "Kamu hendak menemui Sheila Tanoto?" tanya Clarissa dengan ekspresi wajah terkejutnya. Tidak pernah disangka olehnya kalau Naga Perang akan menemui Elemental Naga satu persatu. Tadinya ia berpikir kalau pelayanannya yang hebat akan membuat Rendy hanya bersama dirinya saja.Rendy menatap Clarissa sambil tersenyum. Kepala gadis ini masih bersandar di dadanya setelah kelelahan akibat kultivasi ganda yang mereka lakukan sepanjang malam. Tangannya membelai lembut rambut panjang Clarissa."Aku sudah mendapatkan kekuatan Naga Api dalam dirimu, aku harus mendapatkan tiga kekuatan naga elemental lainnya untuk menyempurnakan kultivasiku. Kamu tahu kan kalau ayahku Zhang Wei akan merusak tatanan dunia fana ini tak lama lagi, jadi aku harus lebih kuat darinya."Rendy memberikan alasan yang masuk akal, tapi Clarissa tetap merasa cemburu dengan ketiga gadis elemental naga lainnya. "Jadi, Tuan Muda akan melakukan kultivasi ganda juga dengan tiga Elemental Naga lainnya? Bagaimana denganku? Apa Tuan M

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Kebangkitan Naga Perang   292. Tuan Muda Yang Mengerikan

    Rendy memutuskan untuk tidak menggunakan ponsel untuk menghubungi Elemental Naga; sebaliknya, dia memilih untuk menemuinya secara langsung.Sheila Tanoto, yang dulunya adalah musuh dari Negeri Malam di masa lalu, kini menjadi salah satu pengawal utamanya. Gadis berwajah pucat ini, yang dijuluki Elemental Naga Es, bertanggung jawab atas bisnis dan keamanannya.Menurut informasi dari Katrin, saat ini Sheila berada di Kota Javali untuk mengawasi pengembangan teknologi senjata canggih yang dapat mereka jual kepada negara-negara yang terlibat dalam konflik bersenjata."Mengapa Sheila bisa begitu jenius di sini? Apa peran Renata di masa ini?" gumam Rendy, kebingungan dengan perubahan besar akibat anomali waktu ini. "Apakah aku bisa kembali ke masa semula? Tapi, masa ini lebih menyenangkan dengan adanya Clarissa.""Saya sudah menyediakan transportasi untuk Tuan Muda, lengkap dengan sopir, jika Tuan Muda tidak ingin repot menyetir sendiri," ujar Katrin melalui ponsel.Tak lama kemudian, sebua

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Kebangkitan Naga Perang   293. Insiden di Bandar Javali

    Ardi memacu Benz 300 SLR putih melewati jalanan yang mulai lengang, menuju Restoran Bandar Javali yang terkenal dengan hidangan lautnya. Suara mesin yang halus berpadu dengan gemuruh ombak yang semakin terdengar jelas saat mereka mendekati pantai. Lampu-lampu kota memudar, digantikan oleh cahaya temaram dari lampu-lampu restoran yang memantul di permukaan air laut.Setibanya di restoran, aroma khas seafood panggang langsung menyergap indra penciuman Rendy. Suara riuh rendah pengunjung yang menikmati hidangan, denting peralatan makan, dan alunan musik live menciptakan suasana yang hangat dan hidup. Ardi segera membukakan pintu mobil, dan Rendy melangkah keluar, merasakan angin laut yang sejuk menyapu wajahnya."Selamat datang di Bandar Javali, Tuan Muda," sapa seorang pramusaji dengan senyum ramah. "Apakah Anda sudah memiliki reservasi, atau ingin memilih meja dengan pemandangan laut?""Meja dengan pemandangan laut terdengar bagus," jawab Rendy, matanya menelusuri interior restoran yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Kebangkitan Naga Perang   294. Kesombongan Timotius Wijaya

    Gadis itu tampak ketakutan dengan sikap agresif eksekutif muda tersebut.Namun, pria itu tidak menggubrisnya dan terus melontarkan kata-kata kasar sambil melangkah maju, membuat gadis itu semakin terpojok. Aksi bully tersebut menarik perhatian banyak pengunjung, tetapi tak ada yang berani turun tangan.Rendy yang memperhatikan kejadian ini merasakan gelombang kemarahan. Meski demikian, ia segera menyadari sesuatu yang tidak biasa. Dari pria itu terpancar aura Qi yang cukup kuat, tanda bahwa ia bukan orang biasa. Meski begitu, rasa keadilan dalam dirinya membuat Rendy memutuskan untuk tidak tinggal diam. Ia bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati keributan tersebut, matanya tajam menatap pria itu dengan penuh keyakinan.Rendy melangkah perlahan namun pasti, langkahnya penuh dengan keyakinan. Suara deburan ombak seolah menambah irama ketegangan yang melingkupi suasana. Para pengunjung mulai memperhatikannya, seakan merasakan aura berbeda yang terpancar dari sosok pria muda ini."He

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Kebangkitan Naga Perang   295. Gadis Ranah Gold Core

    Sosok Rendy tampak bagaikan Malaikat pencabut Nyawa dengan aura dingin menakutkan memandang ke arah Timotius Wijaya.Namun, Timotius yang sudah dikuasai amarahnya tidak mendengar. Ia kembali menyerang dengan semua kekuatan yang dimilikinya, walaupun serangan demi serangan hanya mengenai udara kosong atau tertahan oleh tameng Qi merah Rendy.Pada akhirnya, Rendy memutuskan untuk mengakhiri pertarungan. Dengan satu gerakan cepat, ia melesat mendekati Timotius dan menghentakkan telapak tangannya ke arah dada pria itu, membuatnya terpental beberapa meter hingga jatuh terduduk dengan napas terengah-engah."Kau mungkin punya nama besar, tapi kemampuanmu tidak cukup untuk menantangku," ucap Rendy dingin sebelum berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Timotius yang terdiam, merasa kalah telak dalam pertarungan itu.Timotius tidak puas dan memerintahkan beberapa bodyguard yang baru tiba untuk mengeroyok Rendy."Serang pemuda kampungan itu dan patahkan kedua tangan serta kakinya biar dia tahu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • Kebangkitan Naga Perang   296. Elemental Naga Es

    Rendy memutuskan untuk menemui Sheila Tanoto di rumahnya. Sebuah vila megah yang terletak di atas bukit, dikelilingi oleh pohon pinus dan pemandangan yang memukau, menjadi tempat tinggal Sheila. Rendy merasa ada sesuatu yang mendesak di dalam dirinya, sebuah dorongan untuk mencari jawaban yang selama ini mengusik pikirannya. Nama Sheila selalu membawa resonansi yang tidak biasa di hatinya, meskipun ia tidak sepenuhnya mengerti mengapa.Begitu tiba di depan gerbang vila, Rendy merasa udara di sekitarnya mendadak lebih dingin, seperti sebuah tanda akan kehadiran Sheila yang dikenal sebagai Elemental Naga Es. Pintu vila terbuka perlahan, dan Sheila berdiri di sana, mengenakan gaun putih sederhana yang memancarkan keanggunan dingin namun memikat. Matanya yang biru seperti kristal es menatap langsung ke arah Rendy, membawa perasaan yang sulit ia jelaskan.“Rendy,” Sheila menyapanya dengan suara lembut namun penuh kehangatan. Sebelum Rendy sempat berkata apa-apa, Sheila melangkah mendekat d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

  • Kebangkitan Naga Perang   506. Satria Tanpa Jiwa

    Azerith melangkah maju, jubahnya berkibar perlahan seiring gerakannya. Suhu ruangan turun drastis. Nafas menjadi uap putih.“Itu semua hanya... umpan. Seleksi alam, Sheila. Dunia Bawah tidak butuh simpati. Ia menuntut kekuatan. Yang lemah... hilang. Yang kuat... bertahan. Itu hukum satu-satunya di sini.”Ia berhenti tepat di depan Sheila. Mereka hanya dipisahkan oleh helai napas.“Tapi kau... masih terlalu naif untuk mengerti.”Sheila menggertakkan gigi, menahan amarah. Tapi matanya tidak berpaling.“Kau bukan Tuhan, Azerith. Dan aku di sini... untuk menjatuhkan dewa palsu.”Langkah Rendy menggema di antara debu dan reruntuhan menara tua. Bayangan dari nyala obor menari di wajahnya yang tegang, rahangnya mengeras. Matanya tajam, penuh kemarahan yang tak bisa lagi ditahan.“Kau menyebut kehancuran sebagai seleksi?” suaranya memotong keheningan seperti kilatan petir. “Kau buang anak-anak, wanita, dan turis tak berdosa hanya untuk eksperimen sosial?”Angin mendesis, membawa aroma tanah ba

  • Kebangkitan Naga Perang   505. Azerith - Pewaris Negeri Malam

    Dua malam telah berlalu sejak aliansi antara Rendy dan Sheila terbentuk—sebuah kesepakatan rapuh yang ditandai dengan percikan api kebencian masa lalu dan bara tekad akan pembalasan. Malam ini, langit Negeri Malam tampak lebih kelam dari biasanya, seolah bintang pun enggan menatap apa yang akan terjadi.Delapan sosok berdiri tegak di pelataran batu obsidian di depan Menara Tanpa Bayangan—bangunan menjulang dengan dinding berkilau hitam pekat yang tampak hidup, berdenyut halus seperti nadi monster kuno yang sedang tertidur. Cahaya bulan pun lenyap begitu menyentuh permukaannya, seakan tertelan oleh lapisan spiritual yang tak mengenal pantulan.Rendy berdiri paling depan. Nafasnya terlihat dalam kepulan dingin malam, tapi keringat hangat membasahi tengkuknya. Di sisinya, Sheila tampak tenang, namun sorot matanya tajam seperti bilah belati yang disembunyikan di balik senyuman.Empat Penjuru Angin mengitari mereka dalam formasi setengah lingkaran, menjaga dua orang di belakang: para saksi

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status