Beranda / Urban / Kebangkitan Naga Perang / 253. Pertarungan Naga

Share

253. Pertarungan Naga

Penulis: Zhu Phi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-18 13:30:19

Kabut tebal menggulung sekeliling Rendy, menyelubungi medan pertarungan seperti tirai tak berujung. Di hadapannya, naga penjaga dengan sisik perak berkilauan memandang tajam. Nafasnya menghembuskan hawa dingin yang mampu membekukan udara.

Rendy berdiri tegak, tangannya menggenggam pedang, tapi kini ia tahu bahwa senjata itu hanyalah alat pendukung. Pertarungan ini bukan soal kekuatan fisik saja, melainkan tekad, kemampuan, dan pengendalian energi dalam yang telah ia latih hingga ke tingkat Supreme Master.

Naga itu meraung, mengguncang tanah di bawah kaki Rendy. Suaranya menggema, menciptakan riak-riak energi yang memecahkan es di sekitar. “Buktikan kau layak, pewaris naga!”

Rendy memejamkan mata, menarik napas panjang untuk memusatkan tenaga dalam sempurnanya. Kabut dingin mulai berputar di sekeliling tubuhnya, tertarik oleh energi yang ia pancarkan.

Tiba-tiba, tubuhnya melesat maju dengan kecepatan luar biasa, menghilang dalam sekejap dari pandangan naga penjaga. Teknik “Bayangan Pet
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Kebangkitan Naga Perang   254. Ketua Assassin War

    Angin dingin Gunung Kabut Es menyambut langkah terakhir Rendy saat ia menuruni lereng curam. Perasaan campur aduk memenuhi pikirannya: kekuatan baru yang ia rasakan, rahasia orang tuanya yang mulai terkuak, dan tantangan besar yang menunggunya di Kota Buitenzorg. Namun, yang paling membakar di dalam dirinya adalah keinginan untuk menghancurkan Assassin War dan The Shadow, dua organisasi yang kini menjadi kunci masa lalunya.Setelah perjalanan panjang melalui hutan dan lembah, Rendy tiba kembali di Kota Buitenzorg, pusat keramaian Negeri Khatulistiwa selain Kartanesia. Kota itu penuh dengan gedung-gedung modern yang berdiri di antara pasar tradisional, gang-gang sempit, dan klub-klub malam yang ramai. Namun, di balik gemerlapnya, ia tahu bahaya selalu mengintai.Langkah pertama Rendy membawanya kembali ke Klub Infinity, tempat pertama ia merasakan keberadaan The Shadow. Kali ini, ia datang dengan persiapan lebih matang. Kekuatan yang ia peroleh dari Gunung Kabut Es membuatnya percaya d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Kebangkitan Naga Perang   255. Sisi Gelap Naga Perang

    “Jadi ini sisi gelap Assassin War,” gumam Rendy, matanya memandang setiap detail gerakan Bai Lian. Tubuhnya menegang, energi dalamnya mulai bergejolak.“Kau menyebut dirimu Naga Perang, tapi aku hanya melihat pria dengan ambisi setengah hati,” sindir Bai Lian sambil mengangkat tangan, memberi aba-aba kepada bayangan-bayangan itu untuk menyerang.Makhluk pertama melompat dengan cakar tajam, melesat lurus ke arah kepala Rendy. Ia menunduk, menghindari serangan itu, lalu memutar tubuhnya untuk melepaskan tendangan berputar yang menghantam tubuh bayangan itu hingga pecah menjadi kepulan asap.Namun, dua bayangan lain muncul dari sisi kiri dan kanan.Rendy bergerak cepat menggunakan Langkah Naga Sakti, tapi gerakan makhluk-makhluk itu seperti mencerminkan dirinya. Setiap langkah yang ia ambil, mereka menyesuaikan dengan kecepatan luar biasa.Saat salah satu cakar bayangan menghantam bahunya, rasa sakit itu membangkitkan sesuatu di dalam dirinya. Sebuah suara berbisik di benaknya, dingin da

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Kebangkitan Naga Perang   256. Menepis Masa Lalu

    Udara pagi di Khatulistiwa terasa lebih dingin dari biasanya saat Rendy meninggalkan Kota Buitenzorg. Bayangan pertarungan melawan Bai Lian dan kekuatan gelap yang ia gunakan masih menguasai pikirannya. Ia tidak bisa mengabaikan rasa haus akan jawaban yang semakin kuat sejak mendengar nama Kuil Tiga Langit.Dalam perjalanannya, ia berhenti di pinggiran sebuah desa kecil bernama Lembah Ananta. Desa ini terkenal sebagai tempat para peziarah yang menuju Kuil Tiga Langit beristirahat, namun juga menyimpan reputasi sebagai tempat ujian bagi para pencari kebenaran.Di tengah jalan setapak menuju lembah, Rendy bertemu seorang wanita tua yang duduk di bawah pohon beringin. Rambutnya yang putih seperti salju kontras dengan kulitnya yang berwarna cokelat tua. Ia memegang tongkat kayu yang diukir dengan simbol-simbol kuno.“Jadi kau akhirnya datang, Naga Perang,” katanya tanpa menoleh.Langkah Rendy terhenti. “Siapa kau, Nenek?” tanyanya, matanya menyipit curiga.“Aku adalah Pengawas Tantangan”

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Kebangkitan Naga Perang   257. Kebangkitan Naga Perang Sejati

    Langit di atas Gunung Kabut Es berubah menjadi kelabu pekat saat Rendy mencapai Kuil Tiga Langit. Suasana yang semula sunyi kini diwarnai oleh bisikan aneh, seperti suara ribuan roh yang terjebak. Di depan gerbang kuil, seorang pria berjubah hitam berdiri, tubuhnya diselimuti kabut gelap.“Rendy Wang,” suara pria itu berat, seperti datang dari dasar bumi. “Akhirnya, sang Naga Perang muncul di hadapan takdirnya.”Rendy menggenggam pedangnya erat. “Siapa kau? Dan apa hubunganmu dengan Kuil Tiga Langit?”Pria itu tertawa kecil, suara tawanya seperti geraman. “Aku adalah Bayangan dari kekuatan yang kau gunakan. Kau pikir kekuatan itu gratis? Kau salah, Rendy. Harga dari sisi gelap adalah kehilangan kendali atas jiwamu sendiri.”Bayangan itu menyerang tanpa peringatan, gerakannya cepat seperti kilat. Rendy nyaris tidak sempat mengangkat pedangnya ketika cakar gelap pria itu meluncur ke arahnya. Tubuhnya terhempas, menghantam dinding kuil dengan keras.“Aku tidak takut padamu!” Rendy bangki

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   258. Rahasia Orangtua Rendy

    Angin dingin dari Gunung Kabut Es meniup jubah Rendy yang berlumuran darah. Pedang gelap di tangannya terasa lebih berat, seolah memikul beban masa lalu yang belum ia pahami. Langkah-langkahnya melambat saat ia menuruni jalan berbatu, menuju sebuah desa kecil yang tersembunyi di lereng gunung.Di desa itu, ia mendengar kisah tentang sebuah rumah tua yang dulunya dihuni oleh seorang ahli bela diri legendaris. Konon, orang itu menghilang setelah mempelajari rahasia yang terlalu besar untuk dipikul manusia biasa.“Dia mungkin tahu sesuatu tentang dirimu,” suara seorang nenek tua bergetar, memberikan petunjuk kepada Rendy. “Namanya Zhu Wei, seorang pelarian dari Negeri Langit yang pernah melatih generasi pertama Naga Perang.”Rendy menemukan rumah tua itu, tersembunyi di balik pohon-pohon pinus yang menjulang. Rumah tersebut tampak rapuh, dengan jendela-jendela yang bergoyang setiap kali angin bertiup. Di dalamnya, hanya ada meja kayu, tumpukan kitab kuno, dan seorang pria tua dengan ramb

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   259. Pergi Ke Negeri Andalas

    Rendy duduk di kursi ekonomi yang penuh sesak. Dering suara anak-anak menangis, bunyi derak trolley makanan, dan obrolan penumpang yang bercampur riuh memenuhi kabin pesawat komersil. Ia melirik ke luar jendela, mencoba mencari ketenangan di antara awan-awan yang membentang di bawahnya. Namun, pikirannya justru kembali ke Negeri Andalas—tempat yang seharusnya tidak ia kunjungi."Kenapa Bara Sena yang muncul di pikiranku?" gumam Rendy pelan sambil meremas sandaran tangan kursinya.Saat roda pesawat menyentuh landasan, goncangan itu membangunkan Rendy dari lamunannya. Suara pilot yang memberi sambutan terasa jauh, seperti latar belakang yang samar. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum turun dari pesawat. Bau khas bandara yang bercampur dengan bensin jet dan keringat para penumpang menyambutnya.Namun, napasnya tertahan ketika ia melihat dua sosok yang berdiri di tepi landasan. Bara Sena, dengan jubah hitam yang berkilau di bawah sinar matahari, tampak tegak dengan sikap tenang dan penuh

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   260. Menuju Puncak Mahameru

    Dengan langkah mantap, Rendy meninggalkan Istana Andalas, ditemani Seruni yang berjalan di sisinya. Hawa dingin mulai menyapa mereka saat mereka mendekati gunung, dan suasana menjadi semakin sunyi. Namun, di dalam hati Rendy, gejolak tidak pernah berhenti.Seruni tampak cantik alami dengan pakaian bertarungnya yang membalut tubuhnya yang sempurna sehingga memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh yang indah. Hanya saja, tidak ada senyuman di wajah cantiknya.Rendy memandang puncak Mahameru yang diselimuti kabut tebal. Dari kejauhan, angin gunung membawa desau yang seperti bisikan, seakan-akan gunung itu menyimpan rahasia yang ingin disampaikan namun menolak untuk diungkap begitu saja. Seruni, yang mengawalnya hingga kaki gunung, berhenti di sebuah batu besar yang tertutup lumut.“Hanya sampai di sini, Naga Perang,” ucap Seruni dingin, meski ada sedikit nada khawatir dalam suaranya. “Di atas sana bukan hanya makhluk kuno yang menjaga kuil, tapi juga perangkap alam yang tak memaafkan kesalahan.”

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kebangkitan Naga Perang   261. Rahasia Kitab Kuno

    Di balik kabut yang mulai menghilang, berdiri sebuah kuil kuno dengan gerbang besar dari batu hitam. Ukiran naga dan simbol-simbol aneh menghiasi dindingnya. Hawa dingin menyelimuti tempat itu, tapi ada kehangatan aneh yang menyelinap di hati Rendy.Saat ia melangkah masuk, api di obor yang melapisi dinding menyala dengan sendirinya. Di tengah kuil, sebuah altar berdiri megah, dan di atasnya terletak sebuah kitab tebal yang berlapis debu waktu.Rendy mendekati kitab itu, tangannya gemetar saat ia menyentuhnya. Tapi sebelum ia bisa membuka halaman pertama, suara berat terdengar di belakangnya.“Jawabanmu ada di sana, tapi apakah kau siap menerima kebenaran?”Rendy berbalik, melihat seorang pria tua dengan jubah gelap yang berdiri di ambang pintu. Wajah pria itu penuh dengan bekas luka, dan matanya memancarkan kebijaksanaan yang dalam.“Siapa kau?” tanya Rendy.“Aku adalah penjaga rahasia ini, Rendy Wang,” jawab pria itu. “Dan aku adalah orang yang tahu tentang ayahmu, serta kenapa kau

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Kebangkitan Naga Perang   515. Menghancurkan The Killer

    The Killer berdiri di tengah medan, darah hitam menetes dari lengannya, menodai tanah Negeri Malam yang retak. Untuk pertama kalinya dalam berabad-abad, ia merasakan tekanan—bukan dari satu musuh, tapi dari kekuatan bersatu.Jessy menggenggam erat pedang lebarnya yang bergetar karena energi spiritual. Napasnya berat, tapi matanya penuh keyakinan. Di sisi lain, Renata mengaktifkan mode serangan penuh dari Nova-Core, tubuhnya dilapisi armor spiritual tipis berkilau biru muda. Kupu-kupu logam di belakangnya mulai berubah, mengepakkan sayap berbentuk bilah tajam, siap menghujani The Killer kapan saja.Sementara itu, Rendy, walau masih berlutut dan tubuhnya gemetar, membuka matanya perlahan. Cahaya keemasan samar mulai berkedip di dalam irisnya — tanda bahwa sebagian kecil energi Naga Perang mulai bangkit kembali.The Killer menggeram rendah, suaranya seperti dua dimensi bertabrakan.“Aku... tidak akan berakhir di sini...”Dengan satu gerakan memutar, tubuhnya membelah menjadi sepuluh baya

  • Kebangkitan Naga Perang   514. Penyergapan The Killer

    Namun, di tengah keheningan yang sakral, di antara debu-debu yang melayang pelan bagai abu dupa, sebuah aura kelam menyusup perlahan. Tak seperti kebencian Azerith yang membara dan membuncah, aura ini dingin… nyaris tak terdeteksi, namun menyusup ke dalam setiap pori-pori dunia, seperti kabut maut yang tak menyuarakan langkahnya.Rendy jatuh berlutut. Pedang Kabut Darah tertancap lemah di sampingnya, menahan tubuhnya yang gemetar karena kelelahan. Luka-lukanya belum sembuh, dan energi spiritualnya hampir habis, terkuras oleh Segel Jiwa dan tebasan terakhir yang nyaris membelah dunia.Tiba-tiba, udara di belakangnya bergetar—bukan oleh angin, melainkan oleh kehadiran yang tidak seharusnya ada.Sebuah bisikan lirih mengalir di antara angin.“Akhirnya… saatnya menuai bayangan terakhir dari Naga Perang.”Rendy mengangkat kepala, pelan.Dari balik kegelapan yang masih menyelimuti sebagian Negeri Malam, muncul sosok yang menyatu dengan bayangannya sendiri. Hitam pekat tanpa bentuk jelas, wa

  • Kebangkitan Naga Perang   513. Segel Jiwa

    Azerith terdorong mundur, wajahnya kini lebih menyerupai bayangan iblis daripada manusia. Dengan tatapan penuh amarah dan kebencian, ia memutar tubuhnya. Pedang Iblis Merah ditebaskan dalam gerakan spiral yang nyaris mustahil ditangkap mata telanjang. Setiap sabetan memotong udara, menciptakan bilah-bilah energi merah gelap yang melesat seperti anak panah roh—menyasar bukan tubuh, tapi langsung pada jiwa.Namun, Rendy tak mundur.Dengan satu putaran cepat, Pedang Kabut Darah menyapu seluruh bilah serangan. Dalam sekejap, tercipta pusaran merah-putih yang menghisap dan membelokkan serangan itu, meledakkannya menjadi hujan cahaya yang luruh ke tanah seperti bintang jatuh yang kehabisan nyala.Azerith tertegun. Napasnya berat, jiwanya tergerus perlahan.Rendy berdiri di tengah pusaran cahaya yang perlahan mereda, tubuhnya luka namun tak gentar. Ia menatap lawannya—mata yang tak lagi menyimpan rasa benci, hanya keteguhan.“Aku tidak akan melawan kutukanmu dengan sihir,” gumamnya pelan namu

  • Kebangkitan Naga Perang   512. Pedang Iblis Merah Azerith

    Angin terhenti begitu saja, seperti makhluk hidup yang menahan napas. Debu menggantung di udara, tak sempat jatuh. Waktu—biasanya tak terbendung—kini seperti dipaksa berhenti, membeku dalam ketegangan yang mencekam.Dari balik semburan cahaya yang menyilaukan mata, dan langit yang retak seperti kaca dihantam palu raksasa, dua sosok berdiri. Tak sempurna. Tak utuh. Namun masih tegak—meski dunia seolah menolak keberadaan mereka.Rendy terhuyung, nafasnya tersengal seolah paru-parunya terbakar dari dalam. Darah mengalir dari pelipis dan sudut bibirnya, menggurat merah pekat di wajah yang dipenuhi luka dan debu pertempuran. Namun, cahaya merah menyala di sekeliling tubuhnya, tak padam sedikit pun. Justru semakin membara.Aura naga itu bukan lagi sekadar energi—ia menjadi bagian dari dirinya. Sisik merah menyala terbentuk dari cahaya murni, mengilap seperti batu rubi. Tanduk melengkung memanjang dari pelipisnya, sementara sayap raksasa perlahan mekar dari punggungnya, mengepak pelan seperti

  • Kebangkitan Naga Perang   511. Pertarungan Negeri Malam - II

    “Jangan menyerah!” Suara itu meluncur membelah senyap, nyaring dan penuh nyawa. Gaungnya memantul di tebing-tebing gelap Negeri Malam, menghentak dada siapa pun yang mendengarnya. Tegas. Tak tergoyahkan. “Kekuatan mereka memang besar… tapi bukan tak terbatas! Jika kita mampu bertahan, maka mereka akan tumbang—oleh kesombongan dan kekuatan mereka sendiri!”Laras berdiri terpaku. Nafasnya berat, terseret di antara angin dingin dan aroma darah yang menggantung di udara. Kepalanya menunduk perlahan, bayangan luka dan kehilangan berkecamuk di matanya. Dengan gerakan lirih, ia membuka payung ungu kesayangannya—gerakan kecil yang mengandung ribuan kutukan.“Ini sudah melewati batas…” ucapnya, suara nyaris tak lebih dari bisikan yang terbawa angin. Lalu, dengan ketenangan yang menakutkan, ia menancapkan payung itu ke tanah.KRAAAK ...Begitu ujung payung menyentuh tanah, suara retakan halus terdengar—seolah bumi sendiri merintih. Aura ungu merembes keluar dari celah tanah, melilit udara sepert

  • Kebangkitan Naga Perang   510. Pertarungan Negeri Malam

    Langit Negeri Malam seakan telah robek.Azerith melesat keluar dari kawah api yang ia ciptakan sendiri. Tubuhnya diselimuti aura hitam pekat, berkilauan seperti logam cair yang mendidih. Sayap iblis terbuka lebar di punggungnya—bukan sayap biasa, tapi sayap yang terbuat dari bayangan penderitaan ribuan jiwa. Di belakangnya, dua mata raksasa tanpa kelopak muncul di langit, menatap ke segala arah.“Rendy…” suara Azerith menggema seperti jeritan dari dasar neraka, “Aku sudah mati... berkali-kali... untuk negeri ini. Tapi ayah kami—ayahku—dibunuh olehmu. Kau dan ambisimu untuk perdamaian, hanya menyisakan pembantaian!”Rendy tak menjawab. Sorot matanya tajam, dan api merah dari Pedang Kabut Darah makin membara. Aura spiritual di sekeliling tubuhnya membentuk cincin cahaya merah tua yang berdenyut seirama dengan detak jantungnya.“Kau ingin kebenaran, Azerith?” seru Rendy, melayang perlahan maju. “Bukankah aku sudah bilang kalau ayahmu ingin menghancurkan dunia dan bersekutu dengann kekuata

  • Kebangkitan Naga Perang   509. Kehebatan Empat Penjuru Angin

    Tak jauh dari situ, Lintang mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Tongkat itu memancarkan cahaya biru langit, lalu menyala terang seperti bintang meledak.“Wahai semesta! Beri aku kekuatan!”Lintang menghentak tanah dengan ujung tongkat. Seketika, dari bawah tanah muncul jaring akar-akar bercahaya yang menjulur dan menyambar para prajurit tanpa jiwa, menarik mereka masuk ke dalam bumi yang menganga. Suara jeritan mengerikan bergema ketika tubuh-tubuh itu ditelan tanah.Tiga prajurit melompat dari sisi kanan—Lintang memutar tongkatnya, mengubahnya menjadi cambuk cahaya. Dengan gerakan cepat dan presisi, cambuk itu membelit leher dan tangan lawan-lawannya, lalu ditarik ke satu arah hingga mereka saling bertabrakan dan meledak menjadi abu.*****Dari atas reruntuhan, melayanglah Lily, gaunnya mengepak, kipas giok di tangan kanannya terbuka perlahan.“Jangan meremehkan kelembutan…”Ia mengibaskan kipas sekali. Angin yang keluar bukan sekadar angin—ia adalah gelombang serangan berbentuk kelo

  • Kebangkitan Naga Perang   508. Kekuatan Naga Perang

    Rendy tak bergeming. Ia melangkah ke depan, dan setiap langkahnya seperti membangunkan tanah yang tertidur. Aura panas merambat dari tubuhnya, membuat udara di sekitarnya bergetar samar. Lalu, suara hatinya menggema—keras, tegas, mengguncang lebih dari sekadar suara.“Aku tidak takut pada mereka!” serunya, dan dalam sekejap, tubuhnya diselimuti oleh cahaya merah yang membakar. Dari balik punggung dan dadanya, muncul siluet seekor naga—merah membara, melingkar seperti pusaran petir yang hendak menerkam. Matanya menyala, dan setiap sisiknya memantulkan kilatan kekuatan purba.Lintang membeku. Matanya membelalak tak percaya. Di sebelahnya, Laras mundur satu langkah, tubuhnya bergetar hebat.“Mustahil…” bisiknya dengan suara tercekat. “Ras Naga sudah punah… jutaan tahun yang lalu…”Rendy menatap lurus ke mata Azerith. Tak ada keraguan. Tak ada gentar. Hanya kepercayaan yang tak tergoyahkan.“Ini bukan tentang balas dendam,” katanya pelan, namun suaranya mengandung kekuatan yang tak bisa di

  • Kebangkitan Naga Perang   507. Rahasia Keluarga Tanoto

    Kilatan petir terakhir mencabik langit, menyambar reruntuhan yang hangus di belakang Azerith. Sekilas, cahaya itu memahat siluet sosoknya yang menjulang tinggi, berdiri laksana dewa penghancur dengan pedang terangkat ke langit. Dari bilah senjata itu, lidah-lidah api neraka melompat liar, memekik dalam nyala yang bukan hanya membakar udara, tapi juga jiwa. Tangisan lirih bergema dari logamnya—jeritan ribuan roh yang terperangkap di dalam, merintih antara harapan akan kebebasan… atau kehancuran abadi.Sheila tersentak. Tumitnya bergeser ke belakang, satu langkah kecil yang nyaris tak terdengar. Bukan ketakutan yang membuatnya mundur, tapi sesuatu yang lebih kompleks—kesadaran akan kekuatan yang berdiri di hadapannya.“Rendy…” bisiknya, tangan refleks terangkat. Tapi sebelum ia bergerak lebih jauh, sebuah tangan menggenggam pergelangannya.“Jangan,” ujar Rendy pelan, suaranya rendah tapi tegas, nyaris seperti bisikan petir sebelum badai.Tatapannya tertuju penuh pada Azerith, dan di mata

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status