Rendy melangkah masuk ke lift pribadi yang membawa mereka langsung ke lantai paling atas Menara Naga Perang. Dinding lift yang dilapisi kaca gelap memantulkan bayangan mereka berdua, menciptakan suasana yang tenang namun penuh kekuasaan. Ketika pintu terbuka, mereka disambut oleh pemandangan panorama kota Kartanesia yang menakjubkan, dengan jendela besar yang menampilkan seluruh keagungan kota ini.Lantai tertinggi Menara Naga Perang adalah sebuah oasis mewah yang didesain khusus untuk kenyamanan dan produktivitas. Ruangan yang luas dan terbuka, dengan lantai marmer Italia, perabotan custom buatan tangan, dan karya seni kontemporer yang menghiasi dinding-dindingnya. Sebuah meja panjang dari kayu ebony berkilau mendominasi ruangan, tempat di mana keputusan-keputusan besar sering kali dibuat.Katrin berjalan di depan, membuka pintu menuju ruangan Presiden Direktur, yang dibalut oleh panel kayu mahoni berukir yang menambah nuansa otoritas. Ruangan ini didesain dengan sempurna untuk Rendy
Rendy berdiri di dekat jendela kaca besar di lantai 100 Menara Naga Perang yang merupakan Ruang Presiden Direktur yang luas, tatapannya terpaku pada keramaian kota di bawahnya. Gedung-gedung pencakar langit yang menjulang, kendaraan-kendaraan mewah yang melintas di jalanan tampak sangat kecil bahkan hampir tak terlihat, semuanya mencerminkan kekayaan dan kekuasaan yang ia miliki. Namun, di balik kilauan itu, ada sesuatu yang menggantung di benaknya. "Kita punya Divisi Teknik Sipil dan Arsitektur?" tanyanya tiba-tiba, nada suaranya penuh antusiasme.Katrin, yang berdiri di sampingnya, memandang Rendy dengan tatapan terkejut dan sedikit bingung. "Ketua sendiri yang mengusulkannya beberapa tahun lalu," ujarnya, suaranya dingin namun penuh heran, seolah tak percaya Rendy bisa melupakan hal sebesar itu.Divisi Teknik Sipil dan Arsitektur yang mereka bicarakan adalah jantung kreatif teknik konstruksi perusahaan, menempati lima lantai di dalam gedung megah yang menjulang setinggi langit. Dar
"Bagaimana, Ketua? Apa kita perlu meninjau divisi Arsitektur?," ucap Katrin setelah Rendy keluar dari ruangan Teknik Sipil. Katrin Chow sudah menunggunya di luar ruangan sambil tersenyum."Tidak perlu! Tempatkan saja aku di divisi Teknik Sipil ini di bagian estimasi biaya dan desain struktur!" tegas Naga Perang.Katrin ingin membantah lagi karena bagian yang diinginkan oleh Naga Perang hampir mustahil dikerjakan tanpa mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi, tapi mengingat aura gelap Naga Perang sebelumnya membuatnya mengurungkan diri untuk membantah keputusan Naga Perang."Baiklah, aku akan mengaturnya, Ketua!" ucapnya dengan singkat dan jelas. Urusan bisa beradaptasi atau tidak di bidang yang dipilihnya merupakan resiko Naga Pearng itu sendiri."Apa ada hal lain lagi?" tanya Naga Perang."Kita sedang membangun jaringan start up baru yang bisa mengguncang dunia, Ketua. Apa Ketua ingin membahasnya sekarang?" tanya Katrin."Jaringan start up seperti apa yang kita bicarakan?" tanya Na
Di tengah gemerlapnya Negeri Khatulistiwa, Underground City berdiri sebagai jantung dari kehidupan urban yang tak pernah tidur. Kota ini bukan sekadar tempat tinggal—ini adalah destinasi wisata bagi penduduk yang haus akan kemewahan dan hiburan tanpa batas. Dari jalan-jalan yang dipenuhi lampu neon hingga toko-toko yang memamerkan brand-brand ternama, semuanya tersedia di sini. Pusat hiburan dan pertokoan tak pernah tutup, menawarkan kesenangan dan kemewahan 24 jam sehari. Di sini, waktu seolah kehilangan makna-siang dan malam berbaur menjadi satu di bawah gemerlap lampu-lampu kota.Sebuah mobil Mbenz putih mengkilap berhenti di depan sebuah toko pakaian lokal yang elegan. Meski desainer lokal merancang gaun-gaunnya dengan kualitas tinggi, harganya tetap terjangkau dibandingkan butik-butik mewah yang memajang gaun-gaun berlabel internasional seperti Channel. Cindy melangkah keluar dari mobil, suaranya terdengar penuh percaya diri saat berbicara, "Aku akan mengembalikan uang temanmu ka
Cindy Huang akhirnya menuruti pilihan Rendy dengan membeli gaun long dress hitam buatan desainer Grammy Lawalata. Selain itu Cindy juga membeli beberapa merek lokal tapi cukup bagus buatannya.Berbeda dengan Butik Channel yang memiliki pelayan khusus yang meklayani pembelian pakaian mereka, - di toko pakaian ini tidak ada pelayanan khusus ... semua serba swalayan dan sendiri.Tas belanjaan yang memuat pakaian yag dibeli di toko pakaian ini sudah hampir penuh. Namun, mata Rendy menjadi terkejut saat melihat potongan lingerie berwarna merah jambu yang transparan ada di dalam tas belanja Cindy."Sejak kapan, Cindy memakai lingerie untuk tidur?" pikirnya.Sudah tiga tahun menikah, Rendy belum menyentuh Cindy sama sekali. Istrinya ini selalu menolak dengan alasan tidak memiliki mood untuk berhubungan intim dengannya. Seingat Rendy, tidak pernah sekalipun Cindy mengenakan lingerie bahakan istrinya tidak memiliki lingerie sama sekali. Jadi, untuk siapa lingerie berwarna merah jambu ini?Unt
Senyum tipis terlukis di wajah kasir, senyum yang tampak ramah namun sarat dengan nada buatan, saat dia melayani pelanggan yang menumpuk pakaian bermerek di atas meja kasir. "Selamat siang, Bu. Silakan taruh semua belanjaannya di sini. Saya yang akan urus semuanya," sapanya dengan nada sopan yang terlatih. Namun, ketika pandangan kasir itu jatuh pada Rendy, matanya menyipit, seakan menilai setiap helai pakaian yang dia kenakan. Jaket kulit coklat yang mulai pudar, kaos oblong yang sudah terlalu sering dicuci, dan tas selempang usang di bahunya—semua itu membuat Rendy tampak seperti mahasiswa perantauan yang hidup dengan uang saku yang pas-pasan. Dalam diam, kasir itu menilai Rendy tak lebih dari seorang yang tak pantas berada di toko ini, apalagi mampu membayar barang-barang mewah di hadapannya. "Yakin kamu bisa bayar semuanya? Jangan bikin aku malu di depan kasir yang sudah melihatmu dengan sebelah mata," bisik Cindy, menahan suaranya agar tak terdengar oleh orang lain. Wajahnya
Rendy mengeluarkan kartu Black Dragon dari sakunya dengan gerakan tenang, namun ada ketegasan di setiap geraknya. "Kartu ini hanya bisa digunakan untuk pembelanjaan minimal lima puluh juta," ucapnya dengan nada datar yang penuh keyakinan, matanya menatap lurus tanpa goyah. Katrin sudah memastikan kalau kartu ini bisa digunakan layaknya kartu kredit atau kartu debit karena semua bank di Khatulistiwa sudah menyetujui kerja sama dengan kartu Black Dragon. Cindy memandangnya, ketidakpercayaan dan keraguan menyelinap di balik sorot matanya. Meski demikian, ia tetap mengambil beberapa pakaian seperti yang disarankan Rendy, hatinya masih dirundung kebingungan."Kamu serius, Ren? Bayar tiga puluh lima juta saja tidak bisa, bagaimana bisa bayar tagihan lima puluh juta?" tegur Cindy sebelum pergi mengambil pakaian lainnya. Ketika Cindy kembali dengan pakaian di tangannya, seorang penjaga toko wanita tiba-tiba muncul dari belakang mereka, suaranya penuh ejekan. "Dasar laki-laki kere... Aku sud
Suara monoton mesin EDC yang terus mencoba membaca kartu Black Dragon terdengar begitu keras di telinga Tania, seolah-olah menggedor-gedor dinding keberaniannya yang semakin rapuh. Jantungnya berdetak kencang, seirama dengan getaran halus di tangannya yang kini menggenggam mesin itu. Setiap kali layar mesin menunjukkan kegagalan, cengkeraman rasa takut semakin kuat. Dia tahu betul, di dunia di mana kekuasaan bisa dihancurkan hanya dengan sebuah kesalahan kecil, satu langkah keliru bisa menjadi bencana.Tak jauh dari sana, wanita penjaga toko yang sebelumnya penuh percaya diri memandang sinis ke arah Rendy. Senyuman mengejek menghiasi wajahnya, seolah dia sudah bisa membayangkan kekalahan yang akan segera dialami oleh pria itu. “Sepertinya kartumu tidak bisa terbaca,” ujarnya dengan nada meremehkan, sambil menyilangkan tangan di depan dada. Matanya berbinar dengan harapan akan melihat ekspresi malu di wajah Rendy dan Cindy.Namun, Rendy hanya membalas dengan tatapan dingin, penuh keten
Di balik kerlip lampu dan gemerlap modernitas Red Lotus Club and Resort, Rendy melangkah dengan penuh ketegasan, namun di balik mata dinginnya tersimpan segudang kenangan. Di tengah kekacauan hidupnya—konflik dengan Cindy dan keputusannya untuk mencari kebenaran tentang ibunya—hanya satu hal yang selalu ia rindukan yaitu kehadiran Jessy Liu.Jessy, wanita yang telah lama menjadi bagian dari hidupnya, kini duduk di sebuah ruangan rahasia di balik dinding resort yang mewah. Di sana, di antara deretan monitor dan kode-kode digital yang menari, ia mungkin bisa menyusun petunjuk-petunjuk yang akan membongkar rahasia Kekuatan Tertinggi. Setiap detik tanpa Rendy terasa begitu lama baginya. Rindu yang selama ini tersembunyi di balik ketenangan profesional kini terpancar jelas saat ia melihat pintu terbuka perlahan."Ketua," panggilnya dengan nada lembut penuh harap, suaranya seakan melunakkan segala kegamangan. Saat Rendy melangkah mendekat, hatinya sejenak luluh oleh kehadiran wanita yang ta
Rendy tidak lagi menghiraukan Vera Huang. Wanita itu baginya bukan lagi seorang mertua, melainkan hanya semut yang bisa ia injak kapan saja jika ia mau. Matanya menatap kosong ke depan, tapi pikirannya dipenuhi kemarahan yang mendidih. Hatinya telah beku. Jika Cindy lebih memilih ibunya, maka ia akan pergi—mereka akan bercerai. Sesederhana itu."Masih ada hal yang lebih penting daripada mengurusi seorang mertua yang tidak berarti!" gumamnya, suara rendahnya nyaris seperti geraman. "Aku harus mencari tahu di mana ibuku yang ditahan oleh Kekuatan Tertinggi."Ia melangkah menuju gudang garasi, membuka pintu dengan sedikit tenaga. Derit engsel yang berkarat memenuhi udara, menyambutnya dengan suasana yang muram. Di dalam, skuter bututnya masih berdiri dengan setia, lapisan debu tipis menyelimutinya. Tanpa ragu, ia menyalakan mesin tua itu, suara bisingnya langsung menggema di seantero garasi.Baru saja ia hendak memutar gas, suara langkah kaki yang terburu-buru menghentikannya."Ren...!"
Vera menggertakkan giginya, rahangnya mengeras sementara napasnya memburu. Matanya menyala penuh kebencian, seperti bara api yang siap melalap habis apa pun di hadapannya. Dengan suara yang lebih tajam dari pisau belati, ia berdesis, "Aku tidak akan membiarkan ini terjadi! Huang Corporation tidak akan runtuh hanya karena seorang pria yang dulu kupandang sebelah mata! Kau bukan Naga Perang... Semua ini hanya kebetulan belaka."Rendy tetap berdiri dengan tenang, sikapnya tegap bagai gunung yang tak tergoyahkan oleh badai. Sorot matanya dingin, penuh ketegasan yang tak terbantahkan. "Sudah kubilang, Vera, ini baru permulaan. Kau pikir aku akan berhenti di sini? Tidak. Aku akan memastikan kau merasakan kehancuran yang lebih menyakitkan daripada sekadar kehilangan investasi. Kau telah mempermainkan hidupku, dan sekarang, aku yang akan menentukan nasibmu."Wajahnya yang dulu dikenal lemah lembut kini menampakkan ketegasan yang mengerikan. Rendy bukan lagi pria yang bisa diabaikan begitu saj
Di tengah ruangan yang remang, bayangan senja menari di dinding-dinding mewah, Vera mengeluarkan dengusan penuh ejekan. Matanya yang tajam dan dingin menembus kegelapan, seolah memancarkan bara amarah. Dengan suara yang menyeruak, ia mencaci,"Menolak? Hah! Kamu pikir dirimu siapa? Hanya seorang pecundang yang bahkan tidak mampu membeli dasi layak, berani menantangku!"Rendy, berdiri tegap bagaikan patung besi di tengah badai, menatap balik tanpa setitik ragu. Tatapannya yang tajam dan dingin menantang, seolah berkata bahwa ia telah lelah menjadi korban hinaan. Suaranya rendah namun menggema dengan kepastian, "Aku sudah muak dipandang rendah. Jika aku mengaku sebagai Naga Perang, maka aku memang Naga Perang! Dan jika kau memaksaku menceraikan Cindy demi keuntunganmu sendiri, kau akan merasakan penyesalan yang meendalam!"Rendy sudah habis kesabaran dengan sikap arogan Vera yang selalu menghinanya.Tawa sinis Vera pecah, melayang ke udara seperti asap pahit, "Oh, jadi sekarang kau meng
HA-HA-HA ...!!!Tawa itu meledak di udara, menggetarkan ruangan dengan gaungnya yang menusuk telinga. Vera Huang menepuk-nepuk pahanya, seolah ucapan yang baru didengarnya adalah lelucon paling konyol yang pernah ada."Ha-ha-ha! Astaga, Rendy! Aku tahu kamu ini miskin dan tidak berguna, tapi aku sungguh tidak menyangka kamu juga pintar membual!" katanya dengan nada mengejek, matanya menyipit penuh penghinaan.Rendy mengepalkan tangan, kuku-kukunya hampir menembus kulit telapak tangannya sendiri. Napasnya berat, dadanya naik turun dengan penuh amarah. "Aku tidak berbohong! Aku memang Naga Perang yang akan menarik seluruh investasi Wang Industries dari Huang Corporation! Aku sudah muak hidup seperti ini, tanpa kejelasan dan tanpa harga diri!" suaranya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena tekad yang sudah tak bisa dibendung lagi"Mentang-mentang nama margamu sama dengan nama perusahaan Grade A, terus kamu klaim kalau itu perusahaanmu? Hah! Sungguh lucu dan tak masuk akal!" sind
Tanpa ragu, Rendy Wang melangkah maju, tubuhnya masih berlumuran debu pertempuran. Portal dimensi di hadapannya berputar liar, cahaya biru kehijauan berpendar seperti ombak liar. Setelah mengalahkan Zhang Wei dan menyelamatkan Negeri Langit dari kehancuran, ia tahu ini adalah satu-satunya jalan pulang. Dengan satu tarikan napas, ia melangkah masuk.Saat portal menutup di belakangnya, kegelapan langsung menyergap. Kesadarannya menghilang.Ketika membuka mata, aroma kayu tua dan udara dingin menyeruak ke hidungnya. Dia mengenali tempat ini—kamar sempit di rumah Keluarga Huang, Paradise Hill, Kota Buitenzorg. Dinding-dinding kayu masih sama, catnya mengelupas di beberapa tempat, dan kasur tipis di bawahnya berderit saat ia bangkit."Sepertinya kamar ini memang gerbang antar dimensi," gumamnya. "Setiap kali kembali ke Khatulistiwa, selalu melalui tempat ini."Sebelum sempat berpikir lebih jauh, suara nyaring menusuk telinganya."Untuk apa lagi pengangguran itu pulang ke rumah?" suara cemp
Pagi itu, sinar matahari menembus tirai sutra jendela kamar, mengusap wajah Rendy Wang yang perlahan terbangun. Ia membuka matanya, mendapati ruangan yang begitu akrab—suasana mewah Resort Red Lotus Resort and Club yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Meski begitu, ada keanehan yang menyelinap ke dalam ingatannya, seolah waktu telah mengubah segalanya. Aroma lavender dan kayu manis yang lembut menyatu dengan semilir angin dari balkon, mengiringi kebingungan yang menggelayuti pikirannya.Saat tangannya meraba permukaan lembut sprei sutra, ia mendapati sosok di sampingnya. Punggung putih mulus Renata, istrinya kah? Benar-benar mengundang kehangatan sekaligus teka-teki. Dalam keheningan pagi itu, Renata terbangun dan menatap Rendy dengan tatapan penuh tanya."Kak Rendy, sudah bangun?" suaranya serak namun penuh keakraban, mengisi ruangan dengan nuansa kenangan.Rendy mengerutkan dahi, matanya menyusuri sosok Renata yang kini tampak lebih dewasa, lebih matang. "Renata... kenapa kita di sin
Langit masih bergetar hebat setelah kehancuran Zhang Wen. Namun, sebelum Rendy Wang sempat bernapas lega, Negeri Langit bergetar kembali. Dari reruntuhan medan perang, aura kegelapan yang lebih kelam muncul. Udara di sekeliling membeku, dan langit yang sebelumnya mulai cerah kembali diselimuti awan hitam pekat."Tidak... Ini tidak mungkin..." gumam Rendy, merasakan tekanan yang jauh lebih dahsyat dibandingkan yang ditimbulkan oleh Zhang Wen.Dari balik kabut hitam, muncul sosok berbalut jubah gelap dengan mata merah menyala. Energinya begitu besar hingga membuat tanah di sekelilingnya merekah. Sosok itu tertawa kecil, suaranya menggema seperti berasal dari dunia lain."Rendy Wang... kau mungkin telah mengalahkan Zhang Wen, tapi kegelapan sejati tak akan pernah bisa dihancurkan oleh cahaya sekecil milikmu. Aku adalah Kegelapan Abadi, pemilik sejati kegelapan di alam semesta ini!"Rendy menggertakkan giginya. Ia sudah mengerahkan seluruh kemampuannya dalam pertempuran melawan Zhang Wen,
Dalam ledakan energi yang membelah langit, Rendy Wang melayang di udara, tubuhnya bersinar dengan cahaya Qi murni yang membentuk bayangan naga raksasa di belakangnya. Zhang Wen, dengan tawa menggema, menyambutnya dengan tangan terangkat tinggi, menyerap energi dari Kuburan Pedang Iblis yang mulai bergetar ganas."Hahaha! Lihatlah! Inilah kekuatan kegelapan sejati!" Zhang Wen berteriak. Dari tanah di sekitarnya, ribuan pedang terkutuk melesat ke langit, membentuk pusaran kematian yang berputar mengelilinginya.Rendy Wang menghunuskan tangan kanannya ke depan, mengumpulkan energi Qi yang menyatu dengan semangat naga di dalam tubuhnya. "Naga Surgawi Penghancur Langit!" Dengan raungan naga yang mengguncang alam, sebuah serangan berbentuk naga merah meluncur, menghantam pusaran pedang Zhang Wen dengan kekuatan dahsyat.Ledakan terjadi! Cahaya merah dan hitam bertabrakan, membentuk gelombang kejut yang menghancurkan pegunungan di sekeliling. Para pasukan iblis dan kultivator pemberontak ter