Wanita penjaga toko itu terdiam sejenak, bibirnya gemetar sedikit sebelum mencoba mempertahankan keberanian. "Kami hanya menjalankan tugas, Tuan... Seharusnya ini tidak menjadi masalah besar," ucapnya dengan suara yang mencoba tegar namun terdengar getir. Cindy, yang berdiri tidak jauh dari mereka, merasakan panasnya kecemburuan menjalari dirinya. Matanya menatap dengan tajam ke arah Katrin, yang entah bagaimana selalu berhasil menjadi pusat perhatian, terutama perhatian Rendy. Meski Rendy berusaha menjaga ketenangan situasi, Cindy merasa Katrin terlalu dekat, seakan melangkah masuk ke dalam ruang yang seharusnya miliknya. "Kamu selalu datang di saat yang tepat, ya?" Cindy berujar dengan nada sinis, bibirnya menyungging senyum yang sama sekali tak ramah. Matanya yang penuh kemarahan berusaha menantang Katrin, mencari celah untuk menyerangnya. "Apa kamu menikmatinya?" Katrin hanya tersenyum tipis, wajahnya tetap tenang dan terkendali. "Aku hanya membantu teman, Nona Cindy. Jangan te
Pegunungan Andesia, AuroraAurora merupakan negera tetangga Khatulistiwa yang mungkin hanya sebesar Kota Kartanesia, tapi kemajuan negeri ini sangat pesat dibandingkan negara tetangganya.Letak Aurora sangat strategis karena terletak diantara pegunungan dan samudra yang terbentang luas. Pegunungan Andesia merupakan pegunungan yang indah di Negera Aurora, selalu sejuk dengan sinar matahari yang tidak terlalu panas menyengat.Di atas pegunungan ini terlihat sebuah rumah besar dengan desain arsitektur modern yang dilengkapi beberapa perlengkapan satelit untuk komunikasi serta panel-panel tenaga surya untuk pembangkit listrik. Di sinilah tinggal Elemental Naga Ketiga yang masih belum menghubungi Naga Perang."Tuan Putri! Kami mendapat pesan kalau Naga Perang telah kembali! Apa beliau memberitahukannya kepada Tuan Putri?" lapor salah satu pengawal pribadi gadis cantik yang ditaksir umurnya paling baru 19 tahun.Gadis cantik ini bertubuh mungil tapi kecantikannya bagaikan bidadari dengan ku
Mata Renata menerawang jauh menatap pegunungan Andesia yang indah diterpa sinar mentari pagi. Dia belum memutuskan untuk segera ke Negera Khatulistiwa karena hatinya masih belum merelakan kepergian Naga Perang untuk menikah dengan Cindy Huang di masa lalu."Hanya karena pernah menyelamatkan nyawa Kak Rendy, wanita itu sudah mendapat kehormatan untuk dinikahi oleh Naga Perang?" pikirnya sambil duduk di balkon kamarnya, menatap indahnya pemandangan di sekitarnya.Beberapa bodyguard yang didatangkan ayahnya khusus untuk melindunginya tampak berjaga dengan serius di sekeliling rumah modernnya ini."Kalau ada Kak Rendy, aku tidak perlu bodyguard sebanyak ini untuk menjagaku! Sebenarnya Loksa saja sudah cukup untuk menjagaku tapi ayah tidak mau ambil resiko sejak nyawaku hampir melayang oleh organisasi The Shadow."Loksa yang mengerti kalau Renata ingin sendirian, meninggalkan kamar untuk mengatur para bodyguard agar lebih waspada karena The Shadow bisa saja mengincar Renata Zhang untuk mem
"Aku juga dijuluki Jenius Alkemis, tapi aku hanya mampu meramu obat-obatan dari tanaman obat yang banyak tersebar di duna ini serta kemampuan tusuk jarum untuk pengobatan." Naga Perang merasa senang bisa bertemu Jenius Alkemis lainnya, yang bahkan lebih hebat dari dirinya. "Senang bertemu denganmu, Renata!" ucap Rendy dengan tulus. "Kakak namanya siapa?" tanya Renata memberanikan diri. "Panggil saja Kak Rendy ... apa yang kamu temukan sampai banyak bos besar yang mengincar nyawamu?" tanya Rendy. "Rahasia, Kak! Kalau Kak Rendy penasaran, menginap di sini saja beberapa hari sekakigus melindungi Renata dari organisasi jahat The Shadow!" pinta Renata. "Aku tidak bisa membiarkan The Shadow menghilangkan Jenius Alkemis, apalagi masih tergolong anak-anak ... apa aku boleh menginap di sini?" tanya Rendy kepada Loksa yang menjadi penanggung jawab Renata Zhang. "Kalau Tuan Putri mengizinkan, aku ikut saja!' jawab Loksa singkat sambil tatapannya tetap waspada. "Aku yang meminta Kak Rendy
Dalam satu gerakan cepat, Naga Perang berputar dan menjepit ketiga pisau terbang di antara jari-jarinya, seolah-olah waktu berhenti sesaat. Pisau-pisau itu berkilau tajam, siap untuk menebas apa saja yang menghalangi, namun tidak sedikit pun melukai tangan Rendy. Teknik ini sangat berbahaya—salah sedikit saja, jari-jari Rendy bisa putus. Dengan gerakan halus namun penuh tenaga, Naga Perang melemparkan kembali pisau-pisau itu ke arah pemiliknya, seorang wanita yang menyamar sebagai pelayan. Wanita itu tersentak, segera menghindar, dan pisau-pisau itu menancap dalam di pintu kamar, menciptakan suara dentingan yang memecah keheningan. “Siapa kau? Kenapa ingin membunuhku?” suara Rendy terdengar dingin, matanya menyipit menatap wanita itu. “Hihihi… ternyata Naga Perang memang sepadan dengan ceritanya,” jawab wanita itu, menanggalkan pakaian pelayannya. Saat itulah, wajah aslinya terungkap—cantik dan mempesona, terbungkus pakaian ketat berwarna hitam yang menonjolkan setiap lekuk tubuhny
Rendy berdiri di ambang pintu kamar Renata, tubuhnya terpaku di tempat. Di hadapannya, gadis remaja itu tertidur dengan damai, tidak menyadari ancaman yang bersembunyi di balik keheningan. Wajahnya tampak begitu rapuh di bawah cahaya remang-remang, seolah hanya seutas benang yang menahan hidupnya dari kehancuran. Napas Rendy terjebak di tenggorokannya .... waktu terasa seperti berjalan terlalu cepat, setiap detik yang berlalu membawa mereka semakin dekat pada kehancuran.Dengan langkah yang tenang namun tegang, Rendy mendekati tempat tidur Renata. Tangannya gemetar saat menyentuh pergelangan tangan gadis itu, merasakan denyut nadinya yang lemah namun stabil. Namun, di bawah permukaan kulit yang halus itu, dia bisa merasakan energi asing yang berbahaya, seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja."Renata..." bisiknya pelan, meskipun dia tahu gadis itu tidak bisa mendengarnya. "Maafkan aku, tapi aku harus melakukan ini."Jarum-jarum perak yang tersimpan di balik jubahnya terasa ding
Renata memandangi hamparan Pegunungan Andesia yang hijau membentang di depan matanya. Udara sejuk berembus pelan, membawa aroma segar dari pinus yang tumbuh subur di lereng-lereng bukit. Di kejauhan, puncak-puncak gunung berdiri kokoh, diselimuti kabut tipis yang mengapung seperti selendang sutra. Suara gemericik air sungai yang mengalir di lembah menambah kesyahduan suasana, seolah alam sendiri tengah berbisik menenangkannya.Namun, keindahan alam yang menenangkan itu tak mampu meredakan gejolak di hati Renata. Di tengah ketenangan yang ditawarkan oleh Pegunungan Andesia, pikirannya dipenuhi dengan kenangan tentang Naga Perang. Janji yang diucapkannya bertahun-tahun lalu kini terasa begitu jauh, bagai gema dari masa lalu yang tak bisa lagi disentuh.Loksa berdiri di dekatnya, memandangi Renata dengan khawatir. Dia tahu betapa pentingnya masa lalu itu bagi Renata, dan bagaimana janji yang dulu diucapkan Naga Perang masih menghantui pikirannya.“Nona Zhang!” Suara Loksa memecah kehenin
Kepulauan Tropis di sisi timur Khatulistiwa merupakan pulau yang sangat strategis dan merupakan jantung pertahanan yang sangat penting bagi Khatulistiwa. Uniknya setengah pulau ini berada di Negeri Cakrawala yang merupakan negeri adi daya yang selalu mengancam kedaulatan Khatulistiwa.Negeri Cakrawala sudah berulang kali berusaha memiliki Kepulauan Tropis seutuhnya karena di pulau ini terkandung tambang yang bernilai tinggi dan akan bertahan untuk ratusan tahun apabila diolah dengan baik dan benar. Justru tambang yang bernilai tinggi berada di bagian Negeri Khatulistiwa sehingga penjagaan terhadap perbatasan ini sangat penting untuk melindungi hasil tambang yang bisa digunakan untuk kesejahteraan rakyat.Pemimpin di Kepulauan Tropis ini merupakan pemimpin yang berdedikasi tinggi karena harus membawahi armada kapal perang yang menjaga perairan perbatasan ini selain armada darat seperti Tank dan ribuan prajurit.Kristin Chen berdiri tegak di garis depan pertahanan Negeri Khatulistiwa di