Share

Bab 3: Intrik dan manipulasi

Kehidupan Nadia bersama Adrian, yang awalnya tampak menjanjikan, mulai terasa seperti penjara emas. Meskipun dia hidup dalam kemewahan, Nadia merasa terasing dan tidak bahagia. Adrian, yang dulu tampak penuh perhatian, kini lebih sibuk dengan urusan bisnisnya dan sering meninggalkan Nadia sendirian. Di saat-saat seperti ini, pikiran Nadia kembali ke Ferdy, suami yang telah dia tinggalkan. Rasa bersalah mulai menggerogoti hatinya, tetapi dia merasa tidak ada jalan kembali.

Sementara itu, Ferdy terus mengawasi setiap gerakan Nadia dan keluarganya. Melalui Andi dan anak buahnya, Ferdy mengetahui bahwa keluarga Nadia sedang merencanakan pesta besar untuk merayakan hubungan baru Nadia dengan Adrian. Pesta ini akan menjadi simbol bagi mereka untuk memamerkan kekayaan dan status mereka kepada dunia.

Ferdy melihat ini sebagai kesempatan emas untuk memulai serangannya. Dia memutuskan untuk menghancurkan pesta tersebut dan mempermalukan Adrian di depan semua orang penting dalam hidupnya. Rencana ini memerlukan koordinasi yang cermat dan eksekusi yang sempurna.

Malam pesta, Ferdy dan anak buahnya berbaur di antara tamu undangan, menyamar sebagai staf layanan. Mereka telah mempersiapkan segalanya dengan matang. Di dalam ruangan, suasana pesta begitu meriah. Tamu-tamu berpakaian mewah, musik yang mengalun lembut, dan lampu kristal yang berkilauan menciptakan atmosfer glamor.

Adrian berdiri di tengah ruangan, mengobrol dengan para tamu dan menerima pujian dengan senyum puas. Nadia, di sisinya, mencoba untuk tersenyum, tetapi hatinya terasa kosong. Saat Adrian meninggalkannya untuk berbicara dengan beberapa pebisnis penting, Nadia mengambil kesempatan untuk menyelinap keluar ke taman belakang, mencari ketenangan.

Di taman, Nadia duduk di bangku dan memandang bintang-bintang di langit. Dia merindukan kesederhanaan dan kehangatan yang pernah dia miliki bersama Ferdy. Air mata mulai mengalir di pipinya saat dia merenungkan kesalahannya.

Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah mendekat. Dia mengangkat kepala dan melihat Ferdy berdiri di depannya. Nadia terkejut dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. “Ferdy? Apa yang kamu lakukan di sini?”

Ferdy menatapnya dengan tatapan dingin. “Aku hanya datang untuk melihat bagaimana hidupmu sekarang, setelah kau tinggalkan aku untuk pria kaya itu.”

Nadia terdiam, tidak tahu harus berkata apa. Dia merasa malu dan bersalah. “Ferdy, aku... aku minta maaf. Aku tidak tahu apa yang aku lakukan.”

Ferdy menghela napas panjang. “Sudah terlambat untuk itu, Nadia. Aku tidak datang untuk mendengar permintaan maafmu. Aku datang untuk memastikan bahwa kamu dan keluargamu merasakan akibat dari perbuatan kalian.”

Sebelum Nadia bisa menjawab, Ferdy berbalik dan berjalan kembali ke dalam rumah. Nadia merasa cemas dan ketakutan. Dia tidak tahu apa yang akan dilakukan Ferdy, tetapi firasatnya mengatakan bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.

Di dalam rumah, pesta terus berlanjut tanpa gangguan. Namun, suasana berubah ketika lampu tiba-tiba padam, meninggalkan semua orang dalam kegelapan. Tamu-tamu mulai panik dan berbisik-bisik, mencari tahu apa yang terjadi.

Dalam kegelapan, suara langkah kaki terdengar mendekati Adrian. Saat lampu darurat menyala, Adrian berdiri di tengah ruangan dengan wajah pucat. Di depan semua tamu, seorang pria besar dan berotot, salah satu anak buah Ferdy, menyerahkan sebuah amplop kepada Adrian.

“Ini untukmu,” kata pria itu dengan suara berat.

Adrian membuka amplop itu dengan tangan gemetar. Di dalamnya ada foto-foto dirinya yang menunjukkan berbagai skandal bisnis dan personal yang selama ini dia sembunyikan. Tamu-tamu mulai berbisik-bisik, dan beberapa orang penting yang hadir mulai menghubungi media.

Adrian merasa dunia di sekitarnya runtuh. Dia mencoba untuk menyangkal semuanya, tetapi bukti-bukti itu terlalu kuat. Tamu-tamu mulai meninggalkan pesta dengan cepat, dan reputasi Adrian mulai hancur seketika.

Ferdy, yang mengamati dari sudut ruangan, merasa puas melihat rencananya berjalan dengan sempurna. Dia tahu bahwa ini baru permulaan. Menghancurkan Adrian hanyalah langkah pertama dalam rencana balas dendamnya.

Nadia, yang masuk kembali ke dalam rumah setelah lampu padam, menyaksikan semuanya dengan perasaan campur aduk. Dia melihat Ferdy di sudut ruangan dan menyadari bahwa ini semua adalah hasil dari rencana suaminya yang terluka. Dia merasa ngeri melihat betapa jauh Ferdy telah berubah.

Ketika tamu terakhir meninggalkan rumah, Adrian duduk terpuruk di tangga, wajahnya penuh kekhawatiran dan rasa malu. Nadia mendekatinya, tetapi Adrian hanya menepis tangannya.

“Jangan sentuh aku! Semua ini gara-gara kamu dan keluargamu,” bentaknya dengan suara penuh kemarahan.

Nadia terdiam, air mata mengalir di pipinya. Dia melihat ke arah Ferdy yang masih berdiri di sudut ruangan, menatap mereka dengan tatapan dingin. Dia menyadari bahwa cintanya yang dulu hangat telah berubah menjadi kebencian yang membara.

Ferdy kemudian berjalan keluar dari rumah besar itu, meninggalkan Nadia dan Adrian dalam kehancuran mereka sendiri. Di luar, Andi menunggunya dengan mobil yang sudah siap berangkat.

“Bagus, Bos. Rencana berjalan lancar,” kata Andi dengan senyum puas.

Ferdy hanya mengangguk. “Ini baru permulaan, Andi. Masih banyak yang harus kita lakukan.”

Mereka masuk ke dalam mobil dan meninggalkan tempat itu. Ferdy tahu bahwa perjalanan balas dendamnya masih panjang, tetapi dia merasa yakin bahwa dia bisa menghadapinya. Dengan setiap langkah yang dia ambil, dia semakin dekat untuk mengembalikan martabatnya yang telah diinjak-injak.

Dalam hati, Ferdy berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan berhenti sampai Nadia dan keluarganya merasakan sakit yang sama seperti yang dia rasakan. Dan malam itu, dia tidur dengan perasaan lega, mengetahui bahwa keadilan perlahan-lahan mulai berpihak padanya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status