Mata Wang Songrui terbuka lebar. Ia tampak begitu panik. “Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?”
Biksu tua itu menggeleng. “Bukan,” ucapnya tegas, “menjadikanmu muridku, hanya akan menghalangi tujuanmu. Jadi, aku akan merekomendasikanmu di salah satu perguruan, kau akan diterima di sana.”
Wang Songrui terdiam.
Cukup lama ia berpikir, bahkan tidurnya pun tak nyenyak.
Namun, akhirnya Songrui tetap berangkat ke perguruan yang dimaksudkan biksu tua.
Dalam perjalanan, rasa semangat kembali timbul meski Songrui harus melewati hutan, sungai, hingga berhari-hari.
Namun setelah sampai di sana, bayangan perguruan yang selama ini dipikirnya adalah perguruan berkualitas ternyata hanyalah angan-angan.
“Apa benar ini tempatnya?”
Mata Songrui memperhatikan bangunan tembok yang sudah tua dan retak di dinding.
Apalagi, saat hendak mengetuk pintu gerbang, ternyata pintu tak terkunci.
Begitu masuk ke dalam, bahkan tak ada satu pun yang menyambut kedatangannya.
WUSS!
Kepulan asap di bagian belakang bangunan menarik perhatian Songrui. Dia memutuskan mencari tahu dari mana datangnya kepulan asap itu.Beberapa menit berjalan, tapi anehnya ia belum juga mendekati tujuan.
Halaman perguruan ini dari luar terlihat kecil, tapi di dalamnya begitu luas dan ada beberapa bangunan dan jalan yang terlihat sama persis, termasuk tata letak tanaman bahkan tumbuhan yang ada.
Suara seseorang terdengar samar-samar di belakang bangunan kayu.
Ia tak lagi mencari asal kepulan asap. Songrui kini memilih menemui pemilik suara yang di dengarkan.
Di sana, ia melihat sosok seorang lelaki yang sedang duduk bersandar di meja sambil meneguk arak di botol.
Di sekitar lelaki itu, berhamburan beberapa botol arak kosong.
“Pelayan! Bawakan aku arak!” teriak sang lelaki melayangkan tangan ke sembarang arah.
Menyadari lelaki yang dilihatnya dalam keadaan mabuk, Songrui perlahan mendekat dan menyapa, “Permisi.”
Namun, sang lelaki malah mengira dia sebagai pelayan dan menyuruhnya mengambil arak.Wang Songrui lantas mengikuti kemauan sang lelaki dengan mengambil semangkuk air yang ada di meja lalu diberikan padanya. Namun, sang lelaki malah membanting mangkuk dengan keras ke lantai.
“ARAKNYA DATANG!”
Secara tiba-tiba, seorang pemuda berlari mendekati lelaki yang mabuk sambil membawa tiga botol arak.
“Ini araknya, Guru,” ucapnya sambil menyodorkan botol arak.
Wang Songrui terbelalak mendengar panggilan yang ditujukan untuk lelaki pemabuk.
“Gu-guru?” Dia mulai ragu apakah biksu tua salah memberikan dia alamat atau mungkin dia yang salah.
“Maaf, saudara, siapa kau? Kenapa kau bisa ada di sini?” tanya pemuda begitu menyadari kehadiran Wang Songrui.
“Saya Xiongrui. Maaf sudah tidak sopan, tadi pintu gerbangnya tidak dikunci. Kedatanganku kemari untuk bergabung ke dalam perguruan ini.”
“Ah, tidak masalah, aku memang lupa mengunci gerbangnya. Baiklah, Adik seperguruan, kau diterima di perguruan ini. Namaku Haoyun, kau bisa memanggilku Kakak kedua.”
“Diterima begitu saja?” Songrui melongo, “apa tidak ada ujian masuk ke perguruan ini?”
Haoyun tampak bingung. Ia lantas menoleh ke belakang. “Tentu saja tidak. Benar, ‘kan, Guru?” tanyanya.
Lelaki mabuk yang ternyata gurunya itu, spontan menatap Wang Songrui sedikit lama lalu menganggukkan kepalanya.
‘Diterima? Semudah ini?’ batin Songrui bingung.
Belum sempat memproses semuanya, Haoyun mendadak mengajak Songrui mengelilingi wilayah perguruan mereka sambil membicarakan keadaan di dalam perguruan.
Meski perguruan mereka tidak terkenal dan dianggap tidak pernah ada di dunia persilatan, tapi kehidupan sehari-hari kedua murid sangatlah menyenangkan.
Mereka tidak perlu memaksa berlatih dan mengikuti pertandingan dengan perguruan lain. Mereka juga tidak dipaksa oleh guru melakukan hal-hal di luar batasan diri.
“Oh, iya. Jika kau mencari kakak pertama, pergilah ke dapur. Dia biasa menghabiskan waktunya di sana karena ialah yang menyiapkan makanan untuk seluruh orang di perguruan.”
Songrui tertegun ketika menemukan kejanggalan lain di perguruan ini.
“Tunggu, apakah di sini sebelumnya hanya memiliki dua murid? Kenapa?”
Namun, Kakak Kedua di depannya hanya tersenyum. “Kau sangat beruntung segera diterima guruku. Kebanyakan pemuda yang mau bergabung ke dalam perguruan kita tidak mampu menahan ajaran ketiga guru.”
Songrui memejamkan mata.
Jika tidak ada latihan ketat ataupun pertandingan, pendekar mana yang bisa bertahan?
Namun, Haoyun tak menyadari perubahan ekspresi Songrui. Pemuda itu terus melanjutkan pembicaraan sambil menyelipkan penjelasan setiap lokasi yang ada di dalam perguruan.
Dari sana, Songrui mengetahui bahwa ada tiga guru di dalam perguruan. Ketiganya memiliki karakter yang berbeda dan sangat sulit untuk menebak emosi mereka.
“Satu guru suka mabuk, tapi dia baik. Selain itu, guru kita ada yang memiliki kepandaian luar biasa dalam memainkan semua permainan. Lalu ….”
Ada jeda cukup lama di sana. Kakak Kedua itu tampak bingung.
Hal ini jelas membuat Songrui penasaran. “Bagaimana dengan guru yang satunya lagi?”
Tiba-tiba, Haoyun mendekatkan badannya ke arah Wang Songrui lalu berbisik, “Guru ketiga cukup berbahaya. Jadi, kau harus hati-hati.”
Songrui menatap kakak kedua itu dengan tatapan tertarik.
Berbahaya? Apakah dia memiliki kemampuan luar biasa, sehingga dia harus berhati-hati?
Sepertinya, perguruan ini tak seburuk yang dia kira.
“Jadi….”
“Jadi … jangan berani mengganggunya saat sedang tidur. Yang jadi masalah adalah, dia suka tidur di tempat yang tidak akan bisa kamu duga.”Belum sempat Wang Songrui bertanya, jawaban dari Haoyoun telah membuatnya kecewa. Setelah dia melewati masa kritis dan berkesempatan hidup lagi, tidak pernah Songrui merasa frustasi seperti ini.Ada apa dengan biksu tua sampai membuatnya masuk ke perguruan luar biasa aneh ini?Rasanya, ia ingin marah. Namun, mengingat kebaikan biksu tua, rasanya tak mungkin pria itu hanya mempermainkannya. Perlahan, Songrui menarik napas. Alih-alih marah, dia justru bertanya dengan tenang, “Lalu, bagaimana ketiga guru mengajari kalian?”Untungnya, Kakak keduanya ini tampak masih antusias menjelaskannya. Dia bahkan menatap Songrui dengan tatapan berbinar. “Jangan khawatir, beberapa hari lagi semua guru akan berkumpul di aula untuk memberikan pelatihan. Kebetulan karena ada ketambahan satu murid, mereka pasti akan senang.”Brak!Percakapan mereka terhenti ketika m
Kedua pasang mata tertegun melihat dua titik putih dan satu titik putih yang ada di atas ketiga dadu masing-masing. “Hebat!” Haoyun menggeleng takjub lalu melirik ke arah sang guru yang masih terpaku sambil menahan tawa dan berucap, “Guru … kau? Kau kalah!” Ekspresi sang guru saat ini menyiratkan bahwa sangat mustahil dia dikalahkan oleh seorang bocah yang baru beranjak dewasa. “Bagaimana kau bisa menebaknya?” tanya sang guru memandang serius. Songrui menundukkan wajahnya, merendahkan diri. “Terima kasih karena guru sudah bermurah hati mengizinkanku menebaknya terlebih dahulu. Jika tidak, maka kemenangan ini tentu akan menjadi milik guru,” jawabnya dengan senyum kecil di sudut bibir. "Hahahaha...." Sang guru memaksakan tawa mendengar ucapan Songrui. Pria itu bahkan melambaikan tangan ke depan seolah mengabaikan kekalahannya. “Tidak masalah. Sebagai seorang guru, tentu saja aku tidak boleh mempersulit calon muridku. Benar bukan, Haoyun?” tanyanya melemparkan pandangan ke arah Haoy
Songru segera mempelajari sedikit demi sedikit setiap gerakkan dan ayunan pedang yang tertulis di buku. Untuk mempelajari tanpa menyalurkan energi ke dalam pedang, memang sangat mudah. Hanya saja, kekuatan yang ada tak akan terlalu berpengaruh pada musuh yang memiliki basis energi dalam tubuh. Sudah sebulan ini, Songrui tak henti mempelajari gerakan yang tertulis di buku, hingga akhirnya berhasil menguasai dan memahami setiap jurus yang ada. Namun, hal itu justru mendorong keinginan untuk mencoba menyalurkan energi lewat pedang. “Aku bisa! Kali ini harus mencobanya!” tekadnya WUSH! “Akh!” Songrui segera terbatuk mengeluarkan darah. Lututnya tertekuk ke tanah dengan pedang di tangan menopang tubuh agar tidak terjatuh. Bukan berhasil, ia justru hampir mencelakai dirinya karena mencoba memaksakan diri. Meridiannya masih belum mengelola energi. “Adik Xiongrui!” Teriakan Haoyun--sang kakak seperguruan--membuat Songrui segera membersihkan noda darah di bibirnya. “Kau baik-baik
"Kalian ingin mengikuti turnamen pendekar?” Wajah kedua guru tampak ragu memandang ketiga murid yang ada di depan mereka. “Ini tidak ada hubungannya dengan kedua Kakak seperguruan. Hanya aku sendiri yang menginginkan mengikuti turnamen ini.” “Adik Xiongrui, kami—” “Tidak apa-apa, Kakak pertama, Kakak Haoyun. Ini kemauanku sendiri, kalian jangan memaksakan diri untuk mengikutiku,” sela Songrui tersenyum kecil. “Kalau memang kau sudah memutuskan, maka pergilah. Gurumu juga tak tahu berada di mana, dan pastinya dia tidak akan melarangmu!” jelas guru pemabuk dengan santai sambil meneguk arak yang baru saja dibeli. Seperti perkataan Haoyun di awal Songrui tiba di perguruan, ketiga guru memang tidak akan melarang setiap murid dalam keputusan apa pun. Tanpa beban, Xiongrui pun berpamitan dengan kedua guru dan kedua kakak perguruannya setelah selesai berkemas. Namun, baru saja langkah kaki melewati pintu gerbang, Haoyun memanggilnya. “Kakak pertama, Kak Haoyun, kalian tidak perlu m
Begitu menjauh dari desa, Songrui mendapati dirinya digendong oleh seseorang. Ketika menengok, wajah seseorang yang dikenali membuat Songrui tak nyaman. “Guru, turunkan aku. Aku bisa berjalan sendiri,” ucap Songrui dengan suara melemah yang akhirnya mendapat penolakan dan bentakkan dari guru misterius. “Berbicara saja kau hampir tak mampu, masih bilang mau berjalan sendiri!?” “Guru, a-aku, ma-maafkan aku.” “Siapa yang kau panggil guru!? Aku bukan gurumu! Diamlah jika tidak ingin kulempar dari sini!” Songrui tak berani lagi berucap mendengar ucapan guru misterius. Diliriknya lagi ke samping kiri dan kanan sebelum kesadarannya benar-benar menghilang. Guru pemabuk dan guru judi juga melakukan hal yang sama terhadap kakak pertama dan Haoyun. ****** Ketika tersadar, Songrui mendapati dirinya telah berada di dalam kamarnya. Dia termenung saat baru beranjak dari tempat tidur. “Aneh?” Alis keningnya mengernyit beriring kedua tangan meraba beberapa bagian tubuhnya sendiri. Semua
“Xiongrui!” Keberadaan Songrui diketahui sang guru entah bagaimana caranya. Mau bersembunyi pun, sudah terlambat.Songrui lantas keluar dari balik batu besar. Ia melangkah ragu sambil memasang wajah canggung. Air terjun terlihat kembali mengalir. Dan perlahan, angin sejuk membiaskan air, hingga mengenai kulit wajah Songrui. Sang guru pun mulai terbang--mendekati Songrui setelah menyelesaikan ritualnya “Guru, bolehkah aku bertanya?” Alih-alih meminta maaf karena telah membuntuti sang guru, Songrui justru bertanya. Ia lebih tertarik mencari tahu tentang identitas asli dan jurus rahasia yang digunakannya. "Jurus yang digunakan tadi, apakah itu ‘seratus pedang bayangan?’“ tanyanya lagi, “Di dunia ini, setahuku, hanya satu orang yang bisa menggunakannya. Apakah guru adalah pendekar legenda itu?” Mata Songrui masih berbinar, menatap sang guru penuh harap. Semoga, jawaban yang akan dia dengarkan, sesuai dengan dugaannya. Sang guru menarik napas panjang seolah pasrah harus menjawab
“Kau akan tahu dengan sendirinya saat kau keluar dari sini.” “Pergilah, Xiongrui. Kau tidak diterima lagi tinggal di sini!” “Kami tak bisa menjadikan seseorang yang membunuh gurunya sendiri sebagai murid kami” Kedua guru itu masih bersikukuh dengan pendapat mereka.Songrui terdiam sejenak. Ia berpikir bahwa seluruh dunia telah menolaknya. Semua orang memperlakukannya dengan buruk sejak fitnah itu tersebar. Biksu tua yang menyelamatkannya juga melemparkan dia ke perguruan ini dengan suatu alasan. Dan sekarang, para guru juga melakukan hal yang sama setelah mengetahui identitasnya, seolah ia tak layak mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kembali. “Aku tidak membunuh guruku!” tegas Songrui, “jika fitnahan itu benar, maka aku akan meninggal dengan cara tragis! Dan, aku tak akan bereinkarnasi lagi!” Meski telah bersumpah mengutuki diri sendiri, tapi kedua guru itu memasang wajah datar. Sikap kedua guru berubah drastis dari yang dia kenal sebelumnya. Mereka sangat dingin,
DEG!Mata Songrui terbuka lebar tak berkedip! “Me-menutupnya?” Mulutnya berucap kaku. Sang guru lalu menatapnya dalam. “Ini untuk kebaikanmu. Percayalah pada guru.” “Kenapa harus menutupnya?” Guru misterius terdiam sejenak. Lalu menoleh ke samping, menatap lama akar Lanchu. “Jika ada kemungkinan lima persen, apakah kau mau mencobanya?” “Tentu saja!” sontak Songrui berucap yakin meski belum tahu apa yang dimaksud sang guru.Hanya saja, terselip kepercayaan bahwa sang guru memiliki alasan yang tak akan merugikannya. “Bahkan jika nyawamu harus dipertaruhkan?!” Guru misterius bertanya lagi sambil menatap tegas. Bagi Songrui, mempertaruhkan nyawa bukanlah masalah besar asalkan ada kemungkinan. Meski sedikit, akan ia lakukan! “Guru, tenang saja! Nyawaku telah berkali-kali dipertaruhkan. Tidak masalah jika harus mengulangi hal yang sama.” Melalui persetujuan Songrui untuk menutup meridiannya, guru misterius bersama kedua guru bekerjasama. Mereka mulai menggunakan energi masing-mas
Entah sudah berapa lama ia berdiri di sana—memandang lautan semut hitam di kejauhan, hingga kedatangan murid pertama dan Haoyun mengalihkan pandangannya.“Apa yang kau pikirkan, Xiongrui?”Songrui menarik napas panjang.“Tidak ada, Kak.”Melihat ekspresi Songrui, murid pertama segera menarik lengannya dan menekankan jari di nadi pergelangan tangan.Usai melepaskan pergelangan tangan Songrui, murid pertama berucap, “Xiongrui, kamu mungkin bisa melawan takdirmu, tapi kamu tak bisa melawan apa yang seharusnya ditakdirkan terjadi.”“Dik Xiongrui, aku sudah mendengarnya dari Kakak pertama,” sambung Haoyun memandang dalam, “jangan khawatir, kamu memiliki kami berdua. Ikuti saja apa kata hatimu yang menurutmu benar.”Melihat Haoyun, Songrui teringat akan bayangan burung legendaris.“Kak Haoyun, kalian berdua menyembunyikan sesuatu dariku?”Kedua kakaknya terdiam sejenak.“Setiap manusia dilahirkan ke dunia dengan tugasnya masing-masing. Akupun yakin dengan latar belakang kalian berdua pasti m
Kreeek!Baru saja mendengar Xiongrui berucap, pintu gerbang benteng segera terbuka!“Dik Xiongrui!” seru Haoyun berlari keluar dari pintu gerbang.“Dik Xiongrui, Kakak pertama kau?….” Haoyun menatap ke arah murid pertama, “kenapa bisa begini?”“Jangan pedulikan aku, cepat bawa kami masuk!” sela murid pertama mengalihkan situasi.Begitu masuk ke dalam benteng, Haoyun segera membawa mereka menemui jenderal.Namun di depan ruang peristirahatan, mereka dicegat.Pengawal pribadi jenderal keluar dan meminta Songrui dan kedua kakaknya untuk segera menemui jenderal.Sedangkan yang lain menunggu di luar.Begitu masuk ke dalam ruangan, jenderal yang tadinya terbaring segera dipapah pengawal pribadi, duduk di tempat tidurnya.“Pendekar Xiongrui, lama tidak berjumpa! Syukurlah ... kami punya harapan untuk mempertahankan benteng perbatasan!” ucap jenderal tersenyum penuh semangat.“Jenderal, kakakku adalah seorang tabib, biarkan dia memeriksa keadaanmu dulu,” sambung Songrui melirik ke arah murid p
“Pangeran kedua belas kembali menyerang!”“Syukurlah aku bertemu dengan Tuan pendekar, tolonglah kami Tuan!”Songrui menoleh ke arah para guru, ia tahu bahwa perguruan Yuancheng tidak akan mengambil risiko bergabung dalam masalah kerajaan. Tapi karena hal ini berhubungan dengan pangeran kedua belas Songruipun menjelaskan secara singkat.“Pangeran kedua belas memiliki pasukan tak terkalahkan yang sangat persis dengan pasukan yang dikendalikan oleh jiwa jahat.”Semua guru saling melemparkan pandangan satu sama lain.Meski di awal mereka sempat berbisik merundingkan sesuatu, tapi pada akhirnya mereka setuju untuk membantu.“Karena hal ini telah berhubungan dengan jiwa jahat, maka perguruan Yuancheng lebih tak boleh membiarkannya!”Perjalanan dilanjutkan kembali menuju ke benteng perbatasan.Namun belum lama menempuh perjalanan, sekian banyak orang yang terluka terkulai lemah.Mereka yang terluka meminta agar ditinggalkan karena hanya menambah beban, tapi Songrui tidak setuju akan hal itu.
“Tidak apa-apa, Kak. Sebentar lagi akan pulih.”Sayangnya perkataan Songrui dibantah murid pertama dengan tegas hingga Songrui terbungkam.DEG!Ia kembali mengingat perkataan Bingwen yang tidak selesai.Setiap kata yang terngiang di telinganya membuat perasaan Songrui semakin cemas jika apa yang ia pikirkan ternyata benar.“Kak, apa tidak ada cara lain untuk menyembuhkannya?” tanya Songrui dengan tatapan kosong.“Pedang yang melukaimu telah diolesi racun milik jiwa jahat!”Sorot mata murid pertama menatap dalam mata Songrui sambil memegang pundaknya.“Xiongrui, aku tidak akan membiarkan kau dimanfaatkan oleh jiwa jahat itu!”Perkataan murid pertama membangkitkan harapan Songrui.Sambil menahan sakit ia tersenyum kecil, “apa Kakak sudah punya solusinya?”Murid pertama terdiam sejenak. Perlahan ia bergerak duduk bersila di depan Songrui.“Masalah sudah seperti ini, mau atau tidak aku tetap harus melakukannya!” tutur murid pertama lalu bersiap melakukan ritual.Kedua tangan murid pertama
“Gu-guru! Bu-bukan aku—”“Kau membunuh guru, Wang Songrui!”Sepasang mata yang berkaca-kaca itu teralihkan ketika melihat bayangan wajah orang lain muncul dari belakang kepala sang guru.Bo Bingwen menatap Songrui dengan senyum puas.Tsk!Lagi tubuh sang guru didorong kuat oleh Bo Bingwen hingga menembus tubuh sendiri.Di saat yang sama sosok bayangan hitam menggunakan kesempatan itu keluar dari dalam tubuh guru Liu Yaoshan dan berhasil melarikan diri.“Aku sudah membantumu melakukan apa yang tak sanggup kau lakukan,” ucap Bingwen dengan suara pelan.“Songrui, bagaimanapun kau sama denganku!”“Tanganmu juga telah tercemar! Kau telah melukai tubuh guru!”“Ha ha ha!”Sreet!Pedang penghakiman ditarik kembali.Bedukh!“Guru!” seru Songrui merangkul tubuh sang guru yang baru terjatuh ke tanah.Sayangnya waktu sangat singkat.Tubuh sang guru menghilang bagai debu dalam rangkulan Songrui.Guru!“Guru!”Teriakkan Songrui pecah memanggil-manggil gurunya.Sepasang mata menyedihkan meratap di ud
“Ternyata biksu tua bodoh itu masih belum menyerah!”“Setelah ketiga muridnya yang sama bodoh dengannya gagal melenyapkanku, ia malah memilihmu?!”DEG!Songrui tertegun.Sekilas ia mengingat pertempuran besar yang diperlihatkan ketiga guru padanya.Ternyata saat itu yang dilawan ketiga guru adalah jiwa jahat yang masuk di tubuh fana guru Liu Yaoshan.Tapi apa maksud dari perkataannya?Jiwa jahat melanjutkan pembicaraannya ketika melihat Songrui hanya terdiam.Setelah pertempuran dahsyat itu ia tidak lenyap, melainkan sisa jiwanya berkeliaran mencari sebuah tempat untuk mempertahankan kehidupan kecilnya.Tak menyangka ia tertangkap oleh guru Liu Yaoshan dan berakhir disegel di dalam ruang kesunyian.Setelah sekian lama mencari cara untuk terbebas, ia akhirnya menemukan sebuah jalan.Aura kebencian yang sangat besar di dalam tubuh Bo Bingwen menarik perhatiannya.Hanya dengan memanfaatkan kebencian di hati Bo Bingwen, rencananya baru berhasil.“Kau!” sela Bo Bingwen dengan wajah geram se
Syuut!Entah serangan yang muncul dari arah mana melukai lengan Songrui.“Songrui!”“Terimalah nasibmu!”Syuut!Tsk!Ujung pedang tajam menembus tubuh Songrui dari belakang!“Setelah masuk di dalam sini, kau tidak akan bisa keluar kecuali mati!”Luka tusukkan di tubuhnya mengingatkan kembali perkataan murid pertama.Ia berupaya menggunakan pedang penghakiman.Menebaskan ke dinding pusaran berkali-kali.Namun hal itu justru membuatnya merasakan keanehan pada telapak tangan yang memegang gagang pedang.“Akh!” ia meringis kesakitan setelah menyimpan pedang penghakiman.Kenapa bisa begini?Apa yang terjadi?Songrui terdiam menatap telapak tangannya yang terluka seperti baru saja terbakar.“Tidak ada gunanya, Songrui!”Suara Bingwen terdengar.“Pedang penghakiman, tidak akan berguna bagimu!”Songrui terdiam mendengar perkataan Bingwen.Ia menyadari bahwa hal aneh yang terjadi pasti ada hubungannya dengan Bingwen.Syuut!Sebilah pedang keluar dari dinding pusaran energi dengan cepat.Namun b
Krezzz!Peluh di dahi perlahan membeku!Beriring hawa dingin mengalir keluar dari lengan.Energi api dan es kini berada di telapak tangan Songrui.Secara serentak ia menghantamkannya ke atas.Buuum!Dinding energi penyerapan hancur!Senyuman kecil terukir di bibir.Ia berhasil menghancurkan dinding energi penyerapan.“Tidak mungkin!” tutur Bingwen membulatkan kedua matanya seolah tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.Ekspresi yang sama juga dialami oleh para guru saat menyaksikan tindakan Songrui.“Kekuatan seperti ini….”“Hanya seorang dewa yang bisa memilikinya!” tutur guru Yan memandang takjub.Sosok Songrui yang memunggungi para guru memancarkan dua energi berlawanan dari tubuhnya.Dalam keheningan Songrui tersenyum puas melihat ke arah Bingwen yang terpaku menatapnya.Jika bukan karena terdesak akan situasi ia tidak dapat memahami kemampuan diri sendiri.Penderitaannya di masa lalu untuk mendapatkan kembali kehidupan tidaklah sia-sia.“Bo Bingwen, apa kau mengakui semua d
Semua mata membulat besar seolah mengenali pola ukiran di batu.“Teknik rahasia guru pendiri!” serentak para guru berucap.“Ba-bagaimana kau bisa memilikinya?”“Siapa kau sebenarnya?!”Kini pandangan para guru tertuju ke arah Songrui.Terutama Bingwen yang menatap Songrui seolah tak percaya pada apa yang dilihatnya baru saja.Namun beberapa detik ke depan senyuman terukir di bibir Bingwen, “ternyata ini alasan kenapa aku merasa sangat familiar saat pertama kali melihatmu.""Tak kusangka kau masih hidup, jenderal Wang Xiongrui!"Dengan tatapan tajam Songrui membalas Bingwen, “bagaimana aku bisa mati sementara kau—orang yang membunuh guru masih hidup dengan kemegahan seperti sekarang!”“Benar! Lalu kenapa?!”Pengakuan Bingwen semakin mengejutkan semua orang. Satu persatu guru melontarkan kata-kata kebencian sambil menatap Bingwen.Namun Bingwen sama sekali tidak menghiraukan perkataan mereka.“Ini semua salahmu dan salah guru sendiri!""Kenapa guru harus memilihmu dan bukan aku?!" lanjut