Share

Bab 4

Penulis: Sebastian Abraham
Lantaran terkejut, Hugo memegang dadanya dengan erat dan merasa kesakitan sampai terjatuh ke tanah. Dia bergumam, "Apa yang terjadi? Apa aku berkultivasi sampai kehilangan kendali?"

Memikirkan ini, Hugo mulai merasa panik. Jika Teknik Transformasi Agung Iblis sudah membuatnya kehilangan kendali dan ketidakstabilan fondasi sejak awal, bukan hanya usahanya yang akan sia-sia. Takutnya, dia tidak akan pernah bisa berkultivasi lagi di kehidupan ini dan menjadi orang lumpuh.

Namun, rasa sakit di dadanya hanya sebentar dan segera menghilang.

Hugo berdiri, lalu menghela napas panjang dan mengelus dadanya sambil mengernyit. Dia bingung dengan apa yang terjadi. Ketika dia hendak melangkah lagi, rasa sakit di dadanya kembali muncul.

"Aneh. Ini sama sekali bukan kehilangan kendali, tapi .... Iblis Hati!" kata Hugo.

Kali ini, Hugo sudah menyadari penyebabnya. Jadi, dia segera menenangkan pikirannya dan mencari tahu asal-usul Iblis Hati. Bagi para kultivator, jika mengabaikan Iblis Hati begitu saja, waktu untuk kehilangan kendali makin dekat.

Setelah beberapa saat, Hugo sudah menemukan penyebabnya. Hanya saja, penyebab ini justru membuat hatinya terasa tidak nyaman.

Ternyata sebelum tubuhnya diambil alih oleh Kaisar Iblis, Hugo adalah seorang pelayan yang setia. Majikannya memperlakukannya dengan sangat baik. Jadi, dia bersumpah untuk setia pada Keluarga Garjita seumur hidup.

Sebelum mati, tekad Hugo adalah menebus penyesalan karena tidak bisa melindungi Keluarga Garjita dengan baik.

Pada saat ini, dendam Kaisar Iblis menyatu dengan tekad Hugo. Kaisar Iblis telah mengambil alih jiwa dan raga Hugo untuk hidup kembali, sedangkan tekad Hugo seakan-akan sudah menjadi kontrak dan membuat Kaisar Iblis terikat.

Dengan kata lain, Kaisar Iblis hidup karena Hugo. Jadi, dia harus menggantikan Hugo untuk melindungi Keluarga Garjita seumur hidup. Jika tidak, Iblis Hati pasti akan mengganggunya.

"Sialan. Dari semua hal, tekad bocah ini malah mau menjadi budak orang lain," keluh Hugo yang ingin menangis. Mulutnya terasa getir.

Yugo adalah Kaisar Iblis yang hebat dan pemimpin Delapan Kaisar Alam Suci. Bagaimana bisa dibebani oleh sebuah keluarga kecil? Namun, Iblis Hati ini tidak bisa diabaikan begitu saja.

Memikirkan ini, Hugo memijat keningnya dengan tidak berdaya. Katanya, "Dasar kamu ini. Kalau keinginanmu balas dendam pun nggak apa-apa. Palingan, aku akan membantumu bunuh orang beberapa tahun lagi. Ini malah .... Hais. Hidupku sudah hancur gara-gara kamu."

"Siapa di sana? Keluar!"

Kala ini, terdengar teriakan orang tua. Hugo tiba-tiba merasakan niat membunuh yang kuat sedang mengarah pada dirinya.

Setelah menggeleng dengan tidak berdaya, Hugo menghela napas dan berjalan keluar dengan kepala tegak. Lantaran sudah ketahuan, dia mau tidak mau harus berhadapan dengan pengkhianat yang bernama Ondo ini.

Setelah menyibak rerumputan, Hugo berjalan ke hadapan semua orang.

Begitu melihat ternyata orang itu adalah Hugo, Ondo tak kuasa menahan tawa. Dia memandang Hugo dengan tatapan hina sambil berujar, "Hmph. Aku pikir siapa. Ternyata cuma bocah sialan."

Selesai berbicara, Ondo mengalihkan tatapannya pada Tiana. Dia sama sekali tidak menganggap Hugo penting.

Ondo berkata, "Nona Tiana, aku sarankan sebaiknya kamu segera menyerahkan Telapak Naga, biar nggak ada yang akan mati lagi karena kalian. Aku rasa, kamu juga nggak mau melihat pemandangan seperti itu, 'kan?"

"Omong kosong! Ondo, dasar pengkhianat! Selama ada kami, jangan harap kamu bisa menyakiti Nona Tiana dan Tuan Daren sedikit pun," teriak komandan pengawal Keluarga Garjita sambil melangkah maju.

Tiana mengernyit dengan ekspresi marah. Wajahnya yang cantik menunjukkan keteguhan. Katanya, "Paman Ondo, Telapak Naga itu jurus bela diri kelas spiritual warisan turun-temurun Keluarga Garjita. Sekalipun harus mati, kami juga nggak akan menyerahkannya kepadamu."

Mendengar perkataan mereka, Hugo mendengus dingin dengan tidak acuh. Dia pikir apa alasan sekelompok bandit ini menyerang Keluarga Garjita, ternyata hanya karena sebuah jurus bela diri kelas spiritual.

Di dunia bela diri, semua teknik dan jurus bela diri dibagi menjadi lima kelas, yaitu langit, bumi, misterius, spiritual, dan fana. Setiap kelas dibagi menjadi tiga level, yaitu dasar, menengah, dan tinggi.

Di Alam Suci, jurus bela diri kelas spiritual tersebar di mana-mana. Bagi Kaisar Iblis, itu hanya seperti sampah. Dia sendiri memiliki ribuan jurus. Mengorbankan nyawa hanya demi hal ini benar-benar tidak sepadan.

Hugo menghela napas dengan tidak berdaya, lalu berteriak dengan enggan, "Nona Tiana, itu cuma jurus bela diri kelas spiritual. Bukan hal yang begitu besar. Berikan pada mereka saja. Palingan, nanti aku memberikanmu satu jurus lain sebagai gantinya."

Begitu perkataan ini dilontarkan, semua orang terkejut. Mereka semua memandang Hugo seperti sedang melihat orang gila.

"Hugo, sombong sekali. Kamu bilang mau ganti satu jurus bela diri kelas spiritual yang lain? Atas dasar apa? Atas dasar kamu sudah jadi budak Keluarga Garjita selama 15 tahun? Hahaha ...," sindir Ondo.

Ondo tertawa terbahak-bahak. Sorot matanya penuh penghinaan. Bandit yang lain juga ikut tertawa tanpa menyembunyikan tatapan merendahkan mereka.

Para pengawal Keluarga Garjita memandang Hugo dengan bingung. Teman-teman yang biasanya dekat dengan Hugo juga merasa aneh.

Hugo biasanya pendiam. Mengapa sekarang asal bicara? Mungkinkah dia ketakutan sampai gila gara-gara sekelompok bandit ini? Ya, pasti begitu!

Lantaran berpikir begitu, kini semua pengawal memandang Hugo dengan tatapan penuh belas kasihan.

Hugo yang paham betul apa yang sedang dipikirkan mereka hanya mengangkat bahu. Pada saat ini, jika dia mengatakan dirinya bukan hanya memiliki jurus bela diri kelas spiritual, tetapi juga memiliki Kitab Rahasia Sembilan Alam Bawah warisan Kaisar Iblis Kuno, mereka juga tidak akan percaya.

"Hugo, jangan asal bicara lagi. Cepat kemari dan lindungi Tuan Daren."

Kala ini, terdengar teriakan perempuan. Hugo menoleh menatap orang itu. Tiana sedang memandangnya dengan marah. Namun, di balik kemarahan itu, Hugo justru bisa melihat rasa kasihan di mata Tiana.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 5

    Sudut bibir Hugo sedikit terangkat. Dia sudah mengerti maksud Tiana. Tiana mungkin juga mengira Hugo sudah gila. Namun, dia tidak tega membiarkan Hugo terbunuh di tengah pertempuran. Itu sebabnya, dia mencari kesempatan agar Hugo bisa bersembunyi di balik perlindungan para pengawal."Kenapa kalian masih diam? Cepat seret dia kemari! Jangan biarkan dia buat malu di sana!" perintah Tiana pada pengawal.Sebelum pengawal sempat bertindak, sebilah pedang perak yang dipenuhi niat membunuh sudah  ditodong ke leher Hugo."Tunggu!" pekik Tiana.Ondo tertawa dingin. Dia menatap lurus ke mata Tiana, seolah-olah bisa membaca semua pikirannya. Katanya, "Hehehe .... Nona Tiana memang selalu baik hati. Budak yang sudah gila pun masih mau ditolong.Tiana mengernyit sembari berteriak marah, "Paman Ondo, apa kamu bahkan nggak mau melepaskan orang gila?""Hehehe .... Aku ulangi sekali lagi. Kalau kamu nggak mau melibatkan orang yang nggak bersalah, cepat serahkan Telapak Naga. Kalau nggak, kami nggak ak

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 6

    Hugo berlari sambil menggendong Daren dan menggenggam tangan Tiana. Di belakang mereka, terdengar teriakan pembunuhan dan jeritan pilu antara pengawal Keluarga Garjita dengan para bandit."Tunggu. Kita nggak bisa tinggalkan mereka begitu saja," tutur Tiana dengan buru-buru. Setelah dibawa lari oleh Hugo sejauh ratusan meter, dia baru sadar.Hugo terus berlari ke depan tanpa menghiraukan Tiana."Lepaskan aku!" pekik Tiana.Melihat Hugo yang tidak mendengarkan perintah, Tiana langsung mengibaskan tangan untuk melepaskan diri dari genggaman Hugo. Hal ini membuat Hugo menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Tiana dengan dingin."Kita harus kembali. Kita nggak bisa biarkan para pengawal Keluarga Garjita mati sia-sia demi kita," tegas Tiana."Kalau kamu kembali, apa kamu bisa mengalahkan para bandit itu?" tanya Hugo dengan nada datar.Tiana menggigit bibirnya. Dia mengernyit dan menghela napas berat sebelum menimpali, "Mungkin yang lain masih bisa dihadapi. Tapi, Paman Ondo memiliki k

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 7

    Empat jam kemudian, ketiganya tiba di pinggiran sebuah hutan yang diselimuti kabut tebal. Melihat pemandangan putih membentang yang seolah menelan seluruh hutan, sorot mata Hugo memancarkan cahaya yang dalam dan penuh pertimbangan."Inilah hutan berkabut. Sepanjang tahun, tempat ini selalu diselimuti kabut. Orang yang masuk ke dalamnya sangat jarang bisa keluar lagi," ucap Tiana sambil memandang ke depan.Tatapan Tiana terlihat ragu ketika melanjutkan, "Kalau kita bersembunyi di dalam sana, mungkin bisa menghindari bahaya untuk sementara. Tapi, bisa jadi kita nggak akan pernah keluar lagi."Sementara itu, Hugo sama sekali tidak memperhatikan ucapannya. Tatapannya terus menyapu ke segala arah. Ketika melihat sebuah gunung tinggi menjulang ke langit di arah timur, matanya memancarkan cahaya yang berbeda.Hugo menunjuk ke arah gunung itu sembari bertanya, "Itu Gunung Artam ya?"Tiana mengangguk pelan sebelum menjawab dengan sedikit waspada, "Kata ayahku, penguasa Gunung Artam sangat kuat,

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 8

    Tiana bertanya, "Gi ... gimana kamu bisa ...."Hugo menyela, "Jangan pikirkan itu dulu. Sekarang, ikuti gerakanku. Ini gerakan tangan dari Formasi Pengelabuan untuk mengacaukan pikiran musuh. Ini gerakan tangan dari Formasi Pembunuh untuk mengendalikan bayangan hitam dan menghabisi musuh ...."Tiana terdiam dan hanya bisa mengikuti Hugo untuk membentuk gerakan tangan satu per satu. Hanya saja, gerakan Hugo terlalu cepat. Satu set gerakan tangan langsung diselesaikannya tanpa henti.Tiana sempat melirik sekilas, tetapi sama sekali tak bisa mengingatnya apalagi menirukannya dengan benar.Hugo sangat emosi karena wanita itu tak kunjung bisa mengikutinya. Dia pun memarahi, "Aduh, kenapa kamu bodoh banget? Padahal ini cuma dua set gerakan tangan paling dasar! Kalau begini terus, mending kamu langsung menyerah saja saat Ondo dan yang lainnya datang! Sungguh bodoh!"Seumur hidupnya, Tiana selalu diperlakukan seperti tuan putri. Dia dimanja dan disayang oleh semua orang. Mana pernah dia meneri

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 9

    Kelompok itu berjalan dalam barisan seperti tusukan sate dan menyusuri kabut putih tebal di dalam hutan. Masing-masing dari mereka memegang erat tali merah di tangan.Hugo berada di barisan paling depan, sementara Ondo berada tepat di belakangnya. Dia mencengkeram erat bajunya agar Hugo tidak bisa melarikan diri.Lantaran kabutnya sangat tebal, bahkan dua orang yang berdiri berdekatan pun tak bisa saling melihat bayangannya. Mereka hanya bisa saling menempel berdasarkan sentuhan agar tidak tersesat dan terpisah.Saat mereka tiba di tengah hutan berkabut, Hugo tiba-tiba berhenti di tempat yang bahkan mustahil untuk melarikan diri."Ada apa?" tanya Ondo yang agak terkejut dan mulai merasa gelisah. Dia pun refleks mencengkeram baju Hugo dengan makin erat.Hugo tersenyum aneh, lalu berucap datar, "Ondo, cukup sampai di sini saja aku mengantar kalian. Jalan menuju akhirat, silakan kalian tempuh sendiri."Perkataan itu langsung membuat Ondo merinding. Baru saat itulah dia sadar bahwa mereka

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 10

    "Debu kembali menjadi debu, tanah kembali menjadi tanah. Semua kekuatan iblis dari Sembilan Alam Bawah jadi milikku," seru Hugo sambil membentuk rangkaian gerakan tangan dengan cepat.Seketika itu juga, kendali atas Formasi Bayangan Hitam yang sebelumnya dipegang oleh Tiana langsung terlepas darinya. Pada saat yang sama, gambaran jelas tentang apa yang terjadi pada Ondo dan yang lainnya pun langsung menghilang.Tiana merasa sedikit heran. Dia kembali membentuk gerakan tangan, tetapi tak bisa lagi mengendalikan satu bagian pun dari formasi besar itu."Aahhh ...." Tiba-tiba dari berbagai sudut hutan berkabut, terdengar jeritan menyayat hati.Tubuh Ondo dan yang lainnya sudah berubah menjadi hitam legam saat ini, tetapi mereka masih memiliki sedikit kesadaran. Bayangan-bayangan hitam terlihat terus-menerus keluar dari tubuh mereka.Setiap kali satu bayangan keluar, mereka akan menjerit seolah-olah sepotong daging mereka dicabik. Jeritan memilukan itu terus berlanjut sampai semua bayangan

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 11

    Seolah mengerti maksudnya, Hugo segera bertanya, "Sekarang, Ondo dan yang lainnya sudah nggak jadi ancaman lagi. Nona punya rencana apa selanjutnya?"Belum sempat Tiana bicara, Aldis sudah menjawab lebih dulu, "Oh, sebenarnya kami berencana mengantar Nona pergi mengungsi ke Kediaman Pramesti!"Saat ini Aldis sudah tidak lagi menganggap Hugo sebagai budak biasa, melainkan sebagai salah satu petinggi Keluarga Garjita yang setara dengannya. Dia melanjutkan, "Kamu pasti tahu, putra Keluarga Pramesti memang punya ikatan pertunangan dengan nona kita.""Oh, maksudmu Keluarga Pramesti di Kota Andaras?" ucap Hugo yang menyentuh dagunya sambil diam-diam mengangguk.Berdasarkan ingatan pemuda ini, Keluarga Pramesti adalah keluarga terkuat di Kota Andaras yang sebanding dengan Keluarga Garjita.Jika Hugo bisa menyerahkan Tiana dan Daren ke Keluarga Pramesti, pemuda ini setidaknya bisa tenang dalam kematiannya. Mungkin Iblis Hati dalam hatinya pun bisa ikut sedikit terangkat. Bisa jadi, itu bahkan

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 12

    Akan tetapi Aldis sama sekali tidak tahu bahwa bagi Hugo saat ini, kota ini tak ada bedanya dengan desa kecil yang terpencil."Aldis, kita masih belum sampai di Kediaman Pramesti?" Setelah melewati suka duka bersama selama 5 hari terakhir, hubungan Hugo dan Aldis jadi jauh lebih dekat. Bahkan, kini mereka sudah saling menyebut nama secara langsung.Belum sempat Aldis menjawab, Tiana sudah lebih dulu berbicara, "Kita nggak bisa langsung ke Kediaman Pramesti. Aku dan Daren sebaiknya pergi dulu untuk menyampaikan maksud kami secara resmi, baru setelah itu menjemput kalian. Kalian bisa istirahat dulu di penginapan depan sana.""Seribet itu?" tanya Hugo sambil mengernyit.Aldis hanya bisa tersenyum pahit dan mengangkat bahu dengan pasrah. Dia menimpali, "Mau gimana lagi? Kita datang untuk meminta perlindungan dari Keluarga Pramesti. Kalau langsung pergi ke sana tanpa basa-basi, nanti malah dianggap nggak sopan."Hugo menarik napas dalam-dalam, lalu berujar sambil mengangguk setuju, "Oke, ka

Bab terbaru

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 50

    Wush!Fajar baru mulai menyingsing ketika Hugo kembali ke rumah kecil itu sambil menggendong dua wanita muda dan cantik di masing-masing tangannya.Para penjaga dari Paviliun Ragnala yang melihatnya sempat terpaku sejenak. Sebab, sudah lebih dari 10 hari mereka tidak melihat Kepala Pelayan Keluarga Garjita ini. Namun setelah itu, mereka langsung menunjukkan senyum penuh pengertian.Beberapa orang bahkan berteriak untuk meledek, "Wah Hugo, semalam pasti kewalahan ya!"Tepat saat itu, Agnia lewat dan melihat Hugo. Pandangannya lalu berpindah ke arah dua wanita cantik yang berada dalam pelukannya.Alis Agnia mengerut pelan, lalu dia memutar matanya dengan ekspresi jijik dan melangkah pergi tanpa memedulikan pria itu, seolah tidak pernah melihatnya. Hanya saja, mulutnya masih sempat bergumam, "Semua pria sama saja."Hugo tahu bahwa mereka sudah salah paham, tetapi dia tidak peduli. Dia terus berjalan dan masuk ke kamarnya sambil menggendong dua wanita itu, lalu melempar mereka begitu saja

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 49

    "Mana ada? Mereka tetap sangat menghormati Nona kok," ucap Nita cepat-cepat. Dia berusaha menghibur nonanya.Wanita berbaju hitam itu hanya tersenyum pahit, lalu merespons sambil menggeleng, "Nita, kamu nggak perlu menghiburku lagi. Aku cuma berharap setelah perjalanan ini selesai, aku bisa mendapatkan Telapak Naga untuk menyembuhkan luka Ayah Angkat.""Nona sangat berbakti, pasti keinginan itu akan terkabul!" jawab Nita sambil tersenyum lembut. Kedua matanya memicing seperti bulan sabit. Melihat senyuman Nita, wanita berbaju hitam pun ikut tersenyum dan terlihat sedikit lega.Kemudian pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara helaan napas lirih masuk ke telinga mereka berdua. "Nona, berbakti dan mengabulkan keinginan itu dua hal yang berbeda. Lagian, siapa yang bilang Telapak Naga bisa menyembuhkan luka?""Siapa di sana?" Wanita berbaju hitam dan Nita segera menoleh ke arah datangnya suara. Entah sejak kapan Hugo sudah duduk santai di jendela. Pria itu sedang menatap mereka berdua samb

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 48

    Hugo menggeleng tanpa daya, lalu lanjut mengamati. Orang berbaju hitam itu melepaskan tudung hitam di kepalanya.Sepasang mata bening yang indah pun terlihat. Rambutnya yang hitam legam dan berkilau terurai seperti air terjun. Kulitnya begitu putih, halus, dan lembut seolah-olah bisa pecah bila disentuh. Ternyata dia adalah seorang wanita cantik yang sangat langka.Bahkan, para anak buah di sekitarnya pun tak bisa menahan diri untuk menelan ludah. Pandangan mereka kosong ketika menatapnya. Sampai wanita itu menatap mereka dengan tajam, barulah mereka buru-buru menunduk.Tanpa banyak bicara, wanita itu berseru keras, "Nita, ambilkan kertas dan kuas!" Gadis itu pun segera membawakan kuas, tinta, kertas, dan batu tinta.Wanita itu menggulung lengan bajunya, lalu mulai menggambar dengan hati-hati di atas kertas. Sebelum 15 menit berlalu, dia sudah menyelesaikan sebuah gambar denah tempat tinggal. Melihatnya, Hugo pun diam-diam memuji dalam hati.Gambar itu menggambarkan dengan jelas tata l

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 47

    Dalam lebih dari 10 hari berikutnya, sosok Hugo sama sekali tidak terlihat lagi di rumah kecil milik Paviliun Ragnala. Bukan hanya Agnia dan yang lainnya, bahkan ketiga orang dari Keluarga Garjita pun jarang melihat wajahnya.Sejak menyatakan niatnya dengan lantang kepada semua orang, Hugo menjadi makin gila-gilaan dalam berlatih. Dia mengurung diri di dalam kamar dan tidak menemui siapa pun.Hanya saat malam tiba, barulah Hugo membiarkan Bayi Darah keluar untuk menyerap energi primordial dari para petarung.Targetnya adalah Keluarga Pramesti. Selama 10 hari lebih itu, Silas benar-benar dibuat frustrasi. Jumlah pengawal di rumah mereka berkurang setiap hari. Lebih parahnya lagi, semuanya menghilang tanpa jejak. Tak ada satu pun mayat yang ditemukan.Hal ini membuat Silas curiga bahwa mereka telah menyinggung Keluarga Garjita, lalu kini Keluarga Garjita meminta bantuan Paviliun Ragnala untuk membalas dendam.Sebab menurut Silas, hanya kekuatan dari Tujuh Keluarga Bangsawan yang mampu me

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 46

    Agnia tidak menjawab apa pun. Dia hanya memandang bayangan punggung Hugo yang perlahan menghilang. Jabal sempat ragu sejenak, lalu menceritakan semua kejadian sebelumnya.Setelah mendengar semua penjelasan dari awal sampai akhir, Novem hanya bisa menggeleng sambil menghela napas panjang.Kemudian, Novem berujar dengan pasrah, "Sudah sering kubilang, berselisih itu wajar tapi jangan sampai menjatuhkan martabat orang lain. Kalian mempermalukan Keluarga Garjita seperti itu, ya wajar saja dia mau membuktikan pada kalian.""Tapi ... apa yang dia katakan barusan, rasanya benar-benar mustahil," gumam Jabal ragu-ragu.Sambil mengelus janggutnya, mata satu-satunya Novem berputar pelan dalam rongga matanya. Kemudian, dia berbicara, "Kalau Keluarga Garjita punya seorang ahli formasi tingkat kelima sebagai pelindung, walaupun mungkin nggak akan bisa menyamai reputasi Tujuh Keluarga Bangsawan, mereka pasti akan menjadi salah satu yang terkuat di kalangan keluarga biasa.""Jadi, lebih baik kita teta

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 45

    Novem ingin mengajaknya bergabung dengan Paviliun Ragnala bukan tanpa alasan. Itu jelas akan membawa keuntungan besar bagi Paviliun Ragnala sendiri.Di sisi lain, Hugo hanya tersenyum tipis dan tak langsung menjawab. Dia menyeruput secangkir teh dengan tenang. Sebenarnya sebelum datang ke sini, dia sudah bisa menebak maksud Novem.Hugo adalah seseorang yang mampu membentuk formasi tingkat kelima. Siapa di seluruh kekaisaran ini yang tidak ingin merebutnya? Bahkan jika dia berhadapan langsung dengan Kaisar, sang Kaisar pun harus bersikap sopan dan memperlakukannya dengan penuh hormat.Jadi sejak saat Hugo memutuskan untuk membentuk formasi tadi, dia sudah memperkirakan akan ada hasil seperti ini.Melihat Hugo masih belum memberikan jawaban, Novem kembali bertanya, "Saudara Hugo, gimana menurutmu?"Hugo menyeringai kecil, lalu bertanya dengan tenang, "Kalau aku mengajukan beberapa syarat, nggak masalah, 'kan?""Tentu saja nggak masalah! Selama Paviliun Ragnala bisa memenuhinya, kamu bole

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 44

    Wush!Tiba-tiba, terdengar suara angin terbelah. Seseorang mendadak muncul di depan Jabal dan Agnia. Mereka berusaha melihat dengan jelas siapa yang datang. Ternyata dia adalah Novem. Saat ini, satu-satunya mata Novem terlihat bersinar penuh semangat."Barusan, siapa yang membentuk formasi itu?" tanya Novem segera.Agnia bergumam, "Eh, itu ...."Keduanya saling memandang sejenak, lalu akhirnya Jabal yang menjawab, "Kepala Pelayan Keluarga Garjita, Hugo!""Apa? Dia?" Novem langsung terkejut. Dia berbalik dan kembali meneliti formasi di sekelilingnya. Makin lama menatap, ekspresinya makin menunjukkan keterkejutan.Novem berujar, "Seorang ahli sejati dalam dunia formasi bukan cuma harus memahami setiap tingkatan formasi dengan sangat mendalam, tapi juga harus melewati latihan bertahun-tahun serta memahami harmoni langit dan bumi, baru bisa menguasai rahasia di dalam formasi.""Aku yang sudah tua begini saja cuma bisa membentuk formasi tingkat ketiga. Bagaimana mungkin anak seusianya bisa

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 43

    Tiana sedikit tertegun. Dia tidak tahu apa yang ingin dilakukan Hugo, tetapi tetap menyerahkan sebuah cincin kepadanya.Setelah menerima cincin itu, Hugo langsung melompat ke atap tertinggi di rumah tersebut. Dia memandang sekeliling dari atas dengan saksama."Eh, ini bukan rumahmu. Kenapa naik ke atas sana? Cepat turun!" seru Agnia dengan nada kesal, sementara bibirnya cemberut.Hugo tidak menghiraukannya. Dia terus mengamati sekeliling. Tak lama kemudian, dia berkata datar, "Formasi pertahanan tingkat ketiga, Formasi Naga Melingkar."Begitu kata-kata itu keluar, Jabal dan Agnia langsung terkejut. Sebab, apa yang dikatakan Hugo memang formasi pertahanan yang dipasang oleh Novem untuk rumah ini. Hanya saja, bagaimana dia bisa langsung mengenalinya hanya dengan satu pandangan?Namun sebelum mereka sempat memproses rasa terkejut itu, Hugo sudah kembali melompat ke udara. Dari cincin itu, batu-batu spiritual memelesat keluar dan berhamburan ke sekeliling rumah seperti hujan deras.Dalam w

  • Kebangkitan Kaisar Iblis   Bab 42

    Melihat bujukan tidak berhasil, Jabal hanya bisa menghela napas pelan lalu meninggalkan tempat itu bersama Agnia. Namun di saat mereka baru saja meninggalkan ruangan, terdengar suara tawa marah Novem menggema.Keesokan paginya, Hugo membawa tiga orang dari Keluarga Garjita pindah dari penginapan ke rumah yang disediakan oleh Novem.Tempat itu adalah rumah tamu milik Paviliun Ragnala yang digunakan khusus untuk menjamu tamu kehormatan. Ukurannya hanya sedikit lebih besar dibandingkan Manor Sharila milik Keluarga Garjita. Ini adalah rumah terbaik di seluruh Kota Andaras, tidak ada tandingannya.Begitu para mata-mata dari berbagai keluarga yang terus mengawasi Keluarga Garjita mengetahui kabar ini, mereka langsung melapor ke atasannya.Dalam waktu singkat, berita bahwa Keluarga Garjita tinggal di bawah perlindungan Paviliun Ragnala tersebar ke seluruh penjuru kota.Semua orang tahu bahwa Paviliun Ragnala bukan hanya menjadi pelindung kuat Keluarga Garjita, tetapi juga sangat menghargai me

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status