Nayara dan para calon pekerja lainnya tengah berhamburan keluar dari ruangan yang menampung mereka untuk proses kualifikasi dan mengisi beberapa kuisioner dengan jumlah ratusan soal yang sengaja dibuat oleh Kendrick dan Jennie atas persetujuan Tuan Gibran.
"Pertanyaannya tadi kok agak aneh-aneh yah? Masa ada pertanyaan suka warna merah muda atau gak? Itu kan gak ada hubungannya sama kerja kantoran.." ujar salah satu calon pekerja yang berbisik pada teman disebelahnya dan terdengar hingga ke telinga Nayara.
Nayara yang mendengarnya hanya menoleh sekilas kemudian pandangannya beralih ke lantai yang sedang dia injak. Jantungnya berdegup kencang dan sangat cepat. Dia terlalu banyak menaruh harapan pada seleksi saat ini. Dia berharap jika tawaran pekerjaan ini memang untuknya dan Jennie akan meloloskannya dengan mudah.
Takk... Takk... Takk...
Terdengar suara pantulan sepatu fantopel ke lantai yang berasal dari langkah kaki mulusnya Jennie yang berjalan keluar dari ruangan mendatangi seluruh para peserta calon pekerja yang sudah menunggu lama hampir satu jam.Jennie datang dengan membawa selembar kertas yang berisikan nama-nama peserta yang akan lolos pada seleksi berikutnya.
"Untuk nama-nama yang saya sebutkan silakan untuk masuk kembali ke dalam ruangan, dan untuk nama yang tidak disebut mohon maaf mungkin kita akan bertemu dikesempatan berikutnya!"
Mendengar aba-aba dari Jennie hampir semua peserta dibuat harap-harap cemas. Ketegangan pun semakin menjadi ketika Jennie yang sedang menarik napas akan menyebutkan nama-nama siapa saja yang akan lolos diseleksi berikutnya.
Seluruh pasang mata memperhatikan Jennie.
"Rania Putri, Deri Pujangga, Dwi, Nayara, dan Restu Putra dipersilakan masuk kembali ke dalam ruangan!" perintah Jennie dengan suara yang lantang agar tak terjadi kesalahan yang mengharuskannya mengulangi penyebutan nama.Setelah Jennie menyebutkan nama-nama siapa saja yang lolos diseleksi berikutnya, terdengar riuh suara penuh kekecewaan dari para peserta yang gagal dalam masuk seleksi berikutnya.
Nayara yang mendengar namanya disebut dia menatap ke arah Jennie yang juga sedang menatap kearahnya. Nayara menyunggingkan ujung bibirnya diam-diam kemudian Jennie mengedipkan sebelah matanya.
Nayara dan kelima peserta lainnya memasuki ruangan itu. Di dalam sudah ada Teguh supir pribadi Kendrick Gibran dan juga Rasya sebagai psikolog yang tugaskan untuk membaca karakteristik para calon pekerjanya Kendrick.
Melihat ada dua yang menilai, suasana di dalam ruangan menjadi semakin menegangkan. Rasya dan Teguh ditugaskan oleh Kendrick untuk membantunya menilai karakter calon sekretarisnya yang dikira akan cocok bekerja dengan dirinya dan juga tim terlebih lagi akan siap mental jika bekerja di perusahaan miliknya yang mungkin akan sangat banyak tekanan yang sering menghampiri.
Proses seleksi itu memerlukan waktu yang cukup lama dari waktu seleksi sebelumnya. Seleksi kali ini memakan waktu hingga lima jam. Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan oleh kedua penilai tersebut. Selain itu mereka juga kembali disuruh mengisi ribuan soal kuisioner yang disengaja dibuat Kendrick demi mendapatkan sekertaris idaman bagi Pekerjaannya
Memang tak logis, namun itulah yang selalu dilakukan Kendrick dengan syarat permintaannya yang aneh-aneh. Dengan alasan dia ingin mendapatkan pekerja yang benar-benar berkualitas tanpa adanya kecacatan sedikitpun. Maka dia menyuruh bawahannya untuk membuat seleksi yang super ketat dan tak jarang memang menyulitkan para calon peserta pekerja. Lebih tepatnya agak kurang logis.
"Ah... Pegelnya.." Nayara meregangkan tubuhnya dengan cara menyandarkan punggungnya di kursi ketika dirinya telah selesai menyelesaikan soal kuisioner yang berjumlah ribuan soal.
Setelah seleksi selesai, Nayara dan peserta lainnya kembali keluar ruangan. Di sana Jennie kembali akan mengumumkan siapa yang akan lolos diseleksi berikutnya.
"Seleksi yang terakhir ini kita cuman punya dua nama. Yaitu.. Rania Putri dan Nayara Aninditha."
Mendengar namanya disebut kembali diseleksi terakhir, Nayara menarik napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Dia merasa bersyukur. Dia bertekad untuk melakukan yang terbaik diseleksi terakhir ini.
"Baik, kalian dipersilakan masuk!" ucap Jennie.
Nayara dan teman seperjuangannya tengah menanti seleksi macam apalagi yang akan diberikan pada mereka berdua.
Ternyata di dalam ruangan itu sudah ada Kendrick CEO dari Gibran Grup tersebut. Betapa terkejutnya Nayara ketika dirimu baru mengingat pria yang tadi pagi dia ciprati oleh genangan air di pinggir jalan dan juga seseorang yang dia tabrak di depan lift.
Nayara menundukkan kepalanya. Sebisa mungkin dia tak ingin dikenali oleh pria itu. Perasaan yang sedari tadi menggebu ingin sekali diterima dan bekerja di perusahaan Gibran Grup kini seketika menghilang dan rasanya dia ingin langsung tereliminasi saja tanpa harus berhadapan dengan Kendrick. Mata Nayara mencari alasan untuk tak menatap langsung ke arah Kendrick.
"Nayara Aninditha?" ucap Kendrick sembari memegangi CV milik Nayara dengan terdapat foto setengah badan Nayara sendiri yang berukuran lima kali enam yang full color.
Nayara melipat bibirnya ke dalam, matanya penuh keraguan untuk melihat langsung ke arah Kendrick. Dia terlalu di penuh oleh rasa bersalahnya tadi pagi. Dia tak pernah berpikir jika orang yang dia ciprati dan dia tabrak adalah orang yang sangat penting dan orang yang sangat berpengaruh pada perusahaan dimana tempatnya akan bekerja.
"Kamu Nayara?"
"Orang yang berada di dalam CV ini?" tanya Kendrick sekali lagi sambil memperlihatkan foto Nayara yang dia balikkan ke arah Nayara supaya Nayara melihatnya.Dengan ragu namun pasti, Nayara pun menganggukkan kepalanya dan mengakui jika foto itu adalah dirinya. Kendrick tersenyum sangat tipis. Bahkan hampir tak terlihat sama sekali. Senyuman itu sangat menyeramkan bagi Nayara. Bah ancaman pada dirinya dan kehidupannya saat ini.
"Kamu diterima kerja!" ucapnya dengan nada tegas.
Ucapan Kendrick membuat semua orang yang ada di dalam di ruangan itu terperangah. Semuanya menjadi terkejut. Seleksi bahkan belum dilakukan namun Kendrick sudah menunjuk Nayara.
"Maaf Pak, tapi kita belum..."
Tangan Kendrick menyetop kelanjutan kalimat yang akan dilontarkan oleh Jennie. Itu adalah keputusannya. Siapapun tak bisa diganggu gugat.
Entah harus senang atau malah menyesal telah mengikuti serangkaian seleksi, Nayara yang bisa ikut terperangah. Dia telah berpikir jika Kendrick memilihnya bukan karena memang benar-benar memenuhi kriteria namun sepertinya ada sebuah motif di balik itu. Dia yakin karena peristiwa tadi pagi.
"Nayara Aninditha.. Kamu diterima sebagai sekertaris pribadi saya sekaligus asisten pribadi saya!!!" ucap Kendrick dengan tangan yang melemparkan lembaran kertas CV Nayara ke atas meja dengan sembarang.
Sekali lagi, Kendrick membuat orang disekitarnya menjadi terkejut dan terperangah untuk yang kedua kalinya. Dengan kata asisten pribadi. Padahal awal dari pencarian pekerja itu hanya untuk mencari sekertaris perusahaan saja. Tak ada kata sekertaris pribadi apalagi menjadi asisten pribadi.
"Tapi Pak, eu... Bukannya Bapak hanya mencari sekertaris saja?" tanya Nayara yang memberanikan diri untuk berbicara pada Kendrick langsung. Walau dengan tangan yang ragu. Dia mengusap leher belakangnya untuk menghilangkan kegugupannya."Saya tambah gaji kamu dua ratus persen, mulai besok pagi kamu harus datang ke rumah saya tepat jam enam pagi!"
Kendrick turun dari kursinya dan berjalan ke arah Nayara kemudian dia berbisik, "jika tidak kamu harus ganti rugi atas kejadian tadi pagi sebanyak sepuluh kali lipat dari gaji kamu sekarang ini!"
Mata Nayara seketika langsung terbelalak dan menahan napasnya untuk sementara hingga Kendrick keluar dari ruangan tersebut.
"Huffftttt!!"
Nayara menghembuskan napasnya setelah menoleh ke arah pintu dan memastikan jika Kendrick benar-benar sudah menghilang dari balik pintu.
"Ahhhhh......"Nayara berteriak meluapkan seluruh kekesalannya pada dirinya sendiri yang telah berbuat hal yang membuat dirinya masuk ke dalam lingkaran kesulitan karena tak bisa memilih apalagi menolak apa yang sudah ditetapkan oleh Kendrick.Jennie yang berada duduk didepannya dia hanya bisa tersenyum-senyum sendiri melihat temannya yang sedang galau durjana. Keduanya tengah bersantai di depan mini market yang ditemani dengan indahnya sinarnya rembulan dimalam hari."Kamu kenapa gak mau jadi asistennya Pak Kendrick? Kan bukannya enak yah? Gaji kamu lebih gede dari para karyawan lain yang udah kerja dua tahun di sana loh!" tutur Jennie yang tak habis pikir dengan sikap temannya itu yang malah menjadi galau berlebihan."Kamu tahu? Lelaki berjas yang aku ciprati waktu pergi ke kantor tadi pagi sampe basah kuyup di pinggir jalan itu, ternyata Pak Kendrick!!!" jelas Nayara dengan akhir nada yang dia buat memelengking ketika menyebutkan nama Kendrick sembari
Nayara mencoba untuk menghentikan bersinnya dengan menutup hidungnya dengan sapu tangan pemberian Kendrick yang berada di dalam jasnya. Kemudian dia membantu Kendrick untuk duduk di kursi sofa di ruang tengah.Mata Nayara yang masih sembab karena menangis tanpa dia sadari ketika melihat Kendrick kesusahan dan celaka tadi."Apa perlu kita ke rumah sakit aja Pak? Saya takut kaki Bapak kenapa-kenapa?" tanya Nayara sambil menyingsingkan sedikit ke atas celana katun Kendrick untuk melihat apakah lukanya parah atau tidak.Kendrick tak langsung menjawabnya dia malah terpanah pada Nayara yang Sembab, "Kamu tadi kenapa nangis?""Euh? Apa? Siapa yang nangis?" Nayara malah bertanya balik pada Kendrick dengan wajah yang polosnya karena tak menyadari tangisan nya sendiri.Tangan Kendrick bergerak menyeka sisa air mata yang masih tertinggal di pipi Nayara. Nayara yang pipinya disentuh oleh Kendrick langsung terkejut. Dia agak memundurkan sedikit tubuhnya dari jangkau
Akhirnya Athaya, Kendrick dan Nayara berada di meja makan. Ketiganya sarapan pagi bersama. Nayara tampak kaku dan canggung karena inilah pertama kali dirinya makan didampingi dua orang pria yang cukup asing baginya."Habis ini kamu gak perlu pergi ke kantor!" ucap Kendrick dengan mulut yang masih penuh dengan makanan didalamnya.Nayara menghentikan mulutnya yang sedang mengunyah makanan. Matanya tertuju pada Kendrick."Iya Pak!" sahut Nayara.Kendrick menundukkan kepalanya. Namun matanya sedari tadi mencuri-curi pandang ke arah Nayara. Ada sesuatu yang tak asing pada Bayar setelah memakai pakaian yang sudah lama tak ada pemiliknya.***Sepeninggalan Athaya yang sudah selesai mengobati Kendrick dan juga memberikan Nayara resep obat alerginya. Nayara kini tengah mencuci piring. Dan Kendrick masih terduduk dikursinya.Matanya menatap punggung Nayara yang sedang sibuk mencuci piring. Pikirannya seolah kembali kemasalalunya.Dim
Langkah Nayara dia urungkan,"kenapa Pak?" tanya Nayara."Kamu yakin pulang jam segini?" tanya dengan ragu. Dia terlalu gengsi untuk mengkhawatirkan seorang karyawan seperti halnya Nayara.Nayara melirik ke arah jam dinding yang menempel di dinding di samping Kendrick. Jam menunjukkan pukul sebelas tepat. Nayara menarik napas, dia yakin."Iya Pak, lagian saya besok kan harus kerja lagi!" ucap Nayara dengan penuh keyakinan yang dia pak sama. Padahal hari ini adalah hari pertama baginya pulang ke rumah hingga larut malam sendirian. Dia biasanya, bila pulang larut malam selalu akan ada supir yang menjemputnya. Namun kali ini dia sendiri saja bersama dengan sepedanya."Apa perlu...""Saya pulang dulu ya Pak, selamat malam!" Nayara segera memotong kalimat Kendrick yang hendak memberikan pinjam sepeda listriknya padanya. Namun Nayara sudah berburuk sangka terlebih dahulu, mengingat kelakuan Kendrick yang mengigau ketika tidur.Nayara lari terbirit keluar
Mata Kendrick begitu fokus ke arah Nayara yang sedang mempersiapkan sarapan untuk dirinya. Dirinya memang sengaja memeritah pada Nayara, sebagai ganti balas dendam karena kejadian cipratan air diwaktu yang sudah lalu.Entah kenapa dirinya yang hanya berniat mengerjai Nayara satu hari saja dirumahnya. Namun semenjak Kendrick melihat Nayara mengenakan pakaian itu dia ingin selalu berada di samping Nayara. Ada sesuatu hal yang dia rindui telah terobati."Hari ini kita pergi ke kantor Pak?" tanya Nayara seraya menghidangkan makanan di atas meja dan memberikannya ke hadapan Kendrick. Hanya sekedar nasi goreng dan sedikit olahan salad yang dia buat."Loh kok nasi goreng?" tanya Kendrick agak kurang berkenan melihatnya. Tangannya menjauhkan piring berisi nasi goreng itu dari dirinya."Di dalam kulkas bapak tuh kosong, hanya ada bahan makanan itu saja" jelas Nayara yang kemudian duduk. Dia hendak menarik piring yang berisi nasi goreng buatannya. Namun setelah mendeng
Sepertinya Athaya ke ruangan Kendrick. Dengan segera Kendrick menekan sebuah tombol remote yang membuat si tembok kaca menjadi tak transparan lagi. Semuanya tampak putih seluruhnya dan tak lagi terlihat ke dalam ruangan Kendrick.Seketika setelah Kendrick mengubah tampilan tembok ruangannya beberapa karyawan wanita langsung mendekati Nayara. Ketika mereka Nayara tampak sangat akrab dengan Athaya."Nay kamu kenal sama Pak Athaya?""Kok bisa kenal gitu sama Pak Athaya?""Kamu baru aja kerja belum satu hari tapi udah akrab sama Pak Athaya, sahabatnya Pak Kendrick!"Nayara hanya menarik napas mendengar semua pertanyaan yang terlontar untuk dirinya. Nayara hanya tersenyum kepada setiap orang yang bertanya padanya dan juga yang memandangi nya."Aku cuman kenal sekilas aja kok sama Pak Athaya. A-aku mau kerja dulu yah.." ucap Nayara dengan nada yang seiring merendah. Dia juga tak mau menjadi membuat tak enak kepada para seniornya. Dia hanya ingin bekerja
Kendrick berjalan dengan agak sedikit tertatih-tatih menahan rasa sakit di kaki yang masih tersisa. Dia tak mau mengenakan tongkat untuk membantunya berjalan. Dia menjadi terlalu gengsi di depan Nayara jika harus terlihat lemah tak berdaya. Dia ingin terlihat sebagai seorang lelaki perkasa dan berwibawa.Nayara menyusuri bagian sayuran. Tangannya mengambil sayuran yang dikiranya akan dia masak untuk setiap makan pagi bosnya itu. Dia hanya memasukkan bahan sayuran yang pernah dia masak untuk Kendrick. Dan tak memasukkan makanan yang mungkin tak akan disukai oleh bosnya itu.Jam di tangan Nayara sudah menunjukkan ke angka tujuh. Berarti siang telah berlalu. Nayara menarik napasnya untuk sesaat kemudian menghelanya dengan cepat. Hal itu tertangkap oleh mata Kendrick."Kamu cape?" tanya Kendrick yang merasa kasihan melihat asistennya. Dia tahu jika Nayara seorang wanita yang baru pertama kali bekerja dan menjalani hal seperti ini. Ditambah memang bekerja dirinya sangat
"Kamu baik-baik saja?" tanya Kendrick yang berubah lagi menjadi tampak berbicara santai dengannya. Nayara segera membalikkan tubuhnya ke arah Kendrick yang berdiri dibelakangnya dengan mengenakan pakaian yang agak berbeda dari sebelumnya.Nayara mengerutkan keningnya, "Bapak ganti baju?" tanya Nayara."Iya, baju tadi kena kotorannya Loli!" jawabnya dengan mata yang menoleh ke sana kemari. Tangannya mencoba terus menerus merapikan pakaiannya.Nayara mengangguk."Sudah siang Pak, kita ke kantor sekarang?" ajak Nayara seraya menyelendangkan tasnya ke bahu.Kendrick menganggukkan kepalanya kemudian berjalan lebih dulu dari Nayara menuju pintu. Ketika dirinya membuka pintu ternyata Athaya sudah berada di luar rumah Kendrick dengan mengenakan pakaian yang berwarna senada dengan Nayara tanpa membuat janji terlebih dahulu."Pak Athaya?!" sapa Nayara yang agak sedikit terkejut akan keberadaan Athaya yang muncul tiba-tiba di depan halaman rumah Kendrick.
Nayara duduk di sofa dengan helaan napas yang panjang. Dia merasa sedikit lega karena bisa memisahkan diri dari Kendrick juga Yuri.Tangan Nayara langsung merogoh pada saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya yang ada di dalam.Dia berusaha menenggelamkan diri untuk tidak merasa bosan selama menunggu Kendrick dan Yuri di dapur sana.Setengah jam berlalu.Nayara baru tersadar jika diri masih berada di ruang tamu sendirian dan belum melihat Kendrick atau pun Yuri keluar dari sana. Dirinya hanya ingin memastikan dan membawa tasnya yang tertinggal di sana untuk diri dapat pergi dari rumah Kendrick sesegera mungkin.Akan tetapi, dirinya harus segera pergi ke kantor untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah tertunda dan harus segera dia selesaikan hari itu juga.Alhasil, dirinya hanya bisa mondar-mandir naik turun tangga untuk menuju ke arah dapur."Kamu sedang apa?" tanya Kendrick yang memecahkan lamunan Nayara yang sedang hanyut dalam pikirannya sendiri.Seketika Nayara langsung menghen
Yuri yang baru saja menghidangkan makanan di atas meja makan dia agak sedikit tertegun melihat kemesraan yang dilakukan Kendrick pada Nayara. Sedangkan Nayara sendiri dia agak merasa canggung diperlakukan seperti itu oleh Kendrick. Dia jelas tak biasa bersikap seperti itu pada bosnya. “Maaf aku tak sempat memberitahu pihak kantor karena tadi terlalu khawatir mengetahui keadaan Kendrick yang demam tinggi tadi pagi!” tutur Yuri sambil duduk di kursi, dia berusaha untuk memperlihatkan sikap yang dewasa dan tak kekanakan. Tak cemburu walaupun hatinya saat ini tengah memberontak atas dirinya yang hanya diam saja melihat seseorang yang dia sukai malah mesra dengan wanita lain. Nayara menarik napas. Dia ingin menghilangkan sikap canggungnya di depan Yuri. Dia pun duduk di kursi di samping Kendrick. “Tak masalah! Saya malah harus mengucapkan terima kasih pada Kak Yuri karena telah merawat Kendrick untuk saya!” ujar Nayara dengan senyuman yang membuat Yuri semakin kesal karen
Keesokan harinya.eNayara pergi ke kantor seperti biasanya. Namun ada hal yang baginya berbeda hari ini. Yaitu kehadiran Kendrick yang masih belum dia lihat sejak tadi pagi. Dia pun belum mendapatkan informasi apakah Kendrick akan izin kerja ataupun masuk kantro siang hari ini."Nay kok, hari ini Pak Kendrick belum masuk kerja sih?" tanya salah satu karyawan yang merasa heran akan bosnya yang tak biasa absen dalam kerja masuk kantor."Gak tahu juga, soalnya aku belum ada konfirmasi dari Pak Kendricknya. Ponselnya gak aktif!" jawab Nayara yang merasa masih belum bisa memberikan jawaban pasti padanya.Hingga waktu berselang dua jam dari jam masuk kantor Kendrick masih belum juga masuk kantor. Hal itu membuat Nayara menjadi kebingungan dan juga ada sedikit rasa khawatir di pikirannya akan Kendrick bosnya.Dia pun sudah berulangkali menghubungi ponsel Kendrick namun tetap saja tak ada jawaban dari sana.Maka hal yang terakhir bisa dia lakukan adalah dengan
“Nayara!” Kendrick dari arah belakang memanggil Nayara yang sedang berjalan ke arahnya. Ternyata tak hanya Nayara saja yang menoleh ke arah panggilan Kendrick namun Yuri yang ada di samping Nayara dia juga ikut menoleh ke suara yang sudah sangat dia kenal dan tak asing lagi di telinganya.“Kendrick!” sapa Yuri yang langsung mendahului Nayara yang baru saja hendak menghampiri Kendrick namun langsung di susul oleh Yuri. Sontak Nayara langsung menghentikan langkah kakinya dengan tatapan wajah yang agak sedikit kecewa.Yuri mengembangkan senyumannya sangat indah ke arah Kendrick yang tersenyum padanya. Ramah seperti biasa ketika keduanya saling bertemu.“Heum,” Kendrick hanya berdeham padanya dan dia terus berjalan melalui Yuri yang berharap jika Kendrick akan datang pada dirinya. Kendrick malah datang untuk menghampiri Nayara yang dibuatnya terkejut.“Kau ke man
Nayara berbisik ke telinga Kendrick dengan perlahan nan ragu. “Pak, saya ingin ke toilet!" bisiknya dengan wajah yang meringis karena sudah tak tahan menahannya sejak keluar mobil tadi. Kendrick berdehem untuk mengalihkan kekesalannya dan merubahnya menjadi senyuman yang terlihat seperti tengah tersenyum ke arah Nayara. "Kamu ini disaat seperti ini malah ke toilet!” gumamnya dengan tekanan nada yang kesal dan juga mata yang diam-diam memelototi Nayara yang hanya bisa senyum-senyum merasa bersalah padanya. “Maafkan aku, aku janji hanya sebentar. Sekalian aku ingin memperbaiki riasan wajahku!” mohon Nayara yang kini memegangi lengan Kendrick dan memperlihatkan jika dirinya betulan ingin segera pergi ke toilet. Kendrick menghela napas panjangnya dengan wajah yang pasrah. “Ya, sudahlah! Tapi cepatlah kembali padaku!” ujarnya yang akhirnya mau melepask
Nayara dan Kendrick berjalan memasuki gedung acara pernikahan dengan langkah kaki yang sangat elega nan tenang layaknya sepasang terpadu kasih. Kini giliran di dalam gedung untuk kedua kalinya puluhan pasang mata hanya tertuju pada mereka berdua. Namun untuk kali ini Nayara tak terlalu canggung apalagi kaku karena Kendrick telah mengajarinya untuk tetap tenang di dalam pusat perhatian orang banyak dan tetap menampilkan senyuman yang cantiknya. “Wah, Kendrick ternyata kau benar datang?!” seru seseorang yang keluar dari kerumunan dan berjalan menuju ke arahnya sambil memegangi gelas yang masih berisi air berwarna merah di dalamnya. Mungkin pemiliknya hanya baru meminumnya beberapa kali teguk saja. Kendrick segera berbisik ke telinga Nayara sambil berpura-pura tersenyum ke arah orang yang sedang dalam perjalanan menuju ke arahnya. “Dia adalah Keanu, teman satu sekolahku di Amerika. Dia adalah pr
Cukup membutuhkan waktu satu jam saja untuk membuat riasan di wajah Nayara. Usai itu dirinya diantar ke luar ruangan untuk menemui Kendrick yang sedang menunggunya di depan. “Bagaimana Tuan?” tanya seorang pelayan yang sangat ahli di bidang tata rias. Kendrick menganggukan kepalanya dan juga mengacungkan jempolnya yang menandakan jika dirinya suka dengan apa yang menempel di tubuh Nayara saat ini. “Ayo kita segera pergi!” ajak Kendrick yang menengadahkan telapak tangannya untuk digenggam oleh Nayara agar dapat jalan bersama menuju mobil. Nayara mengernyitkan keningnya. Dia memandang ke arah Kendrick dengan tatapan heran. Ini bukan Kendrick yang biasanya. “Ayolah, kau harus berpura-pura menjadi kekasihku satu malam ini demi uang yang sebesar gaji satu bulanmu itu,” goda Kendrik yang membisiki di telinga Nayara. Aroma tubuh Nayara terhirup menelusuk
“Aku akan mengganti waktumu menemaniku di pesta dengan gaji satu bulan kerjamu bagaimana?” kata Kendrick yang akhirnya harus mengeluarkan penawaran yang mungkin tak bisa ditolak oleh Nayara saat ini.Nayara menoleh ke arah Kendrick yang masih memegangi tangannya. Pandangannya seolah kurang jelas mendengarkan dari penawaran dari Kendrick bosnya.Kendrick menganggukkan kepalanya."Kamu akan aku bayar sebanyak satu bulan gajimu bekerja di kantor jika kamu mau menemaniku malam ini di pesta pernikahan temanku!” kata Kedrick yang memperjelas maksudnya dengan raut wajah yang lebih meyakinkan lagi.Nayara mengulum bibirnya ke dalam untuk menahan senyumannya. Dia menjadi sangat bahagia.“Benarkah? Apa tidak akan berubah?”“Sudahlah, ayo pergi!” paksa Kendrick yang langsung menarik Nayara untuk segera keluar dari kantor dan mas
Nayara masih ada di kantor menatap layar komputernya dengan jari tangan yang menari ke sana kemari di atas papan ketik.Dia sedang mengerjakan tugas yang tadi diperintahkan Kendrick pada dirinya. Itu bukakn semua kesalahan dirinya. Bukan dia maksud untuk menyangkalnya. Namun dia tahu betul file yang terakhir dia buat seperti apa mengenai laporan keuangan yang dia buat minggu lalu.Kendrick keluar dari ruangannya. Dia menemukan yang ada di ruangan itu hanya ada Nayara seorang saja. Padahal hari sudah mulai gelap namun Nayara masih berada di depan layar komputernya.“Kenapa kamu tidak pulang?” tanya Kendrick dengan nada yang datar namun dengan wajah yang menatap ke arah punggung Nayara yang menghadap meja kerjanya.“Saya masih harus menyelesaikan tugas yang Bapak perintahkan atas kesalahan yang saya buat!” katanya dengan nada bicara yang kurang enak didengar di telinga Ken