Sepertinya Athaya ke ruangan Kendrick. Dengan segera Kendrick menekan sebuah tombol remote yang membuat si tembok kaca menjadi tak transparan lagi. Semuanya tampak putih seluruhnya dan tak lagi terlihat ke dalam ruangan Kendrick.
Seketika setelah Kendrick mengubah tampilan tembok ruangannya beberapa karyawan wanita langsung mendekati Nayara. Ketika mereka Nayara tampak sangat akrab dengan Athaya.
"Nay kamu kenal sama Pak Athaya?"
"Kok bisa kenal gitu sama Pak Athaya?"
"Kamu baru aja kerja belum satu hari tapi udah akrab sama Pak Athaya, sahabatnya Pak Kendrick!"
Nayara hanya menarik napas mendengar semua pertanyaan yang terlontar untuk dirinya. Nayara hanya tersenyum kepada setiap orang yang bertanya padanya dan juga yang memandangi nya.
"Aku cuman kenal sekilas aja kok sama Pak Athaya. A-aku mau kerja dulu yah.." ucap Nayara dengan nada yang seiring merendah. Dia juga tak mau menjadi membuat tak enak kepada para seniornya. Dia hanya ingin bekerja.
Tiba-tiba tembok ruangan Kendrick kembali berubah menjadi transparan kembali. Semua yang menyadari dan melihat hal itu segera berhamburan pergi ke meja mereka masing-masing untuk melanjutkan pekerjaan mereka.
Tiba-tiba telepon di hadapan Nayara berdering. Dengan segera Nayara mengangkatnya dengan mata yang mengarah ke arah Kendrick yang sama tengah mengangkat gagang telepon. Itu artinya panggil itu adalah dari Kendrick.
"Kamu cepat ke ruangan saya!" ucap Kendrick dengan nada yang begitu tegas. Nayara segera menutup telepon. Dia seperti robot otomatis segera berdiri dan berjalan menuju ruangan atasannya tersebut.
"Masuk!" suruh Kendrick ketika punggung tangan Nayara hendak mengetuk pintu. Terlihat seperti Kendrick tahu dimana posisi Nayara saat ini.
Tanpa berlama-lama Nayara pun masuk ke dalam ruangan. Dan segera berdiri di samping Athaya yang tengah berdiri di depan meja Kendrick.
"Ada apa Pak?" tanya Nayara yang langsung menatap ke arah Kendrick.
"Temani saya meeting hari ini, dan setelah itu sorenya kita langsung pergi ke toserba untuk membeli kebutuhan dapur seperti apa yang kamu katakan!" terang Kendrick dengan wajah yang agak canggung walau terlihat berusaha untuk berpenampilan tegas.
"Loh? Belanja juga?"
"Tapi kan," bel usai dirinya melanjutkan kalimatnya, Athaya yang disampingnya menepuk pundak Nayara yang membuatnya menjadi agak terkejut.
"Santai aja Nay, Kendrick itu gak punya temen. Jadi, dia udah merasa kamu itu sahabatnya. Jadi wajar aja kalau mulai sekarang dia bakal sedikit sedikit kamu."
"Dia asisten cuman seorang asisten dan sekretaris aja. Wajar lah, kan dibayar juga!" potong Kendrick yang memotong kalimat Athaya.
Nayara menghembuskan napasnya dengan cepat, "okey!" setujunya.
Di balik tatapan Kendrick yang menatap Nayara tampak pasrah. Dia tersenyum tipis. Merasa berhasil apa yang sedang dia rencanakan sendiri. Entah, mungkin dia sudah mulai terpikat oleh Nayara hanya karena gengsinya yang terlalu tinggi.
"Oh ya, kamu harus ingetin Kendrick untuk nanti jam satu makan obat. Jangan sampe telat ya!" kata Athaya mewanti-wanti Nayara. Dia menyerahkan segala kesehatan Kendrick di tangan Nayara.
"Apa separah itu ya Pak?" tanya Nayara yang langsung merubah posisi berdirinya menghadap Athaya yang berada di samping dirinya.
Athaya menganggukkan kepalanya sembari tersenyum hangat. Membuat hati Nayara, hati seorang gadis menjadi luluh oleh lesung pipi yang dimilikinya. Belum lagi tariknya ujung kelopak matanya yang menjadi sipit.
Untuk beberapa detik Nayara sempat terbawa suasana. Dia tanpa sadar menatap Athaya dengan penuh harapan. Kendrick yang menangkap basah Nayara seperti itu dia segera menggebrak meja secara sengaja membuat Nayara sadarkan diri.
Athaya tersenyum nyaris tertawa kecil. Berbeda dengan wajah Kendrick yang tampak sangat masam.
"Sekarang kita pergi!" ajak Kendrick yang segera berdiri dan berjalan perlahan namun pasti dia meninggalkan ruangannya sendiri.
Nayara yang tertinggal beberapa langkah darinya segera menyusul yang sebelumnya berpamitan dengan Athaya.
"Saya permisi Pak!" ucap Nayara yang kemudian bergegas segera membuntuti langkah Kendrick. Nayara agak canggung berjalan di belakang Kendrick. Dirinya menyadari jika langkahnya dengan Kendrick tengah menjadi pusat perhatian. Belum lagi setiap orang yang mereka lalui selalu merindukan tubuh mereka sebagai penghormatan kepada atasan mereka. Atasan yang akan menjadi pewaris pemilik perusahaan di mana mereka bernaung mencari rezeki.
Nayara mengikuti rapat hingga melalui waktu jam minum obat Kendrick. Dirinya ingin sekali menghentikan rapat tersebut karena teringat nasihat Athaya yang mengatakan jika Kendrick tak boleh telat minum obat. Nayara berusaha memberikan banyak kode pada Kendrick yang berakhir pada kegagalan.
Jam sudah menunjukkan pukul dua siang. Barulah rapat tersebut selesai. Kendrick tampak diam seperti tengah meringis menahan sakit dikakinya. Semua orang terkecuali Kendrick dan Nayara masih berada di dalam ruangan tersebut.
"Bapak kenapa?" tanya Nayara khawatir. Namun dirinya sudah memprediksi jika sakit di kaki Kendrick pasti akan kambuh karena telat minum obat.
Dengan segera Nayara mengeluarkan dua butir obat dari dalam tasnya yang tersimpan aman di dalam dua botol yang berbeda. Nayara segera memberikannya pada Kendrick dan juga segera menyodorkan segelas air di mana sajian air minum ketika rapat miliknya.
Kendrick sempat terbengong ketika melihat Nayara malah memberikan gelas minum yang bukan miliknya. Bukan milik pribadi Kendrick.
"Ayo Pak! Cepet diminum biar cepet ilang juga sakitnya!" seru Nayara yang tak menyadari jika gelas pemberiannya adalah bukan milik Kendrick melainkan milik dirinya.
Melihat Nayara yang begitu terlihat mengkhawatirkan dirinya. Kendrick akhirnya meminum air yang berada di gelas itu untuk mendorong obat agar mencapai lambungnya.
"Gimana Pak? Udah enakan?" tanya Nayara yang mengelus-elus punggung Kendrick dengan lembut. Dia terbiasa mengelus punggung ayahnya yang pernah sakit dan membantunya minum obat. Seperti hal sekarang ini. Seperti apa yang tengah dia lakukan pada Kendrick sekarang.
Kendrick lagi-lagi tampak terhanyut oleh sikap Nayara yang begitu tulus merawat dirinya. Mungkin memang karena pekerjaannya. Namun Kendrick malah menyalah artinya yang membuat dirinya semakin ingin mendekati Nayara secara lebih. Dia mungkin menyukai bahkan mencintai Nayara sekarang ini karena selalu diperlakukan lembut walau Kendrick sendiri selalu memperlakukannya sebaliknya pada Nayara.
"Kamu sadar gak sih, ini kan gelas punya kamu!" celetuk Kendrick yang membuyarkan pikirannya sendiri. Termasuk kekhawatirannya Nayara terhadap Kendrick. Bayar menjauhkan tubuhnya dari Kendrick.
"Ah? Iya gitu?" bingung Nayara yang melirik ke arah gelas miliknya dan juga ke arah letak gelas milik Kendrick. Benar saja, di depan Kendrick masih terdapat gelas yang terisi nyaris penuh sedangkan gelas yang seharusnya berada di depan tempat duduknya menghilang, lebih tepatnya berganti letak berada di genggaman Kendrick.
"Duh.. Maaf Pak! Tadi gak sengaja soalnya aku panik lihat Bapak kesakitan gitu!" terang Nayara yang meraih gelasnya dari tangan Kendrick yang kemudian dia simpan di atas meja.
"Kamu mau tanggung jawab kalau saya kenapa-kenapa?" cecar Kendrick sembari membereskan pakaiannya yang sempat agak sedikit acak-acakan.
"Memangnya, saya kenapa? Saya gak apa-apa kok, sehat! Lagian bapak juga gak akan kenapa-kenapa..." timpal Nayara yang tak terima mendengar ucapan Kendrick yang merasa dirugikan karena telah salah minum air di gelas yang bukan miliknya.
"Siapa yang tahu? Kalau tiba-tiba saja saya masuk rumah sakit gimana? Saya kan gak tahu kamu makan apaan di rumah," gerutu Kendrick yang masih tak mau menerima alasan dari Nayara itu.
Nayara menurunkan pundaknya. Dia kesal namun tak bisa jika pada atasannya yang satu ini. Selain memang karena orang yang akan menggajinya langsung, ditambah jika Kendrick adalah seorang pasien yang tengah sakit kaki.
"Duhh... Pak, saya jamin deh! Bapak gak akan kenapa-kenapa, lagian saya sama bapak juga sama-sama manusia, sama-sama makan nasi!!" jelas Nayara dengan banyak penekanan di beberapa kata agar Kendrick tak selalu merendahkan dirinya.
Kendrick tak lagi mencela ucapan Nayara kali ini. Dia malah seperti tengah bangga dengan apa yang diucapkan oleh Nayara. Dia tak pernah mendengar kalimat yang diucapkan oleh Nayara. Dia pun belum pernah menemui orang yang tak pernah rendah diri seperti Nayara. Terkecuali rendah hati.
"Jelas beda!" tegas Kendrick yang tetap tak mau kalah bicara dari Nayara.
Kendrick berjalan dengan agak sedikit tertatih-tatih menahan rasa sakit di kaki yang masih tersisa. Dia tak mau mengenakan tongkat untuk membantunya berjalan. Dia menjadi terlalu gengsi di depan Nayara jika harus terlihat lemah tak berdaya. Dia ingin terlihat sebagai seorang lelaki perkasa dan berwibawa.Nayara menyusuri bagian sayuran. Tangannya mengambil sayuran yang dikiranya akan dia masak untuk setiap makan pagi bosnya itu. Dia hanya memasukkan bahan sayuran yang pernah dia masak untuk Kendrick. Dan tak memasukkan makanan yang mungkin tak akan disukai oleh bosnya itu.Jam di tangan Nayara sudah menunjukkan ke angka tujuh. Berarti siang telah berlalu. Nayara menarik napasnya untuk sesaat kemudian menghelanya dengan cepat. Hal itu tertangkap oleh mata Kendrick."Kamu cape?" tanya Kendrick yang merasa kasihan melihat asistennya. Dia tahu jika Nayara seorang wanita yang baru pertama kali bekerja dan menjalani hal seperti ini. Ditambah memang bekerja dirinya sangat
"Kamu baik-baik saja?" tanya Kendrick yang berubah lagi menjadi tampak berbicara santai dengannya. Nayara segera membalikkan tubuhnya ke arah Kendrick yang berdiri dibelakangnya dengan mengenakan pakaian yang agak berbeda dari sebelumnya.Nayara mengerutkan keningnya, "Bapak ganti baju?" tanya Nayara."Iya, baju tadi kena kotorannya Loli!" jawabnya dengan mata yang menoleh ke sana kemari. Tangannya mencoba terus menerus merapikan pakaiannya.Nayara mengangguk."Sudah siang Pak, kita ke kantor sekarang?" ajak Nayara seraya menyelendangkan tasnya ke bahu.Kendrick menganggukkan kepalanya kemudian berjalan lebih dulu dari Nayara menuju pintu. Ketika dirinya membuka pintu ternyata Athaya sudah berada di luar rumah Kendrick dengan mengenakan pakaian yang berwarna senada dengan Nayara tanpa membuat janji terlebih dahulu."Pak Athaya?!" sapa Nayara yang agak sedikit terkejut akan keberadaan Athaya yang muncul tiba-tiba di depan halaman rumah Kendrick.
Di lorong rumah sakit Kendrick terlihat duduk menunduk dengan raut wajah yang khawatir. Dari arah lain Jennie yang seharusnya berada di kantor mendengar temannya dilarikan ke rumah sakit oleh Kendrick dia segera pergi meninggalkan pekerjaannya dan lebih memilih melihat keadaan Nayara."Pak! Nayara kenapa?" tanya Jennie dengan napas yang tersengal-sengal karena dia berlari dari parkiran mobil hingga kini hadir di depan Kendrick karena hatinya yang begitu khawatir terhadap Nayara.Kendrick mengangkat wajahnya. Dia berdiri membetulkan pakaiannya yang sempat berantakan."Saya belum tahu dia kenapa, dokter masih di dalam," terang Kendrick yang berusaha tak terlihat panik oleh Jennie. Dia baru pertama kali ini merasakan rasa kawatir dan panik yang begitu berlebihan. Sebelumnya tak pernah dan tak pernah sama sekali peduli akan kesusahan orang lain.Jennie menarik napas panjang sembari berdoa di dalam hatinya. Dia berharap jika temannya itu tak terluka atau
Nayara memutuskan untuk pulang saja dari pada harus menginap di rumah sakit. Dia tak mau jika nantinya dijadikan alasan oleh Kendrick untuk dirinya tidak masuk kerja. Dirinya yakin jika kondisi tubuhnya kini sudah membaik. Dan malah lebih baik dari sebelumnya.Sebagai gantinya, Kendrick membuat kesepakatan dengan Nayara. Nayara boleh pulang asalkan dirinya yang mengantarnya hingga rumah. Sebagai ganti rasa bersalahnya sebagai bos yang tak bisa menjaga anak buahnya."Pak, antar nya jangan ke rumah, kita ke kedai orang tua saya saja!" pinta Nayara dengan wajah yang malu-malu dan juga segan.Dia ingin menemui kedua orang tuanya yang sedari tadi sudah panik dan cemas karena diberitahu oleh Jennie akan kejadian di kantor tadi siang."Kedai?" bingung Kendrick."Iya tadi tuh orang tua aku pada panik soalnya dikabarin Jennie kalau aku sakit, aku pingsan.." terang Nayara menjelaskan secara perlahan dengan nada datar."Oh.. Okey!" setuju Kendrick dengan waj
Keesokan harinya Nayara kembali bekerja seperti biasanya. Namun kali ini dia pergi ke rumah Bosnya dengan membawa beberapa bekal kotak makanan yang sengaja dibuatkan oleh Ayahnya untuk Kendrick yang dikiranya sebagai teman sekantor Nayara.Sesampainya di depan pintu rumah ternyata Bayar sudah di sambut oleh Athaya yang sudah berdiri dengan sembari melipat kedua tangannya menatap Nayara dengan tatapan yang serius."Ke-kenapa Pak?" tanya Nayara yang seketika menjadi gugup dan membuat bibirnya menjadi kelu karena sorot mata Athaya padanya."Kau membawa makanan?" tanyanya dengan mata yang menunjuk ke arah kotak makanan yang tersusun lima kebawah dengan dibalut lagi oleh tas khusu makanan agar kehangatan makanan dan juga aroma makanan dapat terjaga dengan baik."I-iya!" jawab Nayara menganggukkan kepalanya yang ikut menoleh sebentar ke arah barang yang dibawanya."Untuk siapa?" tanyanya lagi.Bayar kebingungan menjawab. Dia tak mau membuat Athaya
Di Kantor.Nayara berjalan di belakang Kendrick yang baru saja tiba dengannya. Sepanjang jalan menuju ruang kerjanya, banyak sekali para staf karyawan yang memberikannya hormat dan sapaan selamat pagi walau pun sebenarnya ini sudah terlalu larut untuk dikatakan pagi. Karena jam sudah menunjukan waktu jam sepuluh lebih.“Nay, kamu habis dari mana aja sama Pak Kendrick?” tanya Asti teman satu divisinya yang kursinya tak terlalu jauh dari Nayara.Nayara tak menjawabnya dengan segera dia membutuhkan waktu untuk duduk di bangkunya sejenak.“Ah…” helanya dengan napas panjang.“Aku tidak dari mana-mana,”jawab Nayara seraya menghela napas lagi.Kendrick terduduk di kursi kerjanya dengan pandangan yang lurus ke depan. Bukan pandangannya yang terarah ke layar komputer. Matanya malah fokus ke arahluar di mana dudukn
Nayara masih ada di kantor menatap layar komputernya dengan jari tangan yang menari ke sana kemari di atas papan ketik.Dia sedang mengerjakan tugas yang tadi diperintahkan Kendrick pada dirinya. Itu bukakn semua kesalahan dirinya. Bukan dia maksud untuk menyangkalnya. Namun dia tahu betul file yang terakhir dia buat seperti apa mengenai laporan keuangan yang dia buat minggu lalu.Kendrick keluar dari ruangannya. Dia menemukan yang ada di ruangan itu hanya ada Nayara seorang saja. Padahal hari sudah mulai gelap namun Nayara masih berada di depan layar komputernya.“Kenapa kamu tidak pulang?” tanya Kendrick dengan nada yang datar namun dengan wajah yang menatap ke arah punggung Nayara yang menghadap meja kerjanya.“Saya masih harus menyelesaikan tugas yang Bapak perintahkan atas kesalahan yang saya buat!” katanya dengan nada bicara yang kurang enak didengar di telinga Ken
“Aku akan mengganti waktumu menemaniku di pesta dengan gaji satu bulan kerjamu bagaimana?” kata Kendrick yang akhirnya harus mengeluarkan penawaran yang mungkin tak bisa ditolak oleh Nayara saat ini.Nayara menoleh ke arah Kendrick yang masih memegangi tangannya. Pandangannya seolah kurang jelas mendengarkan dari penawaran dari Kendrick bosnya.Kendrick menganggukkan kepalanya."Kamu akan aku bayar sebanyak satu bulan gajimu bekerja di kantor jika kamu mau menemaniku malam ini di pesta pernikahan temanku!” kata Kedrick yang memperjelas maksudnya dengan raut wajah yang lebih meyakinkan lagi.Nayara mengulum bibirnya ke dalam untuk menahan senyumannya. Dia menjadi sangat bahagia.“Benarkah? Apa tidak akan berubah?”“Sudahlah, ayo pergi!” paksa Kendrick yang langsung menarik Nayara untuk segera keluar dari kantor dan mas
Nayara duduk di sofa dengan helaan napas yang panjang. Dia merasa sedikit lega karena bisa memisahkan diri dari Kendrick juga Yuri.Tangan Nayara langsung merogoh pada saku celananya untuk mengambil ponsel miliknya yang ada di dalam.Dia berusaha menenggelamkan diri untuk tidak merasa bosan selama menunggu Kendrick dan Yuri di dapur sana.Setengah jam berlalu.Nayara baru tersadar jika diri masih berada di ruang tamu sendirian dan belum melihat Kendrick atau pun Yuri keluar dari sana. Dirinya hanya ingin memastikan dan membawa tasnya yang tertinggal di sana untuk diri dapat pergi dari rumah Kendrick sesegera mungkin.Akan tetapi, dirinya harus segera pergi ke kantor untuk melanjutkan pekerjaan yang sudah tertunda dan harus segera dia selesaikan hari itu juga.Alhasil, dirinya hanya bisa mondar-mandir naik turun tangga untuk menuju ke arah dapur."Kamu sedang apa?" tanya Kendrick yang memecahkan lamunan Nayara yang sedang hanyut dalam pikirannya sendiri.Seketika Nayara langsung menghen
Yuri yang baru saja menghidangkan makanan di atas meja makan dia agak sedikit tertegun melihat kemesraan yang dilakukan Kendrick pada Nayara. Sedangkan Nayara sendiri dia agak merasa canggung diperlakukan seperti itu oleh Kendrick. Dia jelas tak biasa bersikap seperti itu pada bosnya. “Maaf aku tak sempat memberitahu pihak kantor karena tadi terlalu khawatir mengetahui keadaan Kendrick yang demam tinggi tadi pagi!” tutur Yuri sambil duduk di kursi, dia berusaha untuk memperlihatkan sikap yang dewasa dan tak kekanakan. Tak cemburu walaupun hatinya saat ini tengah memberontak atas dirinya yang hanya diam saja melihat seseorang yang dia sukai malah mesra dengan wanita lain. Nayara menarik napas. Dia ingin menghilangkan sikap canggungnya di depan Yuri. Dia pun duduk di kursi di samping Kendrick. “Tak masalah! Saya malah harus mengucapkan terima kasih pada Kak Yuri karena telah merawat Kendrick untuk saya!” ujar Nayara dengan senyuman yang membuat Yuri semakin kesal karen
Keesokan harinya.eNayara pergi ke kantor seperti biasanya. Namun ada hal yang baginya berbeda hari ini. Yaitu kehadiran Kendrick yang masih belum dia lihat sejak tadi pagi. Dia pun belum mendapatkan informasi apakah Kendrick akan izin kerja ataupun masuk kantro siang hari ini."Nay kok, hari ini Pak Kendrick belum masuk kerja sih?" tanya salah satu karyawan yang merasa heran akan bosnya yang tak biasa absen dalam kerja masuk kantor."Gak tahu juga, soalnya aku belum ada konfirmasi dari Pak Kendricknya. Ponselnya gak aktif!" jawab Nayara yang merasa masih belum bisa memberikan jawaban pasti padanya.Hingga waktu berselang dua jam dari jam masuk kantor Kendrick masih belum juga masuk kantor. Hal itu membuat Nayara menjadi kebingungan dan juga ada sedikit rasa khawatir di pikirannya akan Kendrick bosnya.Dia pun sudah berulangkali menghubungi ponsel Kendrick namun tetap saja tak ada jawaban dari sana.Maka hal yang terakhir bisa dia lakukan adalah dengan
“Nayara!” Kendrick dari arah belakang memanggil Nayara yang sedang berjalan ke arahnya. Ternyata tak hanya Nayara saja yang menoleh ke arah panggilan Kendrick namun Yuri yang ada di samping Nayara dia juga ikut menoleh ke suara yang sudah sangat dia kenal dan tak asing lagi di telinganya.“Kendrick!” sapa Yuri yang langsung mendahului Nayara yang baru saja hendak menghampiri Kendrick namun langsung di susul oleh Yuri. Sontak Nayara langsung menghentikan langkah kakinya dengan tatapan wajah yang agak sedikit kecewa.Yuri mengembangkan senyumannya sangat indah ke arah Kendrick yang tersenyum padanya. Ramah seperti biasa ketika keduanya saling bertemu.“Heum,” Kendrick hanya berdeham padanya dan dia terus berjalan melalui Yuri yang berharap jika Kendrick akan datang pada dirinya. Kendrick malah datang untuk menghampiri Nayara yang dibuatnya terkejut.“Kau ke man
Nayara berbisik ke telinga Kendrick dengan perlahan nan ragu. “Pak, saya ingin ke toilet!" bisiknya dengan wajah yang meringis karena sudah tak tahan menahannya sejak keluar mobil tadi. Kendrick berdehem untuk mengalihkan kekesalannya dan merubahnya menjadi senyuman yang terlihat seperti tengah tersenyum ke arah Nayara. "Kamu ini disaat seperti ini malah ke toilet!” gumamnya dengan tekanan nada yang kesal dan juga mata yang diam-diam memelototi Nayara yang hanya bisa senyum-senyum merasa bersalah padanya. “Maafkan aku, aku janji hanya sebentar. Sekalian aku ingin memperbaiki riasan wajahku!” mohon Nayara yang kini memegangi lengan Kendrick dan memperlihatkan jika dirinya betulan ingin segera pergi ke toilet. Kendrick menghela napas panjangnya dengan wajah yang pasrah. “Ya, sudahlah! Tapi cepatlah kembali padaku!” ujarnya yang akhirnya mau melepask
Nayara dan Kendrick berjalan memasuki gedung acara pernikahan dengan langkah kaki yang sangat elega nan tenang layaknya sepasang terpadu kasih. Kini giliran di dalam gedung untuk kedua kalinya puluhan pasang mata hanya tertuju pada mereka berdua. Namun untuk kali ini Nayara tak terlalu canggung apalagi kaku karena Kendrick telah mengajarinya untuk tetap tenang di dalam pusat perhatian orang banyak dan tetap menampilkan senyuman yang cantiknya. “Wah, Kendrick ternyata kau benar datang?!” seru seseorang yang keluar dari kerumunan dan berjalan menuju ke arahnya sambil memegangi gelas yang masih berisi air berwarna merah di dalamnya. Mungkin pemiliknya hanya baru meminumnya beberapa kali teguk saja. Kendrick segera berbisik ke telinga Nayara sambil berpura-pura tersenyum ke arah orang yang sedang dalam perjalanan menuju ke arahnya. “Dia adalah Keanu, teman satu sekolahku di Amerika. Dia adalah pr
Cukup membutuhkan waktu satu jam saja untuk membuat riasan di wajah Nayara. Usai itu dirinya diantar ke luar ruangan untuk menemui Kendrick yang sedang menunggunya di depan. “Bagaimana Tuan?” tanya seorang pelayan yang sangat ahli di bidang tata rias. Kendrick menganggukan kepalanya dan juga mengacungkan jempolnya yang menandakan jika dirinya suka dengan apa yang menempel di tubuh Nayara saat ini. “Ayo kita segera pergi!” ajak Kendrick yang menengadahkan telapak tangannya untuk digenggam oleh Nayara agar dapat jalan bersama menuju mobil. Nayara mengernyitkan keningnya. Dia memandang ke arah Kendrick dengan tatapan heran. Ini bukan Kendrick yang biasanya. “Ayolah, kau harus berpura-pura menjadi kekasihku satu malam ini demi uang yang sebesar gaji satu bulanmu itu,” goda Kendrik yang membisiki di telinga Nayara. Aroma tubuh Nayara terhirup menelusuk
“Aku akan mengganti waktumu menemaniku di pesta dengan gaji satu bulan kerjamu bagaimana?” kata Kendrick yang akhirnya harus mengeluarkan penawaran yang mungkin tak bisa ditolak oleh Nayara saat ini.Nayara menoleh ke arah Kendrick yang masih memegangi tangannya. Pandangannya seolah kurang jelas mendengarkan dari penawaran dari Kendrick bosnya.Kendrick menganggukkan kepalanya."Kamu akan aku bayar sebanyak satu bulan gajimu bekerja di kantor jika kamu mau menemaniku malam ini di pesta pernikahan temanku!” kata Kedrick yang memperjelas maksudnya dengan raut wajah yang lebih meyakinkan lagi.Nayara mengulum bibirnya ke dalam untuk menahan senyumannya. Dia menjadi sangat bahagia.“Benarkah? Apa tidak akan berubah?”“Sudahlah, ayo pergi!” paksa Kendrick yang langsung menarik Nayara untuk segera keluar dari kantor dan mas
Nayara masih ada di kantor menatap layar komputernya dengan jari tangan yang menari ke sana kemari di atas papan ketik.Dia sedang mengerjakan tugas yang tadi diperintahkan Kendrick pada dirinya. Itu bukakn semua kesalahan dirinya. Bukan dia maksud untuk menyangkalnya. Namun dia tahu betul file yang terakhir dia buat seperti apa mengenai laporan keuangan yang dia buat minggu lalu.Kendrick keluar dari ruangannya. Dia menemukan yang ada di ruangan itu hanya ada Nayara seorang saja. Padahal hari sudah mulai gelap namun Nayara masih berada di depan layar komputernya.“Kenapa kamu tidak pulang?” tanya Kendrick dengan nada yang datar namun dengan wajah yang menatap ke arah punggung Nayara yang menghadap meja kerjanya.“Saya masih harus menyelesaikan tugas yang Bapak perintahkan atas kesalahan yang saya buat!” katanya dengan nada bicara yang kurang enak didengar di telinga Ken