Abby memasang raut wajah sedih dan bertanya pada Tina, “Apa aku ada salah dan menyinggung kamu?”“Hmm!” Tina menganggukkan kepala.Tina sama sekali tidak berusaha menyembunyikan apa pun dari Abby, “Semua hal yang dilakukan perempuan yang pura-pura polos seperti kamu buat aku merasa kesal.”Abby, “....”Wajah Abby seketika menjadi muram. Tina masih menatapnya dengan matanya yang berkilau dan berkata tanpa sungkan-sungkan, “Karena kamu sudah dengar pembicaraanku barusan, lebih baik aku langsung beritahu kamu saja. Aku minta seniorku datang ke sini.”Tina menambahkan, “Dia mahasiswa terbaik Fakultas Kedokteran St. Peter University. Sekarang dia melakukan penelitian dan pengobatan tumor. Selain itu, dia sudah menyembuhkan banyak pasien kanker.”Tina merasa bangga ketika membicarakan seniornya itu. Dia pun berkata pada Abby, “Seniorku pasti bisa sembuhkan penyakit mamaku. Kakakku nggak suka sama kamu. Begitu mamaku sembuh, kakakku nggak akan mau perempuan munafik seperti kamu jadi istrinya
Tengah malam.Ada sebuah kapal pesiar yang berlabuh di pelabuhan tidak terlalu jauh dari vila tepi pantai. Kapal itu adalah kapal pesiar pribadi milik Jerry.Tina membawa Bella ke ke kapal pesiar itu. Begitu melihat Jerry, Tina langsung berkata sambil tersenyum, “Misi selesai dengan sukses. Aku sudah bawa Kak Bella ke sini.”“Terima kasih,” kata Jerry.Kalau Bella tidak perlu dikatakan lagi. Dia sungguh berterima kasih kepada Tina.Tina tersenyum padanya, “Kak Bella, kamu nggak usah sungkan-sungkan sama aku. Aku merasa kakakku yang salah. Selain itu, aku suka Kak Bella. Sudah seharusnya aku bantu kamu.”Ketiga orang itu mengobrol sebentar, lalu Tina berkata, “Sudah, kalian cepat pergi.”Setelah Tina mengucapkan selamat tinggal pada kedua orang itu, dia pun pergi. Tina turun dari lantai dua ke lantai pertama kapal, lalu berjalan ke geladak kapal. Tepat ketika dia hendak meninggalkan kapal pesiar itu, sosok hitam di belakangnya mendekat.Tina mendengar suara langkah kaki di belakangnya.
Bella terus bertahan, tidak pernah sekali pun dia ingin menyerah. Dia mengerahkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk berdiri dan melompat dengan kaki kirinya. Dia terus berjalan di tengah api yang berkobar.Karena sekarang mereka berada di atas latu, angin laut bertiup yang membuat api berkobar dengan semakin cepat dan besar. Bella merasa sangat tidak nyaman saat asap hitam menyapu dirinya, terkadang asap itu membuatnya tersedak. Untungnya, ini bukan ruang tertutup.Bella akhirnya berhasil sampai di kokpit. Dia mendengar suara Jerry yang juga terkunci di dalam kabin kokpit. Pria itu masih berusaha mendobrak pintu besi itu.Pada saat ini, Jerry sudah panik setengah mati. Dia mengkhawatirkan Bella. Demi keluar dari kokpit yang terkunci, Jerry menghantam pintu yang berat itu berulang kali dengan tubuhnya.Karena tubuhnya menghantam pintu terlalu keras, Jerry mengalami luka dalam dan muntah darah. Tangan besarnya yang menarik kuat pegangan pintu juga sudah terluka.“Jerry!”Tiba-tiba Jer
Viola ingin menghentikan Alex.“Alex, lepaskan adikmu. Dia sudah terluka begini, masa kamu nggak lihat?”Akan tetapi, Alex sama sekali tidak mendengar perkataan ibunya. Tanpa menunggu Viola selesai bicara, sosok Alex yang tinggi sudah pergi bersama Tina dan menghilang dari pandangan Viola.Viola sangat marah, Abby pun segera berjalan mendekat dan menghiburnya, “Ma, jangan marah. Alex terlalu khawatir. Bagaimanapun, Bella mungkin sudah mati.”“Huh!” Viola mendengus sinis, “Baguslah kalau sudah mati.”Kalau Bella sudah mati, maka perempuan itu tidak akan bisa mengganggu putranya lagi. Setelah menemani Viola mengobrol sebentar, Abby kembali ke kamarnya. Dia menutup pintu dan segera menghubungi nomor telepon Tracy.“Kamu sudah selesaikan masalah itu?” tanya Abby dengan dingin.“Sudah!” jawab Tracy. Dia pun berkata pada Abby dengan sedikit ketakutan, “Aku sudah bakar mereka bertiga seperti yang kamu suruh.”“Kamu yakin?”“Iya.”Tracy menceritakan semua yang dia lakukan tadi malam dengan de
Malam ini, kilat menyambar, petir menggelegar. Di luar, hujan lebat mengguyur seluruh kota.Keesokan harinya, jam dinding menunjukkan hampir pukul sepuluh. Alex membuka mata dan bangun dari tidurnya. Dia seketika merasakan ada seseorang di sampingnya.Begitu melihat wajah kecil yang lembut dan cantik itu, Alex merasa sangat gembira. Itu Bella, perempuan itu benar-benar telah kembali ke sisinya.Ada ingatan samar-samar tentang tadi malam di kepala Alex. Rasanya seperti mimpi, tapi juga terasa nyata. Dia mimpi Bella telah kembali. Dia mimpi Bella mencium bibirnya dengan menggebu-gebu. Mereka tenggelam ke dalam hasrat seperti malam-malam sebelumnya yang tak terhitung jumlahnya.“Alex.”Abby membuka matanya dan bangun. Pada saat menyadari kalau Alex sedang menatapnya, dia pun membalas dengan tatapan penuh cinta dan wajah yang memerah.Namun, Alex spontan mengerutkan keningnya. Dia langsung mengenali kalau perempuan itu Abby.“Kok kamu?” tanya Alex dengan suara dingin, bahkan seluruh tubuhn
Abby berkata setelah melakukan pertimbangan, “Apa mungkin Mama sudah sembuh setelah diobati dokter pengobatan tradisional itu? Makanya hasil pemeriksaannya Mama nggak mengidap kanker hati?”“Nggak usah banyak omong kosong,” tukas Tina. “Abby, dalam beberapa bulan terakhir, kamu yang temani mamaku setiap hari. Selain itu, bukan hanya satu kali kamu temani mamaku ke rumah sakit. Waktu aku bilang aku mau minta seniorku datang, kamu juga ingin hentikan aku. Huh!”Tina tertawa sinis. Dia memelototi Abby dengan marah, “Sekarang kamu bilang kamu nggak tahu apa-apa, berarti kamu benar-benar nggak tahu apa-apa? Kamu sungguh mengira semua orang begitu bodoh?”Abby, “....”Abby masih ingin berdalih. Namun, Alex ingat ibunya pernah pingsan dan dirawat di rumah sakit. Saat itu Alex ingin melakukan memeriksa kesehatan ibunya secara lebih detail. Akan tetapi, Abby menghentikannya.Sekarang Tina pun berkata dengan sangat marah, “Abby, kenapa mulut busukmu itu begitu pandai berdalih? Kamu masih nggak m
Abby mengulurkan tangan dan menarik celana Alex. Dia menatap pria itu dengan wajah berlinang air mata, lalu berkata, “Alex, kita sudah adakan resepsi pernikahan. Semua keluarga kaya di Kota Yongum dan Kota Yules tahu kalau kita sudah menikah. Di mata semua orang, aku sudah jadi istrimu. Kamu nggak boleh usir aku, nggak boleh buang aku begitu saja.”Tina mengerutkan kening. Tanpa menunggu Alex bicara, dia sudah tidak bisa menahan diri untuk tetap diam, “Kenapa kamu begitu nggak tahu malu, sih? Kamu nggak hanya munafik, tapi juga koyo yang sekali ditempel nggak bisa dilepas?”Usai bertanya, Tina langsung menatap ke arah Alex dan berkata, “Kak, koyo kayak dia, sekalipun nggak bisa dilepas, kamu tetap harus lepaskan. Kalau nggak, rasanya menjijikkan banget.”Wajah Abby menjadi muram. Dia pura-pura tidak mendengar perkataan Tina. Dia berlutut lagi dan merangkak ke arah Viola. Dia pun memohon sambil menangis, “Ma, aku mohon. Karena aku selama ini selalu patuh dan pengertian, tolong maafkan a
Secara naluriah Viola ingin memarahi Tina, bisa-bisanya Tina berbicara seperti itu padanya. Viola adalah seorang ibu, semua yang dia lakukan tentu saja demi anak-anaknya. Dia melakukan itu demi kebaikan Alex.Akan tetapi, Viola memikirkan belakangan ini Alex memang tidak bahagia. Setelah apa yang terjadi pada Bella, Alex seperti kehilangan jiwanya.“Huh.” Viola menghela napas panjang. Dia pun mengalah.“Lupakan saja, Mama nggak akan atur-atur kalian lagi. Mulai sekarang terserah kalian mau bagaimana dalam hal hubungan. Aku nggak akan bertanya-tanya lagi.”***Pada akhirnya, Alex mengakhiri semuanya dengan Abby. Dia mengusir Abby keluar dari vila. Dia juga melarang Abby muncul di Kota Yongum dan di depannya lagi.Selain itu, Alex juga mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan bahwa dia tidak memiliki hubungan apa pun dengan Abby. Dia hanya pura-pura menikah dengan Abby karena ibunya sedang sakit. Abby kembali ke Kota Yules sambil menangis. Setelah Kayne mengetahui segalanya, dia segera