Setelah masuk ke dalam kamar, Tracy menutup pintu. Begitu pintu tertutup, kedua matanya seketika memerah.“Abby, coba Mama lihat. Bagian mana lagi yang terluka?” tanya Tracy.“Aku baik-baik saja.”Abby menolak perhatian Tracy dengan sikap dingin. Dia menatap Tracy dan berkata, “Dengar baik-baik, kamu hanya boleh panggil aku Non Abby, jangan bilang kalau kamu mamaku. Selain itu, cepat keluar dari pekerjaan ini.”Abby ingat dengan jelas lebih dari siapa pun kalau wajahnya mirip dengan wajah Tracy sebelum dia melakukan operasi plastik. Dulu Abby tidak merasa mirip. Namun setelah mengetahui kalau Tracy adalah ibu kandungnya, Abby baru menyadari hal ini.Abby sangat khawatir kehadiran Tracy akan membuat Kayne dan istrinya menemukan sesuatu yang janggal. Pada saat itu, bukankah semuanya akan berakhir?Raut wajah Tracy seketika membeku. Dia tampak bingung, juga terlihat sangat sedih, “Abby, aku hanya ingin lebih dekat denganmu dan jaga kamu baik-baik. Aku nggak akan panggil kamu Abby lagi, ok
Dokter tersenyum lembut sambil menggelengkan kepalanya lalu berkata, “Benar, sekarang usia kandungan Ibu sudah hampir 2 bulan.”Apa yang sempat dikatakan tentang Bella yang sulit untuk hamil lagi memang benar adanya. Namun ....“Sulit untuk hamil lagi bukan berarti tubuh Ibu tidak subur.”“Buktinya sekarang Ibu hamil, kan?”Air mata langsung terjatuh membasahi pipinya. Kemudian dia memegang perutnya yang masih rata dan berusaha merasakan janin yang ada di dalam perutnya. Dokter langsung pergi setelah selesai memeriksa kondisi Bella dan menjelaskan beberapa hal.“Jerry, aku hamil! Tadi dokter bilang kalau aku hamil,” ujar Bella dengan mata berkaca-kaca. Bella pernah terluka karena Freya sampai lidahnya cedera. Jerry adalah orang pertama yang menemukan Bella setelah dia mengalami keguguran. Dialah sosok yang selalu menemani Bella untuk berobat. Dia juga menyaksikan bagaimana tertekannya Bella karena kehilangan anak dalam kandungannya. Oleh karena itu, Jerry sangat gembira setelah men
Jerry hanya bisa diam seribu kata. Ada sinar penuh rasa bingung dan keraguan dalam matanya. Lima tahun sudah berlalu sejak kecelakaan itu. Namun, sampai saat ini kekasihnya masih juga menghilang entah ke mana. Apa mungkin Jerry bisa menemukan perempuan itu?Namun, keraguan di matanya tiba-tiba menghilang dalam sekejap mata dan berganti dengan sinar penuh tekad. Dia pasti akan menemukan perempuan itu!Dirinya yang sekarang bukanlah dirinya yang dahulu yang masih belum memiliki kekuatan yang memadai untuk menemukan kekasihnya. Sebelumnya dia tidak memiliki tenaga yang cukup setelah memasuki dunia hiburan. Namun, sekarang dia jauh lebih baik karena orang-orang beranggapan kalau dirinya sudah mati sejak agennya mengumumkan dirinya pensiun dari dunia hiburan. Dia sudah memiliki uang, waktu dan kekuatan yang lebih banyak dari 5 tahun yang lalu. Jadi, sekaranglah saatnya bagi dirinya untuk mencari belahan jiwanya. Dia pasti akan menemukannya!*** Di tenangnya malam ini.Bella terus terjaga
“Wajar kok kalau kamu belum bisa suka sama aku dan mau nolak aku,” ujar Bryan sambil menatap Bella dengan matanya yang tersembunyi di balik kacamata. “Sekarang kita jadi teman, ya. Aku yakin lama-kelamaan kamu pasti akan suka sama aku setelah melihat semua kerja kerasku untuk mendapatkanmu.”“Aku akan menyerah kok kalau kamu nggak juga luluh setelah berusaha sekuat tenagaku. Mungkin memang pada dasarnya aku kurang baik,” tambah Bryan.Mereka akan bersikap biasa dan membiarkan semua ini mengalir begitu saja.Sekarang ....Bryan menatap Bella dengan tatapan matanya yang dalam lalu berkata, “Karena sekarang kita sudah berteman, jadi aku nggak mau kamu bersikap terlalu sopan dan canggung sama aku. Kamu bukan lagi pegawai di perusahaanku, jadi kamu nggak perlu panggil aku dengan sebutan Pak Bryan.”“Sekarang panggil saja aku Bryan. Keluarga dan teman-temanku biasa manggil aku begitu.”Bella sempat terdiam selama beberapa saat. Dia tidak terbiasa dengan keadaan seperti ini. Namun, setelah m
Bella bertanya dengan gugup, “Bryan, aku nggak bisa berakting. Gimana kalau nanti ayahmu tanya kapan kita pacaran dan tentang masalah anak yang ada di perutku ini? Aku nggak tahu harus jawab apa nantinya. Gimana kalau nanti jawabanku salah. Selain itu ….”Bryan menatap Bella lembut lalu berkata, “Sudah, tenang saja. Ayahku itu gampang dibodohi dan enak juga diajak bicara. Pokoknya kamu tenang saja. Serahkan semuanya padaku.”Mobil mereka terus melaju sampai tiba di kediaman keluarga Richter.Keluarga Richter adalah sebuah keluarga terkenal yang sudah ada sejak 100 tahun yang lalu di Frazo. Pada masa awal kejayaannya, keluarga Richter bisa dikatakan merupakan sebuah keluarga yang menguasai perekonomian di Frazo. Bahkan mereka dianggap sebagai simbol dari Frazo. Namun, seiring berjalannya waktu kekuatan mereka mulai melemah dikarenakan keturunan mereka yang kurang cakap dalam meneruskan bisnis keluarga. Namun, tidak lama kemudian keluarga Richter berhasil memiliki penerus yang cukup ca
Odin berdiri di depan rumahnya dengan wajah enggan melepas kepergian anak dan calon menantunya. “Bella, kamu boleh kok kalau mau sering main ke sini,” ujar Odin lembut. Odin adalah seorang ayah yang baik, tapi juga keras kepala. Dia sudah berusia 70 tahun yang terhitung sudah senja, jadi wajar saja kalau dia memiliki keinginan untuk dikelilingi oleh cucu di sisa hidupnya. Namun, sebenarnya dia lebih ingin hidup dengan ditemani oleh anak-anaknya. “Iya,” jawab Bella terpaksa. Bella akhirnya tinggal di rumah pribadi milik Bryan selama masa kehamilannya. Sampai akhirnya dia dan Bryan Kembali mengunjungi Odin ketika usia kandungan Bella sudah menginjak 5 bulan. Terjadi kesalahpahaman yang cukup mendalam di antara Bryan dan Odin ketika Bella dan Bryan datang mengunjungi laki-laki tua itu. Bryan tidak ingin berdebat dengan Odin karena usia Odin yang jauh lebih tua darinya. Namun, karena hal itulah kesalahpahaman di antara mereka tidak juga mereda. Perselisihan di antara ayah dan anak itu
Namun, masalahnya keluarga Nodum tidak menyetujui hubungan Jerry dan Ally. Karena hal inilah Ally akhirnya berselisih dengan keluarganya sendiri sampai menimbulkan kecelakaan bagi Ally. Jerry yakin, dirinya pasti tidak akan pernah lagi bisa bertemu dengan Ally kalau saja keluarga Nodum membawa Ally pergi dari desa itu. Dia tidak peduli jika ada yang menyebutnya egois. Namun, hal terpenting baginya saat ini adalah dia ingin melindungi dan terus menemani Ally. Dia ingin memulihkan ingatan Ally terlebih dahulu. Masalah lainnya bisa dibicarakan setelah Ally mendapatkan kembali ingatannya. “Memangnya apa yang bisa aku lakukan buat bantu kamu?” tanya Bella bingung. “Kamu dan Ally kan punya perawakan yang sama. Bahkan ada banyak orang yang bilang kalau kalian itu kembar,” jawab Jerry. Jadi, dia ingin Bella membantunya untuk berpura-pura menjadi saudara kembar Ally. Dengan begitu, Jerry bisa membawa Ally ke Frazo. Bella langsung mengerutkan keningnya setelah mendengar ide Jerry. Bukanka
Sopir terkejut dengan perintah Alex yang sangat tiba-tiba. Dia pun langsung menginjak pedal rem dengan cepat. Alex bergegas keluar dari mobil dan melihat ke arah perempuan yang tadi dia sempat lihat. “Huh,” Alex tersenyum pahit ketika tidak menemukan sosok yang dilihatnya tadi.Sepertinya laki-laki ini sudah sangat sering berdelusi seakan melihat sosok yang dikenalnya itu. Namun, ternyata sosok itu tidak pernah lagi muncul di hadapannya. Mungkin semua ini terjadi karena dia terlalu merindukan perempuan itu. Alex akhirnya kembali masuk ke dalam mobil dengan wajah kecewa dan sedih lalu berkata, “Ayo, jalan lagi!”Sopir langsung mengemudikan mobil itu kembali tanpa berani banyak bertanya. Di sisi lain, Jerry, Ally dan Bella berjalan keluar dari kedai milk tea sambil membawa segelas susu hangat di tangan mereka setelah mobil Alex pergi. Jerry menjaga kedua perempuan itu sambil terus menatap Ally dengan penuh cinta dan kasih sayang. Mereka bertiga meninggalkan kedai milk tea dan kemba
Ally tertawa, kaget dengan tanggapan Abby. "Kenapa nggak mau tes DNA kalau kamu yakin aku bukan kakakmu, penipu?" tanya Ally. Abby terdiam, wajahnya merah padam. Dia hanya bisa menatap dengan marah, balik berkata, "Nggak perlu. Buat aku sudah jelas, kamu bukan kakakku!" Abby tampak ingin menambahkan sesuatu lagi, tetapi terhenti.Pada saat itu, Sabrina, yang sedang berbaring di rumah sakit, menyela dengan nada tidak senang, "Abby, ada apa dengan kamu? Dia memang Ally, anak Mama. Mama nggak mungkin salah mengenalinya!" Sabrina menambahkan, "Seharusnya kamu senang kakakmu pulang. Kenapa kamu malah bersikap seperti ini?"Dalam situasi tersebut, Kayne, sebagai kepala keluarga, dengan tatapan tajam dan nada keras memperingatkan Abby, "Sudah cukup, Abby! Atau jika tidak, Papa usir kamu!” Dengan pulangnya Ally, kondisi Sabrina tampak membaik. Dia juga tampak semakin bersemangat. Sabrina meminta Kayne untuk segera membawa dirinya pulang dari rumah sakit untuk berkumpul dengan putrinya.Di
Jari-jari Sabrina bergerak-gerak. Kelopak matanya bergetar menunjukkan ia berjuang untuk terjaga. Ally memperhatikan ini. Kayne juga melihat perubahan tersebut dan dengan perasaan haru mendekati Sabrina, sambil terbata berkata, "Sabrina, kamu sadar, ‘kan?" Dengan kegirangan dia menambahkan, "Ayo, buka mata dan lihat, anak kita sudah pulang!"Sabrina perlahan membuka matanya dan saat melihat Ally, air matanya langsung mengalir. Dengan suara lemah yang penuh dengan kebahagiaan yang tak tersembunyikan, ia bertanya, "Ally, itu kamu?" "Apa anakku sudah pulang? Atau ini cuma mimpi?" Ally menggeleng, menahan air mata dan menjawab, "Ini nyata, Mama. Aku sudah pulang, anakmu Ally ada di sini!" Sabrina mulai menangis, air matanya mengalir deras. "Ally, Mama tahu kamu belum meninggal!" ucapnya. "Sejak kecelakaanmu, Mama selalu berusaha menahan tangis karena aku merasa kamu masih hidup!" Sabrina menyembunyikan tangisnya selama ini, menangis diam-diam agar tidak terdengar. Dia membasahi ban
Alex merasa sangat sakit hati ketika melihat Ally bersama Jerry. Bayangan Ally yang bermesraan dengan Jerry di kantor terus menghantui pikirannya. “Uhuk!”Alex tiba-tiba terbatuk darah karena rasa sakit yang tak tertahankan.Sementara itu, Jerry membawa Ally kembali ke rumah keluarga Nodum di Kota Yules. Ally merasa aneh ketika melihat rumah yang asing namun terasa akrab. Hatinya bergejolak dengan rasa sakit yang halus di dadanya.Jerry memegang tangan Ally dan berkata, "Ini rumahmu. Meskipun orang tuamu nggak setuju kita bersama, tapi mereka sangat menyayangimu. Tapi, jauhi adikmu, Abby." Jerry mencurigai Abby bertanggung jawab atas kecelakaan Ally. Saat Ally kecelakaan, hanya Jerry dan Abby yang ada di lokasi kejadian. Mengiyakan, Ally hendak merespon ketika seorang pelayan di vila itu melihatnya dari kejauhan dan terkejut. Pelayan tersebut, Bi Jum, yang telah merawatnya sejak kecil, segera mendekati dan dengan mata berkaca-kaca serta tangan gemetar, memegang tangan Ally, "Ini No
Benny memberikan pandangan tajam. Pada saat itu, aura yang ia pancarkan dan kata-katanya tentang menampar Abby sama sekali bukan candaan. Abby jelas kesal.Dia menegur Benny, "Heh, kamu harus ngerti. Aku yang seharusnya kamu panggil Kakak!"Benny mengernyit, bingung. "Maksudmu apa?"Ia menoleh mencari penjelasan dari Tracy, "Mama, apa maksudnya?"Di dalam benak Benny, ia tahu Mamanya tidak pernah akrab dengan Bella sang Kakak, tapi selalu bersikap lembut kepada Abby. Semua yang terdengar dalam pertengkaran itu membuat Benny berspekulasi ….Benny tak percaya pada pikirannya sendiri, dia bertanya pada Tracy, "Mama, apa yang sebenarnya terjadi di sini? Benar dia anak kandung Mama?"Sebelum Tracy menjawab, Benny buru-buru menyatakan, "Meski itu benar, aku nggak mau ngakui dia jadi kakakku! Aku hanya punya satu Kakak, dan itu Bella! Nggak ada yang lain yang pantas mendapat gelar itu dari aku!"Tracy menghela napas, lalu menjelaskan langkah demi langkah, "Abby sangat menyayangi Mama dan ingi
Matanya menatap Abby dengan ejekan, "Kalau memang begitu, kenapa kamu kelihatan ketakutan akan kemungkinan aku muncul lagi di hadapan lelaki itu?""Bahkan empat tahun lalu Alex sudah jelas-jelas bilang betapa dia merasa muak saat lihat kamu, loh. Kayaknya nggak mungkin dia akan menjadikan kamu istrinya!"Sudut bibir Bella membentuk sebuah senyum sinis. Ia memandang Abby dan berkata, "Jadi, apa dia sekarang sudah jadi suamimu? Hanya karena kejadian malam itu ketika dia mabuk dan menidurimu, apa itu membuat Alex jadi menikahimu?"Rasa marah terpancar dari wajah Abby, seolah-olah dia ingin memuntahkan darah.Abby melontarkan sumpah serapah, "Wanita rendahan, nggak tahu malu! Semua ini karena ulahmu, kalau tidak, aku dan Alex nggak akan berakhir seperti ini!"Bella mengernyit, berpikir, sepertinya dia sudah terlalu sabar menghadapi cemoohan Abby yang tiada henti.Setelah merenung sejenak, Bella menegaskan wajahnya dan tanpa peringatan, tangannya bergerak cepat, "PLAK!" - sebuah tamparan me
Tracy dengan panik mendekati Abby, "Non, nggak apa-apa? Luka, nggak?""Tenang saja, aku nggak apa-apa," jawab Abby.Dengan tatapan yang intens, Abby berkata kepada Tracy, "Bantu aku! Wanita itu harus kita habisi!"Tracy terdiam, suaranya pelan, "Jangan, lah. Ini rumahku. Kalau dia mati di sini dan ketahuan polisi, kita berabe ....""Takut apa, sih?" potong Abby dengan mata yang bersinar tajam, "Dia nggak boleh hidup melewati hari ini!"Dengan mata yang terbakar kemarahan, Abby bangkit dan sekali lagi meraih pisau buahnya, berlari ke arah Bella.Pada saat itu juga, Benny menyadari ada kegaduhan dari luar. Ia bergegas membuka pintu dan terkejut melihat Abby bersenjatakan pisau hendak menyerang Bella."Berhenti! Jangan sakiti Kakak!" Benny berteriak sambil melindungi Bella.Tracy berteriak panik, "Non, berhenti! Jangan sampai Benny terluka!"Abby menatap Benny, "Minggir!"Namun, Benny tetap teguh di tempatnya.Dia bersikeras tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti kakaknya.Dalam ketega
Bella bertanya, "Bukannya Mama yang kasih tahu Abby tentang rencanaku untuk pergi, bantu dia untuk membunuhku?""Gimana mungkin dia kasih Mama begitu banyak uang kalau bukan karena itu?"Tracy diam. Dia sama sekali tidak bisa menjelaskan mengapa Abby memberinya begitu banyak uang. Dia juga tidak ingin menjelaskan!Karena, dibandingkan dengan membuka kebenaran terbesar yang Tracy sembunyikan, lebih baik Bella mengira bahwa semua yang dia lakukan hanyalah demi uang."Terserah apa yang kamu pikir!"Tracy tak peduli, tapi dengan tegas berkata, "Apa yang nggak pernah aku lakukan, ya itu memang nggak pernah aku lakukan!"Hati Bella membeku. Dia merasa seperti berada di dalam gua es dan tubuhnya terendam dalam air es. Begitu dingin hingga tubuhnya menggigil, hatinya seolah-olah juga membeku."Mama menjualku sekali, mencoba membunuhku sekali.""Aku ini anak yang Mama lahirkan, yang Mama besarkan dari kecil, ‘kan?""Tapi sejak aku masih sangat kecil, Mama nggak pernah kayak ibu dari teman-teman
Hari itu, Bella merasa terhimpit dengan pertanyaan yang tidak bisa dia jawab. Bagaimana dia bisa menjelaskan kepada Benny tentang kejadian-kejadian yang telah dilaluinya? Bagaimana cara mengatakan padanya bahwa ia tidak pernah pulang, dan alasannya mereka tidak pernah bisa dihubungi selama bertahun-tahun.Namun, sebelum Bella bisa berkata apa-apa, Benny dengan cepat menyela, "Ah, sudah lah. Nggak perlu diungkit lagi. Pasti ada alasan kuat kenapa kakak nggak bisa pulang. Yang penting sekarang kakak masih hidup dan sehat, itu sudah lebih dari cukup!"Benny kemudian membawa Bella ke rumah baru yang Tracy beli di suatu kawasan elit. Bella hanya bisa mengerutkan kening saat melihat betapa mewah dan lengkapnya rumah tersebut. "Mama sekarang di mana?" tanyanya penasaran. "Kok bisa Mama mendadak kaya dan memiliki rumah semewah ini? Dia ...?"Bella menduga bahwa Tracy mungkin telah bertemu dengan seorang pria kaya raya, yang membuatnya bisa hidup dalam kemewahan. Tapi kenyataannya lain. "Mama
Abby meraih majalah yang dipegang Sabrina dengan mata terbelalak, "Itu Bella! Mustahil dia kakakku!"Tracy terlihat terkejut saat dia memperhatikan lebih dekat gadis yang tercetak di majalah di tangan Sabrina. "Bella!" ucapnya.Memanfaatkan momen tersebut, Abby berkata kepada orang tuanya, "Kalian mendengar itu, ‘kan?" Dia bergegas menyampaikan argumennya, "Perempuan di majalah ini bukan kakakku. Mustahil dia kakakku!"Namun, di lubuk hati Kayne dan Sabrina, mereka yakin bahwa gadis di majalah itu adalah Ally, putri mereka yang telah lama menghilang. "Abby, cukup berhenti bertingkah konyol!" Kayne berkata dengan tegas, mengingatkan Abby, "Itu adalah kakakmu, Papa dan Mama nggak mungkin salah."Abby menolak, "Tapi, dia bukan kakakku!" Abby berusaha keras untuk menyangkal bahwa sosok di majalah itu adalah Ally, berupaya menghalangi orang tuanya untuk bertemu dengan wanita bernama Zoe di majalah tersebut. "Pa, Ma, kalian nggak ingat? Bella itu mirip kakak, bahkan mirip dengan aku juga .