“E-nggak, cuma takut ada nomor lain yang menghubungi karena hal penting. Lagian, nomor Mas Kaisar uda aku blokir, kalau nggak percaya, cek aja.”“Percaya sih, hanya … yakin nggak menghubungi kamu lewat nomor lain? Kayaknya juga yang chat kami ini nomer dia, hanya pake nama adiknya.”Arin hendak mengambil ponsel yang berada di dalam genggaman Indah, tetapi Sekar segera mengambilnya.“Eits, nggak semudah itu, Tuan Putri Arinda Wulandari. Kita-kita nggak mau kena omel mertuamu. dah, diem aja. Hp ini kami sita sampai lusa,” ucap Sekar.Arin merasa sedikit kesal karena dikerjai Sekar dan memilih keluar kamar untuk membantu para rewang di rumahnya. Meskipun memakai jasa WO, keluarganya cukup sibuk menyiapkan banyak hal. Memasak juga mereka lakukan untuk menyambut keluarga yang datang dari jauh dan para saudara yang menginap. Catering dari WO hanya akan menyiapkan semua keperluan nikah di hari resepsi. Sebelum dan sesudahnya, keluarga Arin lakukan sendiri.Tradisi orang di desanya, agak sedi
Hari H sudah tinggal esok hari. Malam ini keluarga Kaisar datang untuk acara atau mengirim pengantin lelaki kalau istilah jawanya jujug manten. Rombongan keluarga Kaisar tampak disambut dengan hangat oleh keluarga Arin. Para tamu dan juga tetua keluarga Arin menerima hantaran walimah yang dibawa keluarga Kaisar dengan suka cita. Meski bukan hal aneh menikahi janda, tetapi kali ini kedatangan keluarga Kaisar membuat heboh keluarga Arin. Jumlah uang walimah dan juga hantarannya sungguh bukan kaleng-kaleng.“Rin. ini calon suamimu apa membeli semua peralatan dan keperluanmu setokonya sekalian? Banyak banget loh?” tanya Indah takjub.“Ya, nggak tahu. Itu kan yang nyiapin Kanjeng Mami sama keluarganya. Aku juga nggak minta.”Eyang, Pakde Supri, Bulik dan semua keluarga Arin meminta semua tamu yang hadir untuk beristirahat setelah acara sesambutan manten dan juga penyerahan walimah. Tak banyak keluarga inti yang ikut karena sisanya akan menyusul esok hari di waktu akad. Hanya Kenzi, Pak Lik
“Kai, kamu istirahat saja. Paklik juga mau istirahat,” ajak Pakde membuyarkan konsentrasi Kaisar. “Ya, Pak Lik duluan saja. Kai masih mau ngadem di sini. Ken mana Pak Lik?” tanya Kaisar pada Paklik Kaderi.“Lagi di sana kayaknya tadi sama Indah dan Sekar serta anak-anak yang lain. Mereka anak-anak muda lagi bahas apa, Pakde juga bingung. Dah, kamu tidur saja. Jangan ikutan begadang, perhatikan kesehatanmu buat hari esok. Ini di rumah mertuamu, nggak enak kalau sampai bikin gaduh. Kenzi biarin sama remaja yang lain.”“Iya.”Kaisar masuk ke dalam kamar tanpa mengajak Kenzi yang asyik mengobrol dengan para saudara Arin yang masih lajang . Ada empat anak yang masih single dan juga lima abg tanggung ikut bersenda gurau bersama. Betul-betul pra acara yang mengasyikkan bagi mereka semua.Di dalam kamar, Kaisar amatlah gusar. Membayangkan hari esok jika sampai Oma datang sebelum akad selesai. Takutnya bisa merusak suasana sakralnya dan berakhir dengan hal yang tak diinginkan. Kaisar ingat
Resepsi digelar amat meriah. Tamu undangan juga banyak yang hadir. Dari sahabat, rekan dan juga tetangga Arin di kampung halaman. Canda tawa serta ledekan para tamu undangan membuat pasangan bahagia itu menikmati proses menikah hari ini.Rahayu yang juga ikut berbahagia, tiba-tiba kaget saat Pakde Gimin membisikkan kabar duka."Yu, Oma Wira kecelakaan saat mau menuju ke sini. Sekarang di rumah sakit bersama keluarganya, katanya parah," bisik Pakde Gimin."Innalillahi, lalu bagaimana ini? Resepsinya belum usai," sahut Rahayu dengan nada yang bergetar. Bingung juga bagaimana mengatakan pada Kaisar."Biar aku yang ke sana dulu. Kamu selesaikan acara malam ini, setelah acara selesai kamu kabarkan pelan-pelan pada Kaisar. Jika aku yang pergi sekarang, pastilah tak akan masalah. Ya?"Rahayu mengangguk dan tak bisa memikirkan hal alin selain khawatir. Pantas saja perasaannya tak enak sejak tadi pagi, ternyata Oma Wira kecelakaan.Malam hari setelah resepsi usai. Agam dan keluarganya dari Ban
"Sudah, dia sudah menunggu di depan. Mami pamit sama Ibumu dulu keluarga Arin dulu ya? Tapi apa kalian tidak lelah?”"Jangan pikirkan kami, Mam.”Rahayu mengangguk dan keluar dari kamar Arin untuk berbicara pada keluarga besar Arin terkait masalah itu. “Maaf, Bu Narsih. Kami keluarga Kaisar mau pamit pergi malam ini,” ucap Mami saat mengajak berbincang Narsih di ruang keluarga. Mereka yang sebagian sudah beristirahat di kamar dan sebagian ada yang sedang melepas lelah di ruang keluarga.“Loh, Bu, ini sudah sangat malam. Apa tak sebaiknya menginap saja?” cetus Narsih.“Sekali lagi kami mohon maaf. Ada kabar duka dari Omanya Kaisar di Jakarta, jadi kami akan ke sana malam ini juga.”“Innalillahi, ya sudah. Semoga keluarga diberi ketabahan ya, Bu. Omanya kenapa memangnya, Bu?” “Kecelakaan waktu hendak ke sini tadi siang. Ya sudah kalau begitu kami pamit.”“Nggih, Bu. Hati-hati di jalan ya, semoga tidak ada hal yang mengkhawatirkan pada kondisi Oma Kaisar,” kata Narsih.Kaisar dan Arin
Kaisar dan Arin masuk ke dalam ruang perawatan Oma Wira. Keduanya sengaja meminta menemani Oma di saat masa kritisnya. Yang lain berjaga di luar ruangan dan di dalam hanya Kaisar dan Arin."Pasien hampir saja selesai operasi. Jadi, harap jangan bising ya," ujar sang perawat yang selesai memindahkan Oma."Baik, Sus. Terimakasih."Kaisar dan Arin masih di dalam. Menemani Oma Wira dan terlihat keadaannya sungguh menyedihkan. Umur yang sudah tidak lagi muda, akan susah untuknya kembali sehat seperti semula."Mas, Mas istirahat dulu aja. Arin yang tunggu di samping Oma. Tadi 'kan Arin sudah tidur sebentar di mobil. Ini sudah hampir dini hari, nggak baik juga buat Mas terjaga sampai pagi," ucap Arin."Baiklah. Kita tunggu di samping oma sama-sama. Kita duduk di sofa aja, lagian pasca operasi pasti akan lama siumannya. Obat bius pasti masih bekerja, ya?"Arin menengok pada Oma Wira yang terpejam dan beranjak bersama Kaisar ke sofa tunggu ruangan."Kita sama-sama lelah. Kita juga harus istira
Kaisar dan Arin keluar dari ruangan Oma. "Kita mau ke ruangan Irma, Mas?" tanya Arin lirih."Hm, mungkin." Kaisar tahu jika kali ini Arin agak sungkan ke ruangan Irma."Kita sholat subuh dulu di masjid rumah sakit. Setelah itu, kita pikirkan apa yang hendak dilakukan. Oke? Nggak usah cemberut gitu, jadi pengen cepet-cepet pulang!" pungkas Kaisar mencoba menghibur Arin."Hiz!" Arin tersenyum dan melangkah bersama menuju masjid yang ada di rumah sakit ini.***"Om, kebetulan ketemu di sini. Oma minta, Om sama Mami ke ruangan Oma sekarang. Mami sama Kenzi mana?" tanya Kaisar pada Prass."Kenzi di ruangan Irma dan Mamimu di ruangan Bude Kartika. Baiklah, Om langsung ke ruangan Oma. Kamu ke ruangan Bude ya? Bilang sama Mamimu, pas sekalian aja ke ruangan Oma.""Ya, Om."Selepas sholat subuh, Kaisar dan Arin segera ke ruangan Kartika. Dia menggandeng Arin saat masuk ke ruangan itu."Mam."Rahayu menengok ke arah pintu yang terbuka dan Kaisar bersama Arin teliat datang dengan wajah lesuny
Diam adalah cara Kaisar untuk meredam emosinya. Sambil menunggu Maminya keluar dari ruangan Oma, dia sibuk memainkan gawainya. Arin yang berada di sampingnya mencoba membaca situasi dan tak ingin menambah suaminya marah.“Kak,” panggil Kenzi.“Pulang yuk!” ajak Kaisar.“Pulang? Udah ketemu sama Oma?’ tanya Kenzi. Dia lebih tahu kondisi Kaisar karena selama ini dirinya sering bersama dalam suka dan duka.“Sudah. Kita pamit saja seklain nanti Mami pulang sams Pakdenya Arin saja.”“Kita tanya dulu ya, baiknya gimana. Mami mana?” tanya Kenzi lembut. Arin mencoba memperhatikan cara Kenzi berinteraksi dengan Kaisar yang tidak seperti biasanya. Lebih pelan dan juga enak untuk dicerna.“Di dalam. Kamu masuk sana, bilang sama Mami kita mau pulang.”“Ok.”Kenzi masuk ke dalam dan Kaisar kembali pada posisinya.“Maaf, Rin.”Arin menengok dan menatap Kaisar bingung.“Maaf untuk hal apa? Justru Arin yang minta maaf karena nggak bisa membuat Mas Kaisar nyaman dan tenang.”“Jika mengingat mereka, M