*Happy Reading*"Kai, kamu yakin sama calon istrimu kali ini?" tanya Kanjeng Mami."InsyaAllah, Mi.""Udah kamu istikharahkan?""Alhamdulillah. Apa Kaisar boleh segera melamarnya? Dia sudah selesai masa iddah. Kai nggak mau lama-lama menyempurnakan ibadah Kaisar. Bagaimana, Mi?" tanya Kaisar meminta restu sang ibu."Oma bilang apa kemarin?""Oma nggak bilang apa-apa saat Kaisar pamit pulang. Kaisar sudah menjelaskan kepada Irma kalau Kaisar tidak bisa menikahinya.""Keluarga papimu pasti menolak pernikahan ini. Mami dulu begitu, sampai dibenci dan diasingkan karena status janda Mami. Entahlah, kenapa sekarang kamu menuruni Mami.""Itu yang namanya jodoh, Mi. Kaisar hanya menjalankan sesuai alur yang Allah gariskan. Tak pernah sengaja mendekati tapi rasa ini timbul begitu saja. Apakah salah jika Kaisar ingin menikahi Arin yang berstatus janda? Dia bahkan belum memiliki anak, jadi keluarga tak perlu repot memikirkan itu.""Justru itu yang akan jadi masalah, kalau Arin belum mempunyai an
Kanjeng mami memainkan jarinya dengan menopang dagu sambil berpikir."Kayaknya sih sehat, tapi kok ada yang aneh ya?" ucap Mami penuh selidik."Udah, Kenzi sehat. Yuk kita duduk, Mami mau minum apa? Biar Kenzi bikinnin.""Lah, yang tamu kan kamu, Sayang. Kenapa jadi Mami yang kamu bikinin minum? Mami aja ke dapur bikinin kalian minum.""Eits, no no no. Mami duduk diam atau Kenzi balik lagi ke Cilacap."Akhirnya Kanjeng Mami duduk di sofa bersama Kaisar. Keduanya tampak diam dan mungkin masih teringat kejadian tadi saat lamaran yang Kaisar inginkan pada Arin ditolak Kanjeng Mami."Kai." Kaisar mendongak lalu tersenyum. Ia tak boleh terlihat marah pada maminya, bagaimanapun surga tetap berada di bawah kaki maminya."Ya.""Maafin Mami ya.""Nggak apa, Kaisar paham kekhawatiran Mami. Besok akan Kaisar sampaikan pada Arin kalau Kaisar menunda acara melamarnya. Kaisar mau istirahat dulu, semoga besok Mami sudah Berubah pikiran. Kaisar mencintai Arin, tapi Kaisar juga tak bisa durhaka pada o
*Happy Reading*Kaisar menggelar sajadahnya. Di sepertiga malam Kaisar ingin memohon, agar diberi petunjuk untuk keinginannya menikahi Arin. Di sini lain Kaisar tak ingin menentang restu orang tua, di sisi lain ia juga mencintai Arin. Kaisar bingung sehingga ia memilih pasrah dengan Sang Pemilik hati.'Ya Rabb, Engkau Maha Pemilik hati. Hamba mohon, jika Engkau memang menakdirkan Arin menjadi jodohku yang terbaik, maka satukanlah kami dalam pernikahan. Jika dia bukan yang terbaik, jauhkanlah. Karena sesungguhnya, hati ini bingung dan sakit jika harus memilih. Ya Rabb, Maha Pembolak-balikan hati. Luluhkanlah hati mami untuk restu ini, lembutkan hati semua orang untuk mendukung keinginanku dan Arin. Ya Rabb, mudahkanlah segala urusanku dan bimbinglah aku ke jalan yang Engkau ridhoi. Aamiin.'Dalam doanya ini, Kaisar mengistikharahkan keinginannya. Meminta kemudahan akan segala urusannya.Kaisar melihat jam di dinding. Waktu menunjukan pukul satu dini hari. Semalam ia tak bisa tidur memi
Jelas tergambar dengan jelas bahwasannya maminya ini sama halnya bingung dengan masalah keinginan menikahi Arin ini. "Apa Mami memikirkan banyak hal mengenai hak waris ayah nanti?""Tentu, kamu punya adik dan pastinya dia juga harus Mami pikirkan. Bagaimana kalau Kenzi juga ikut dicoret dari daftar nama keluarga ayah?""Nggak apa, Mi. Kenzi ikhlas kok, kita udah bisa bekerja sendiri dan itu cukup sebagai dasar kalau kita bisa hidup tanpa naungan keluarga ayah." Tiba-tiba Kenzi menyela. Ternyata dia ikut terbangun juga karena suara berisik dari luar. Ya, Kenzi memang bukan tipe lelaki peler yang sudah bangun. Jika ada suara sedikit saja ia akan bangun dan itu cukup menguntungkan baginya kali ini."Ken, kamu bangun?" tanya Kaisar."Habisnya Mami sama Kakak berisik. Kenzi itu kalau tidur harus senyap, lagi pada ngapain si? Malam-malam malah ngerembuk togel," kelakar Kenzi membuat Kiasar sedikit tersenyum. Kenzi duduk di kursi dengan posisi yang terbalik. Sandaran kursi ia jadikan sanda
*Happy Reading*Kaisar terbangun saat adzan Subuh berkumandang. Sebentar saja memejamkan mata, berat rasanya untuk terpejam kembali. Kaisar bangun dan bergegas mandi untuk pergi ke masjid komplek rumahnya.Kanjeng Mami yang mendapati anaknya sudah rapi dengan koko dan sarungnya, merasa terharu. Sesoleh itu anak sulungnya tapi ia merasa tak bisa membahagiakannya."Mau ke masjid, Kai?""Iya, Kai ke masjid dulu, Mi. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Kanjeng Mami sempat merenung semalam. Dia memikirkan kata-kata Kenzi yang bercerita banyak hal mengenai Arin. Masa lalu Arin dan juga kehidupannya kini. Tentu itu semua menjadi bahan pertimbangannya untuk bisa membela hubungan Arin dan Kaisar nanti.Kanjeng Mami akan membicarakan nant selepas Kaisar dari masjid. Dia akan memutuskan sendiri semua ini dan tak lagi memikirkan pertentangan keluarga suaminya. Eyang juga tak keberatan jika Kaisar menikahi janda, setidaknya posisinya nanti tak sendiri. Kasihan jika sampai Arin mengalami hal menger
Kenzi ke kamar mami dan mengambil kacamata silinder yang biasa mami gunakan."Nih."Kenzi ikut duduk di samping Kaisar dan menatap maminya heran."Hallo, Assalamualaikum," salam mami lantang."Waalaikumsalam, Dek. Ada apa, tumben telepon?" "Itu, Mas, Rahayu mau tanya, apa Kang Mas di rumah?" tanya Kanjeng Mami."Nggih, di rumah, Yu. Ada apa?""Begini, Mas, Rahayu sama anak-anak mau silaturahmi ke sana. Boleh?""Ya, mesti boleh, Yu. Kang Mas juga sudah kangen sama Kaisar dan Kenzi. Deket tapi nggak pernah main ke Wangon, kapan mau ke sini?" tanya Pakde Gimin."Sore nanti, Nggih?""Nggih, Yu. Kang Maa tunggu," ucap Pakde kemudian mengucapkan salam perpisahan. Panggilan dimatikan setelah mendapatkan info bahwa orang yang akan dituju di rumah."Kok nelpon Pakde, Mi?" tanya Kenzi.Kanjeng Mami melirik ke arah Kenzi sekilas dan menatap Kaisar serius."Kai, sebelumnya Mami minta maaf karena sudah ragu sama keputusan kamu. Jujur, Mami hanya takut pada keluarga ayahmu yang akan marah jika men
"Eh, tunggu!" sahut Lastri, istri Pakde Gimin."Apa to, Bu?" tanya Gimin."Mau ke sana sekarang? Yang benar saja, memangnya kalian sudah siapkan segala keperluan ke sana? Ini acara penting loh. Nggak bisa asal slonong boy saja. Kita keluarga beradab yang menjunjung tinggi tradisi, walau calon istri Kaisar janda bukan berarti kita tak membawa apa-apa. Biar Bude yang turun tangan saja bawa seserahan, kamu sudah siapkan cincinnya?" tanya Lastri."Itu, Mbak Yu, belum kayaknya," jawab Kanjeng Mami."Hm, jangan samakan kamu sama calon istri Kaisar. Dia jangan sampai bernasib sama kayak Dek Rahayu, bisa kita membuat sedikit acara lebih berkelas. Lagian, Kaisar ini uangnya banyak. Nanti, biar Bude pesankan souvenir dan seserahan untuk dibawa ke sana. Adik-adik kita juga dikabari, Dek. Jangan diam-diam saja, tahu-tahu ijab. Nggak etis, apalagi anak Dek Rahayu ini bujang. Pasti banyak kawan yang mau main juga nanti. Betewe, katanya ke sini sore? Kenapa jadi pagi-pagi kalian ke sini?" tanya Las
"Maaf, Rin. Jangan dengarkan Kenzi, dia suka ngasal kalau ngomong. Tapi, intinya kami hendak kesana. Mas mau meminangmu, semoga kamu sudah memikirkannya.""Oh, iya. Baiklah, akan Arin sampaikan pada keluarga besar Arin kalau Mas Kai akan berkunjung ke rumah," jawab Arin."Baiklah, terimakasih, Rin. Mas tutup dulu telponnya. Sampai berjumpa besok, wassalamualaikum.""Waalikumsalam."Setelah panggilan terputus, Kaisar benar-benar membalas kejahilannya. Keduanya bahkan seperti anak-anak yang main jitak kepala sampai meringis menahan sakit."Ampun Den Bagus Kaisar, ampuni hamba yang ganteng ini," ucap Kenzi sambil tersenyum mengejek."Kalian ini, umur saja banyak. Kelakuan masih anak-anak, ya sudah Kai. Kamu antar Bude ke rumah temannya. Sekalian kamu pilih hantaran lamaran ke sana. Kenzi, kamu antar Pakde sama Mami ke rumah Eyang Simbok dan Paklik Kaderi. Kita harus pergi hari ini agar besok bisa pergi pagi ke Cilacap," ucap Gimin."Iya."Mereka pergi sesuai kebutuhan masing-masing. Kais