Share

Harus

Penulis: Maey Angel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Eh, tunggu!" sahut Lastri, istri Pakde Gimin.

"Apa to, Bu?" tanya Gimin.

"Mau ke sana sekarang? Yang benar saja, memangnya kalian sudah siapkan segala keperluan ke sana? Ini acara penting loh. Nggak bisa asal slonong boy saja. Kita keluarga beradab yang menjunjung tinggi tradisi, walau calon istri Kaisar janda bukan berarti kita tak membawa apa-apa. Biar Bude yang turun tangan saja bawa seserahan, kamu sudah siapkan cincinnya?" tanya Lastri.

"Itu, Mbak Yu, belum kayaknya," jawab Kanjeng Mami.

"Hm, jangan samakan kamu sama calon istri Kaisar. Dia jangan sampai bernasib sama kayak Dek Rahayu, bisa kita membuat sedikit acara lebih berkelas. Lagian, Kaisar ini uangnya banyak. Nanti, biar Bude pesankan souvenir dan seserahan untuk dibawa ke sana. Adik-adik kita juga dikabari, Dek. Jangan diam-diam saja, tahu-tahu ijab. Nggak etis, apalagi anak Dek Rahayu ini bujang. Pasti banyak kawan yang mau main juga nanti.

Betewe, katanya ke sini sore? Kenapa jadi pagi-pagi kalian ke sini?" tanya Las
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kaya Setelah Dibuang    Sabar

    "Maaf, Rin. Jangan dengarkan Kenzi, dia suka ngasal kalau ngomong. Tapi, intinya kami hendak kesana. Mas mau meminangmu, semoga kamu sudah memikirkannya.""Oh, iya. Baiklah, akan Arin sampaikan pada keluarga besar Arin kalau Mas Kai akan berkunjung ke rumah," jawab Arin."Baiklah, terimakasih, Rin. Mas tutup dulu telponnya. Sampai berjumpa besok, wassalamualaikum.""Waalikumsalam."Setelah panggilan terputus, Kaisar benar-benar membalas kejahilannya. Keduanya bahkan seperti anak-anak yang main jitak kepala sampai meringis menahan sakit."Ampun Den Bagus Kaisar, ampuni hamba yang ganteng ini," ucap Kenzi sambil tersenyum mengejek."Kalian ini, umur saja banyak. Kelakuan masih anak-anak, ya sudah Kai. Kamu antar Bude ke rumah temannya. Sekalian kamu pilih hantaran lamaran ke sana. Kenzi, kamu antar Pakde sama Mami ke rumah Eyang Simbok dan Paklik Kaderi. Kita harus pergi hari ini agar besok bisa pergi pagi ke Cilacap," ucap Gimin."Iya."Mereka pergi sesuai kebutuhan masing-masing. Kais

  • Kaya Setelah Dibuang    abaikan

    *Happy Reading*"Bu, kita ke rumah Pakde ya?" ajak Arin."Kenapa? Kok tiba-tiba," tanya Narsih bingung."Mas Kai mau ke sini besok. Arin mau minta Pakde sama Bulik agar ikut menyambut kedatangan keluarga Mas Kai.""Apa? Kenapa mendadak gini sih? Apa nggak terlalu cepat, Rin?" ucap Narsih panik."Santai saja, Bu. Nanti Arin yang urus semua keperluan untuk menyambut keluarga Mas Kai. Makanya Arin main ke rumah Pakde. Mau tanya apa saja yang perlu disiapkan. Kemarin 'kan Pakde habis nerima lamaran buat Sekar, pasti paham lah.""Kamu yang mau dilamar, kenapa Ibu yang deg-degan? Masa kamu mau dilamar santai banget, Rin? Nggak cinta 'kah?" tanya Narsih heran."Lah. Arin kon kepriwen? Hore hore, jingkrak-jikrak? Atau senyum-senyum sendiri? Arin cinta, sangat malah. Namun, cara menggambarkan cinta Arin cukup bersyukur dan berbuat yang terbaik nanti untuk menyambut kedatangan Mas Kai. Lagian, Arin sudah pernah menikah. Jantungnya sudah normal, deg-degannya nanti kalau mau ijab.""Gitu ya? Ibu

  • Kaya Setelah Dibuang    saja

    "Ohya? Syukurlah, Sekar memang cocok sama Mas Zidan. Satu pendiam, satunya cerewet," jawab Arin."Iya. Kadang hubungan memang butuh perbedaan, agar saling melengkapi. Betewe, calon suami kamu cerewet ya, Rin? Kamu kan sedikit kalem," tanya Faizal."Nggak. Pendiam malah, Arin aja kadang sampai bingung kalau lagi ngobrol sama Mas Kai. Dia tuhz tipe lelaki kulkas. Diem tapi ngangenin," ucap Arin keceplosan."Cie, ternyata mau jadi bininya si bos percetakan toh. Akhirnya, buka buku sendiri 'kan? Hm, sudah kuduga. Kamu itu nggak bisa rahasiaan sama Abang. Jadi, kapan mau nikahnya?"Akhirnya Arin terpaksa buka mulut. Akibat berbicara panjang lebar, dia keceplosan sendiri. "Nanti ya, Arin jelaskan. Ini dah mau sampai," ucap Arin menunjuk jalan bertuliskan nama A. Yani. "Oke. Akan Abang tagih ntar, awas kalau lupa.""Tenang, Arin ini bukan orang yang suka ingkar. Hanya kadang suka lupa-lupa ingat, maklum nikahnya dah mau dua kali. Pasti kalah sama yang belum sama sekali," ledek Arin."Ngec

  • Kaya Setelah Dibuang    Insiden kecil

    *Maaf jika banyak typoArin sudah sampai ke rumah Pakde Supri. Ternyata hari sudah sore dan kedua orangtua Faisal itu sudah pulang."Kok lama perginya, Rin?""Belanja setoko diborong semua, ya pasti lama. Faisal sampai lelah mengikuti ndoro ayu ini. Fai mau mandi ah, gerah."Faisal langsung nyelong saja dan masuk ke kamar untuk membersihkan badannya. Arin memilih duduk setelah lelah mengelilingi toko pakaian mencari model dan warna baju yang sama."Beli apa saja kamu, Rin?" tanya Narsih."Beli baju buat kita sekeluarga besok. Ada buat Pakde dan Bulik juga," jawab Arin."Pakde sudah dikasih tahu, Bu?" "Sudah, Rin. Pakde ikut senang mendengarnya. Sebagai pengganti ayahmu, Pakde siap menjadi saksi dan wali nikah nanti. Ohya, Agam sudah kamu kasih tahu?" tanya Pakde."Belum. Masih lamaran, Pakde. Besok saja kalau resepsi, jadi sekalian sama Mas Bayu dan Oma Opa Agam yang di Bandung.""Yakin, mau undang Bayu?" tanya Ratmi."InsyaAllah, Bude. Arin dan Mas Bayu sudah menjalin hubungan yang

  • Kaya Setelah Dibuang    kecil

    Kedua orang mengantar Narsih dan Arin sampai ke rumahnya. Ketika pulang, Arin memberikan uang sebagai ucapan terimakasih tetapi mereka menolak. "Sudah, tak apa. Saya ikhlas, rezeki buat Bapak karena sudah mau menolong saya."Karena memaksa akhirnya mereka menerimanya. Setelah mereka pergi, Arin masuk dengan perlahan. Lukanya cukup perih dan Narsih sampai tak tega melihatnya."Rin, kakimu sakit banget ya? Jalannya sudah gitu," tanya Narsih."Lumayan. Mungkin karena kita pergi waktu menjelang maghrib kali ya?" tanya Arin."Lagi apes aja. Kita ke dokter saja?" tanya Narsih."Nggak usah. Nanti Arin bersihkan sendiri lukanya. Ibu nggak apa?" tanya Arin khawatir."Tak. Ibu hanya memar dikit di tangan dan lecet dikit. Nggak sakit kok, kamu ini yang justru mengkhawatirkan. Lukanya sampai begitu," ucap Narsih."Dah, nggak apa. Arin bisa mengurusnya. Kita sholat magrib dulu, ini sudah hampir habis waktunya," ajak Arin."Baiklah. Benar nggak apa, Rin?""Nggak. Ibu tenang aja," jawab Arin. Arin

  • Kaya Setelah Dibuang    Kaget

    Kaisar sudah tak sabar menunggu hari ini. Dari persiapan hantaran, hingga persiapan hal yang hendak diutarakan nanti, ia sudah mencoba menghafalkannya. "Wuih, calon penganten grogi amat. Sudah siap jadi imam?" seloroh Kenzi."Iya beginilah calon manten. Sekarang sedang grogi, semoga di sana nggak malu-maluin," timpal Pakde Gimin."Enggaklah. Bude mana? Apa sudah siap berangkat?" tanya Kaisar."Sudah, nunggu lagi ambil sesuatu di kamar. Kamu ke mobil dulu, Kai. Mobilnya biar Kenzi yang nyetir, kamu cukup duduk manis di depan sambil bayangin yang indah-indah," ucap Pakde Gimin."Bayangin indah-indah contohnya kayak apa, Pakde?" tanya Kenzi dihadiahi toyoran Kaisar."Masih kecil dilarang bertanya bayangan indah," ujar Kaisar tertawa kecil."Idih, emang bayangan indah itu kayak apa? Kakak ini yang nggak beres, otaknya perlu di servis ulang. Mentang-mentang dah mau nikah, mikirnya yang enggak-enggak," protes Kenzi. Kaisar hanya merangkul Kenzi dan membawanya ikut masuk ke mobil."Jangan s

  • Kaya Setelah Dibuang    pelan

    “Bismillah.”“Ayo, masuk!” ajak Kanjeng Mami.“Assalamualaikum,” salam keluarga Kaisar.“Waalaikumsalam,” sambut Pakde Supri dan juga keluarga Arin yang lain.“Alhamdulilah sudah sampai, dari Purwokerto jam berapa?” tanya Pakde Supri.“Jam delapan tadi. Hanya nunggu keluarga kumpul,” jawab Kaisar.“Baiklah, silahkan masuk ke dalam. Maaf jika tempatnya sederhana begini,” sambut Pakde Supri ramah.Semua keluarga Kaisar masuk ke dalam rumah Arin. Di dalam ruangan ini, Kaisar sama sekali tak melihat Arin juga.“Maaf jika hanya disuguhi jamuan seadanya. Monggo, dipun dahar riyin, sambil istirahat. Pasti lelah perjalanan Purwokerto-Cilacap,” uap Narsih setelah membawakn jamuan bersama Ratmi dan Indah. Sambil menikmati suguhan dan memperkenalkan diri dari pihak Arin dan Kaisar, kini suasana kembali serius.Setelah dirasa cukup menikmati hidangan, Kanjeng Mami meminta Pakde Gimin langsung mengutarakan maksud kedatangn mereka.“Maaf sebelumnya, kami langsung saja mengutarakan maksud kedatangan

  • Kaya Setelah Dibuang    Semua bisa

    Kaisar mengemudikan mobilnya dengan cepat. Hatinya sangat tak tenang semenjak mendengar kabar Arin di rumah sakit. Saat mendapati ruangan Arin, dia orang yang pertama kali masuk ke dalam.“Rin.”Arin yang sedang mengobrol dengan Faisal menengok dan terkejut melihat Kaisar ada di ruangannya.“Mas?”Kaisar mendekat dan hendak memeluk Arin . Namun, Faisal menghalaunya.“Eits, belum muhrim. Nunggu sah dulu, Bang,” ujar Faisal. Kenzi yang baru masuk dengan Indah tersenyum mengejek melihat kelakuan kakaknya itu.“Hadeh, calon bini meriang, calon suami meradang. Sabar, Kak. Dunia belum akan berakhir,” ledek Kenzi.“Kamu kenapa nggak bilang kalau sakit, Rin. Mas khawatir,” ucap Kaisar.“Kok Mas Kaisar menyusul ke rumah sakit? Besok juga Arin pasti sembuh,” sahut Arin tanpa menjawab pertanyaan Kaisar.“Bang Fai, kita keluar saja yuk! Di sini kita jadi obat nyamuk saja. Biar Indah aja yang jadi pawangnya,” ajak Kenzi.Faisal mengangguk dan pergi keluar bersama Kenzi. Indah yang masih beraa di d

Bab terbaru

  • Kaya Setelah Dibuang    pelajaran

    Tentu saja sikap Arin yang mencegah Kaisar untuk mencari tahu mengenai kejadian jatuhnya Arin di kamar mandi sekolah itu membuat Kaisar semakin penasaran. Sekolah yang memiliki biaya cukup mahal untuk bisa mengenyam pendidikan di sana itu sangat mustahil jika memiliki kloset yang licin. Tanpa sepengetahuan Arin, Kaisar pun mendatangi sekolah Shaka. Sengaja hari ini Arin tidak diperbolehkan untuk berangkat ke sekolah dan istirahat di rumah ditemani oleh Shaka. Ibunya—Narsih—juga diminta Kaisar untuk menemani Arin di rumah karena Arin menolak untuk dibawa ke rumah sakit.Kaisar langsung datang menemui kepala sekolah. Dia datang untuk menanyakan perihal kualitas sekolah yang dijadikan tempat menuntut ilmu anaknya itu. Kaisar merasa heran karena Shaka tiba-tiba terlihat tidak nyaman bersekolah di sana."Selamat pagi, Pak.""Pagi Pak Kaisar. Silahkan duduk!" titah Pujiono–kepala sekolah itu."Ada perlu apa ini? Tumben datang ke sekolah seorang diri.""Hari ini saya ingin meminta izin untuk

  • Kaya Setelah Dibuang    sakit

    “Mas.”Malam ini Arin ingin sekali bercerita mengenai alasan ia mengajak Shaka pulang lebih awal. Kaisar yang masih sibuk dengan pekerjaannya pun menghentikan sementara.“Kenapa, Rin?”“Kayaknya keputusan Mas untuk pindahin Shaka itu betul deh.”“Kenapa emangnya? APa tadi ada masalah lagi yang terjadi di sekolah.”Arin mengembuskan napasnya kasar. Bukan perihal yang mudah untuk bercerita hal mengenai mantan suaminya itu pada suaminya kini yang notabene super protektif pada keluarganya.“Aku pikir, semua yang kita bicarakan saat itu adalah suatu hal yang harus kita lakukan sekarang.”“Kenapa?”“Tadi aku ketemu Mas Bayu. Dia …”“Dia kenapa?”Arin bingung mau mengatakan hal ini atau tidak, namun ia juga tak mau direndahkan sampai dibuat kasar dengan cara yang tidak patut oleh lelaki yang sudah menjadi mantan. Jika dulu saja ia bisa marah saat Bayu memukulnya, seharusnya ia sekarang lebih marah dari pada itu. Namun, ia kembali berpikir mengenai bisnis sang suami yang sedang dianggap sedan

  • Kaya Setelah Dibuang    lagi lagi

    Arin tak menyangka bakal bertemu Bayu di sekolah Shaka. Ia sangat menyesali kenapa harus menyekolahkan anaknya di tempat yang sama. Arin pun semakin yakin memindahkan Shaka setelah ini dan memilih sekolah di tempat lain yang berbeda dengan Bayu.Jam istirahat dimulai. Para murid keluar dan berhambur bermain di taman bermain yang ada di sekolah itu. Shaka mendekat ke arah Arin dengan wajah yang ditekuk.“Kenapa, Sayang? Kenapa nggak main sama teman teman?”“Nggak mau ah, Ma. Satria nakal lagi. Tadi buku Shaka dicoret coret dan disobek. Ma, Shaka mau pulang aja. Nggak mau sekolah,” rengek Shaka.Arin yang melihat anaknya menangis pun memilih untuk memangkunya dan memeluknya hangat. Memberi pengertian agar Shaka tidak sedih lagi setelah dikerjai Satria.“Ada anak Mami! Ada anak mami! Hahaha.”Suara Satria yang meledek Shaka membuat Arin geram. Namun, Arin bukan memarahi Satria melainkan mendatangi Bayu yang sibuk bermain gadget sendiri tanpa memperhatikan anaknya.Brak!Arin menggebrak m

  • Kaya Setelah Dibuang    tak patut

    “Gatsu.”“Nggak usah. Nanti langsung ke rumah aja, istirahat. Kasihan SHaka diajak kerja juga.”“Nggak kerja lah, cuma temani doang.”“Baiklah. Terserah kamu saja. MAs pergi dulu.”Arin kembali turun setelah bersalaman dengan Kaisar lalu melambaikan tangan melepas kepergian suaminya bekerja. Faktor keuangan yang sedang menurun, membuat Arin harus banyak banyak berdoa dan berusaha. Makanya dia akan menyusul nanti jika sekolah Shaka sudah selesai. Hitung hitung membantu suaminya bekerja. Tentunya dia niatkan beribadah. Biar tidak menimbulkan pertengkaran dan perdebatan jika hasilnya tidak memuaskan.Suara klakson mengagetkan Arin yang sedang berjalan masuk ke dalam ruang tunggu wali murid. Sebenarnya tidak disarankan masuk dan menunggu anaknya, tetapi Arin masih ingin memastikan baik baik saja. Tin!Lagi lagi Arin dibuat kesal karena mobil itu justru membuntutinya jalan ke halaman sekolah, hingga Arin bertambah kesal saat ada Bayu yang di dalamnya“Hai, Rin.” Bayu menyapa dengan senyum

  • Kaya Setelah Dibuang    kesombongan

    “Kenapa dengan Satria? Siapa dia?” tanya Narsih."Teman Shaka, Bu. Dia biasa jahilin Shaka. Nggak hanya saka, yang lain juga. Emang dasar anaknya gitu. Mau marahin juga percuma. Gak bakalan mudeng. Orangtuanya aja gak tahu etitut," adu Arin."Sudah sudah. Kita bicarakan nanti saja. Udah siang ini Shakanya," sela Kaisar yang tidak ingin membahas tentang keburukan orang lain di depan anaknya.Kaisar benar benar mengantar Shaka. Dia meminta Arin untuk menunggu Shaka masuk dan meminta Arin untuk kembali ke mobil."Ada apa sih, Mas?" tanya Arin heran melihat gelagat suaminya yang aneh."Nggak. Shaka udah masuk?""Udah. Barusan udah masuk. Hari ini Satria nggak datang. Aman."Arin mengembuskan napasnya perlahan lalu tersenyum di depan Kaisar."Mas mau tanya apa?""Memang Mas mau tanya?""Hiz! Serius. Mau nanya kali ini sama Arin nggak?""Mau sih. Tapi, kamu harus jawab jujur.""Apa?" tanya Arin serius mendengarkan."Mas mau tanya. Wajah kamu pake formalin ya? Kok awet cantiknya?" kelakar Ka

  • Kaya Setelah Dibuang    Sarapan

    “Kenapa kamu bangunkan Mas kesiangan, Rin? Hari ini Mas akan ke gudang buat cek data yang semalam belum Mas selesaikan,” tanya Kaisar panik saat dibangunkan Arin kesiangan.“Tenang aja. File udah aku cek dan memang ada keanehan di Mellynya. Bukan salah toko atau gudang. Jadi Mas hanya perlu tanyai Melly, kenapa dia sampai berlaku demikian. Kita butuh penjelasan dia mengenai hal ini. Dia harus bertanggung jawab dan Mas harus bisa bertindak bijak. OKe?”Arin memang sudah menyelesaikannya semalam. Dia hanya membereskan beberapa dan itu cukup sangat membantu membuat Kaisar lelap tidur dan puas istirahat sampai pagi.“Ya ampun, begini ini yang kadang bikin Mas nggak mau tidur dulu kalau kerjaan sudah beres. Kamu pasti yang selesaikan. Ya sudah, aku mau mandi dulu. Kamu pasti udah siapkan sarapan, ya?” “Belum. Aku mau sarapan di rumah Ibu bareng kamu.”“Tumben?” tanya Kiasar heran.“Lagi pengin aja. Yuk ah, buruan! Mas mandi, aku mandiin Shaka.”Keduanya gegas beranjak sebelum melakukan ak

  • Kaya Setelah Dibuang    3. pengertian

    “Mas,” panggil Arin.Kaisar yang sedang memeriksa laporan keuangan tempatnya bekerja, menengok sekilas. Wajahnya nampak serius, membuat Arin untung untuk mengatakan perihal kejadian di sekolah tadi.“Kenapa, Rin?” tanya Kaisar saat ia sudah kembali melihat berkas berkasnya dan merasa Arin tidak berkata apapun setelah itu.“Arin bantu ya pekerjaannya?” Arin pun memikirkan untuk membantu saja, daripada mengeluhkan ini itu.“Shaka udah tidur?”“Udah. Boleh ya?”“Ini itu bentar lagi selesai. Ada sedikit perbedaan antara income di aplikasi sama yang Mely tulis.”“Kok bisa?” tanya Arin kaget.Akhir akhir ini memang usahanya agak bermasalah. Selain bisnis yang kian menjamur, juga adanya pesaing yang memakai cara kotor, akhirnya perusahaan pun banyak yang terancam. Meski dalam hal bisnis ini adalah hal yang biasa, tetap saja Arin merasa sedih dan ingin kembali ikut membantu suaminya.“Itulah. Kalau percetakan yang di Gatsu itu nggak lagi beromset banyak, kemungkinan pengurangan karyawan pun h

  • Kaya Setelah Dibuang    3. Mewanti wanti

    “Ma,” panggil Shaka saat kini sudah mulai jam istirahat sekolah.“Udah istirahat, Sayang?”“Udah. Mom nungguin Shaka?” tanya Shaka heran karena melihat Arin yang ada di sekolah. Biasanya Arin akan meninggalkan Shaka di kelas dan Arin akan menyusul Kaisar bekerja. Namun, kali ini ia memang ingin menunggui anaknya itu untuk menjamin keselamatannya.“Iya. Sengaja Mom tunggu, biar nggak ada yang bisa gangguin kamu.”“Hai Shaka, main yuk!” ajak bocah kecil bernama Gendis.“Ma, Shaka main sama Gendis di perosotan sana ya?” tunjuk Shaka pada mainan yang ramai dipenuhi oleh anak anak yang asyik bermain.“Iya. Hati-hati ya, Nak.”Arin melihat dari kejauhan, apa yang sedang dilakukan Shaka. Dia nampak senang anaknya itu punya banyak kawan di sekolah ini. Meski kebanyakan yang berteman dengan Shaka adalah anak-anak perempuan, ia tak masalah. Justru ia merasa lega karena berteman dengan anak perempuan membuatnya merasa aman karena terhindar dari perkelahian antar teman nantinya.Satria mendekati

  • Kaya Setelah Dibuang    aduan

    Ternyata Prameswari hanya mengantar Satria saja. Anak bawaan Bayu itu tidak ditunggui oleh ibunya dan itu adalah hal yang cukup mengagetkan karena setalah Prameswari keluar ruangan, Arin diminta untuk masuk ke dalam ruangan kepala sekolah."Sebenarnya ada hal apa saja yang dipanggil ke ruangan ini?" Tanya Arin heran sekaligus bingung."Maaf jika saya memanggil Ibu secara mendadak dan tiba tiba. Tetapi pas kebetulan ibu berada di sini untuk mengantar, jadi saya berpikir untuk meminta ibu langsung menemui saya di sini.""Tidak masalah. Apa yang sudah terjadi, Pak?""Justru itu hal yang ingin saya tanyakan kepada Ibu Arin. Sebenarnya ada masalah apa ibu dengan orang tua Satria?""Orang tua Satria? Siapa yang sedang Bapak maksud itu?""Bu Prameswari. Beliau tadi melaporkan bahwa, katanya Ibu sudah membuat beliau kesal dengan kata-kata yang tidak patut dan tidak sopan. Jadi, Saya ingin mengetahui masalah apa yang sedang terjadi antara Bu Arin dan Prameswari? Apakah ini karena pertengkar

DMCA.com Protection Status