Share

saja

"Ohya? Syukurlah, Sekar memang cocok sama Mas Zidan. Satu pendiam, satunya cerewet," jawab Arin.

"Iya. Kadang hubungan memang butuh perbedaan, agar saling melengkapi. Betewe, calon suami kamu cerewet ya, Rin? Kamu kan sedikit kalem," tanya Faizal.

"Nggak. Pendiam malah, Arin aja kadang sampai bingung kalau lagi ngobrol sama Mas Kai. Dia tuhz tipe lelaki kulkas. Diem tapi ngangenin," ucap Arin keceplosan.

"Cie, ternyata mau jadi bininya si bos percetakan toh. Akhirnya, buka buku sendiri 'kan? Hm, sudah kuduga. Kamu itu nggak bisa rahasiaan sama Abang. Jadi, kapan mau nikahnya?"

Akhirnya Arin terpaksa buka mulut. Akibat berbicara panjang lebar, dia keceplosan sendiri.

"Nanti ya, Arin jelaskan. Ini dah mau sampai," ucap Arin menunjuk jalan bertuliskan nama A. Yani.

"Oke. Akan Abang tagih ntar, awas kalau lupa."

"Tenang, Arin ini bukan orang yang suka ingkar. Hanya kadang suka lupa-lupa ingat, maklum nikahnya dah mau dua kali. Pasti kalah sama yang belum sama sekali," ledek Arin.

"Ngec
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status