Pagi harinya, Devi bangun begitu pagi dan langsung membereskan seprei yang berantakan. Takut Lisa keburu datang dan bertanya-tanya bagaimana cara tidurnya sampai seprei bisa sebentar akankah itu.
Setelah membereskan tempat tidur, Devi pun langsung mandi. Baru saja selesai mandi, Lisa sudah datang ke kamarnya seperti biasa.
"Mba Lisa." Sapa Devi dengan senyuman seperti hari biasa.
Lisa pun balas tersenyum, namun kali ini tidak selebar biasanya. "Kamu sudah mandi, mau kemana?"
"Em itu kan kemarin aku sudah izin sama Mba Lisa kalau hari ini aku mau ke rumah sakit..."
Ya, Devi sudah mengatakan pada Lisa bahwa dia memiliki seorang Nenek yang tengah sakit dan dirawat di rumah sakit.
"Aku akan menemani kamu." Ucap Lisa.
"Tapi---"
"Tidak ada tapi-tapian, aku tidak mau kalau sampai kamu ceroboh dan membahayakan anakku nanti." Potong Lisa.
Devi mendesah dalam hati. "Baiklah." Ucapnya pasrah.
"Aku akan kembali ke kamar dulu, setelah siap aku akan kembali kesini. Kamu tunggu aku ya."
Lisa meninggalkan Devi dan kembali ke kamar untuk membersihkan dirinya. Dia sungguh tidak bisa membiarkan Devi pergi sendirian karena Lisa tidak mau terjadi sesuatu yang buruk dengan kandungan Devi.
"Kamu mau kemana?" Tanya Juan saat melihat Lisa sudah rapi.
Lisa tersenyum lebar sebelum menjawab, "mau menemani Devi bertemu keluarganya."
"Oh..."
Juan pun hanya mengendikkan bahu dan kembali pada aktivitas memakai jasnya.
"Hari ini mungkin aku akan pulang malam, soalnya banyak pekerjaan yang harus aku lakukan." Ucap Juan.
"Mas, kamu itu Bos di Perusahaan kamu sendiri loh.. kenapa sih harus susah payah mengerjakan semuanya sendiri." Ucap Lisa.
"Ya karena aku Boss dan aku tidak mau hanya mengandalkan karyawanku saja... Tidak semua orang bisa di percaya, Lisa." Ungkap Juan.
'Seperti kamu, Mas.' batin Lisa saat mengingat hal yang semalam dia lihat.
Lisa sengaja tidak menanyakan apapun pada Juan, ia hanya berharap bahwa anak mereka cepat lahir dan Devi bisa meninggalkan mereka. Walaupun dalam hati kecilnya, Lisa sangat takut dengan kemungkinan yang akan terjadi nanti.
Lisa dan Juan menikah memang bukan karena Cinta, tapi karena politik. Tapi Lisa sudah mencintai Juan, entah dengan pria itu. Walaupun Juan tidak mencintainya, Lisa tidak akan mau meninggalkan Juan.
Kini Devi, Lisa dan Juan tengah sarapan bersama di meja makan seperti hari biasanya. Tidak ada percakapan, hanya dentingan sendok dan garpu yang terdengar di ruang makan itu.
Setelah selesai sarapan, Juan pamit untuk pergi ke kantor.
Devi tersenyum masam melihat keromantisan Juan dan Lisa di hadapannya, andai dia memiliki orang yang mencintainya...
Seperti yang Lisa katakan, kini perempuan itu menemani Devi pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Nenek Sumi. Pasca operasi seminggu yang lalu, Devi belum pernah mengunjungi Neneknya lagi. Padahal dia sangat ingin menemani sang Nenek setiap hari, tapi apalah daya.
"Nenek sudah makan?" Tanya Devi.
Nenek Sumi yang saat ini tengah berbaring di atas kasur rumah sakit itu tersenyum menatap cucunya yang duduk di kursi sebelah tempat tidurnya.
"Tentu saja sudah, apa kamu sudah makan?" Tanya Nenek Sumi balik.
"Sudah... Maaf ya Nek kalau akhir-akhir ini Devi jarang menjenguk Nenek." Ucap Devi sedih.
"Tidak apa-apa sayang, Nenek tau kamu pasti sibuk dengan pekerjaan kamu." Ucap Nenek Sumi.
"Terimakasih karena kamu sudah sangat berusaha keras untuk menyembuhkan Nenek, padahal kamu tidak perlu melakukan ini. Nenek Sudah tua dan---"
"Nenek!" Devi berseru tidak suka dengan ucapan Nenek Sumi.
"Devi... Kamu adalah cucu Nenek yang paling Nenek sayang."
"Devi juga sayang banget sama Nenek." Ucap Devi sembari memeluk tubuh sang Nenek.
"Jangan menangis sayang..."
Nenek Sumi pun menghapus air mata Devi dengan sayang.
"Kalau seandainya Nenek sudah pergi--"
"Nenek bicara apa sih!"
Dengan kesal Devi memotong ucapan sang Nenek.
Nenek Sumi tetap tersenyum lebar, "Devi, dengarkan Nenek."
Perempuan tua itu berkata lembut sembari mengusap kepala Devi dengan penuh kasih sayang.
"Nenek ini sudah tua dan tidak tau kapan yang kuasa akan memanggil Nenek... Jika suatu saat itu terjadi, carilah Ibu atau Ayahmu." Ujar Nenek Sumi yang merasa dirinya sudah akan kembali ke rumah sang pencipta.
"Untuk apa aku mencari mereka? Mereka saja tidak ada yang peduli denganku."
Dengan mata penuh air mata, Devi berujar dengan kesal. Setiap kali sang Nenek menyinggung Ibu dan Ayahnya, Devi tidak suka itu.
"Devi, jangan begitu... Bagaimana pun mereka keluargamu."
"Sudahlah Nek, aku tidak mau membahas tentang mereka lagi." Ucap Devi sembari mengusap air matanya.
Nenek Sumi tau, Devi marah pada kedua orangtuanya yang memilih bercerai saat ia masih kecil dan meninggalkan Devi bersamanya. Tapi bagaimana pun setelah ia tiada, merekalah keluarga yang Devi punya.
Devi dan Nenek Sumi tengah sibuk dengan pikiran masing-masing saat Lisa masuk kedalam ruang rawat Nenek Sumi dengan beberapa kantong plastik di tangannya.
"Selamat siang Nenek." Sapa Lisa dengan senyuman ramahnya.
"Maaf kamu siapa ya?" Tanya Nenek Sumi bingung.
"Em Nek, dia--" Devi menjeda ucapannya karena bingung bagaimana memperkenalkan Lisa pada Nenek Sumi.
"Saya temannya Devi, Nek." Ucap Lisa.
"Bukankah temanmu itu yang sering datang kesini setiap hari itu, siapa namanya Sesa?" Tanya Nenek Sumi. Ya, setiap hari Sesa memang menyempatkan diri untuk datang ke rumah sakit untuk menggantikan Devi.
Lisa meletakkan kantong plastik itu di sofa dan mendekati Nenek Sumi. "Maaf kalau Saya baru bisa menjenguk Nenek, nama Saya Lisa." Ucap Lisa sembari mencium punggung tangan Nenek Sumi.
Nenek Sumi tersenyum, "terimakasih sudah berkunjung kesini."
"Ah iya, Saya membawakan makan siang untuk Nenek dan Devi... Kalian pasti sudah lapar kan?"
"Kamu baik sekali, seharusnya tidak perlu repot-repot membawa makanan segala."
"Tidak repot kok Nek, kebetulan tadi sebelum sampai kesini saya melihat restoran jadi saya mampir."
Devi tau bahwa Lisa sudah pasti bohong akan hal itu, karena sejak tadi perempuan itu menunggunya diluar ruangan sang Nenek.
"Ya sudah kalau begitu Lisa pamit dulu ya Nek, jangan lupa dimakan makanannya... Semoga Nenek cepat sembuh."
Lisa pun keluar dari ruang rawat Nenek Sumi.
"Teman kamu itu baik sekali, pakai bawain kita makan siang segala." Ucap Nenek Sumi.
Devi bangkit dari tempat duduknya dan mengambil kantong plastik itu... "Dia memang sangat baik Nek."
"Apa dia temanmu di tempat kerja?" Tanya Nenek Sumi.
Devi menatap Neneknya lalu hanya bisa mengangguk pelan.
'Maafkan Devi Nek, Devi terpaksa berbohong... Devi tidak mungkin berkata jujur siapa Mba Lisa itu sebenarnya.' batin Lisa sedih.
Bersambung.
Terimakasih sudah mampir membaca cerita 'Kawin Kontrak'
Jangan lupa untuk subscribe dan berikan love untuk bab ini yah ;)
"Mama!"Lisa tanpa sadar berseru kaget saat melihat Ibu mertuanya ada di dalam rumahnya dan tengah membantu Mbok Desi masak.Perempuan paruh baya itu tersenyum lalu menyambut menantunya dalam pelukan. "Kamu apa kabar sayang? Sudah lama kamu tidak main ke rumah, Mama merindukanmu."Biasanya, Lisa memang selalu datang ke rumah Ibu mertuanya itu seminggu sekali rutin. Tapi semenjak ia mengetahui bahwa Devi hamil, Lisa jadi melupakan kebiasaannya itu."Em maaf Ma, Lisa agak sibuk akhir-akhir ini.""Ya, tidak apa-apa... Mama mengerti kok, Juan sudah menceritakan semuanya dan Mama sangat bahagia akhirnya kalian akan punya anak." Ungkap perempuan itu antusias.Sebelum datang ke rumah itu, ia sudah lebih dulu menelpon Juan dan menanyakan kenapa Lisa tidak pernah datang ke rumahnya beberapa minggu ini dan Juan berkata bahwa Lisa tengah istirahat di rumah lantaran teng
Juan baru pulang kerumahnya saat tengah malam tiba, rasanya tubuhnya pegal semua karena pekerjaan yang begitu banyak. Kebiasaan Bos bila akhir bulan pasti kerjaan numpuk, jika tidak di kerjakan ya sudah pasti tidak akan kelar. Yah walaupun sebenarnya Juan bisa saja mengandalkan sekretarisnya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi Juan bukan orang yang selalu mengandalkan orang lain dan hanya menikmati hasilnya saja.Rumah tentu saja sudah sepi, Devi dan Lisa tentu saja pasti sudah tidur."Mau di siapkan sesuatu Tuan?" Tanya Mbok Desi.Juan menggelengkan kepalanya pelan, "tidak perlu Mbok...""Ya sudah kalau begitu Mbok Desi pamit kembali kebelakang." Pamit Mbok Desi lalu kembali ke kamarnya.Juan pun naik ke lantai atas dan memasuki kamarnya dan langsung merebahkan dirinya di atas kasur begitu saja tanpa membersihkan diri terlebih dahulu ia pun langsung tidur.
"Bagaimana keadaan Devi?" Tanya Juan panik.Dia baru saja sampai dirumah sakit karena Devi masuk rumah sakit akibat jatuh dari lantai kamar mandi. Saat ini kehamilan Devi sudah memasuki bulan ke tiga."Tidak tau, dokter masih memeriksanya." Balas Lisa seraya memeluk Juan.Lima menit kemudian, dokter keluar dari ruang UGD."Dokter bagaimana keadaan bayi kami?" Tanya Lisa berbarengan dengan Juan.Dokter itu menghela napas dan tersenyum ramah. "Kalian jangan khawatir, bayi dalam kandungan Ibu Devi sangat kuat. Jadi tidak terjadi apa-apa dengannya."Lisa dan Juan menghela napas lega mendengar ucapan sang dokter."Kami akan memindahkan Ibu Devi ke ruang rawat dulu, setelah itu baru kalian bisa menemuinya." Ujar Dokter itu lagi lalu kembali masuk ruang UGD."Syukurlah Mas, anak kita selamat... Aku sangat takut tadi saat mel
[ Devi POV ]"Aku menyukaimu."Aku tersenyum masam setiap mendengar Mas Juan mengatakan dua kata itu. 'Aku menyukaimu'. Aku tau, Mas Juan menyukaiku, lebih tepatnya menyukai tubuh ini."Devi.""Aku tau Mas.""Aku benar-benar menyukai kamu Devi.""Mas Juan sudah mengatakan itu berulang-ulang kali loh.""Itu karena kamu tidak percaya kalau aku benar-benar menyukai kamu, Devi.""Aku percaya kok, sebaiknya Mas Juan cepat pergi dari sini sebelum Mba Lisa datang menjemputku."Aku mendorong tubuh Mas Juan keluar dari ruang rawatku. Menghela napas panjang lalu duduk di atas tempat tidur.Tidak terasa kini kandunganku sudah berumur tiga bulan, kurang dari enam bulan lagi akan lahir bayi mungil itu. Aku mengusap perutku lembut, sayang sekali setelah lahir kami harus berpisah karena bayi
[ Lisa Pov ]"Lisa siapa dia?""Dia adik sepupuku Mba.""Adik sepupumu? Apa dia Devi? Mama Olivia pernah bilang sama aku kalau kamu ajak sepupu jauhmu untuk tinggal di rumahmu selama kamu hamil?" tanya Mba Santika beruntun. Mba Santika adalah kakak pertama dari Mas Juan.Aku tersenyum dan mengangguk lalu membalas. "Iya Mba, itu benar.""Kamu tidak takut nih Lisa, bawa sepupu perempuan tinggal bersamamu?" tanyanya lagi.Aku pun menggelengkan kepalaku. "Tidak Mba, memangnya aku harus takut apa?""Ituloh, sekarang kan jamannya pelakor... Takutnya nanti dia nikung kamu kan." ucapan Mba Santika dengan mata yang melirik Devi di ruang makan.Mba Santika memang datang saat kami tengah makan siang.Aku tersenyum lebar untuk menanggapi ucapan Mba Santika tadi. Walaupun aku juga takut akan hal itu, tapi aku
Kawin kontrak Bab 1, Cek kesehatan "Kamu yakin mau melakukan kawin kontrak ini?" Devi mengangguk tanpa ragu sekali pun, ia sudah memikirkan matang-matang bahwa ia akan melakukan apa pun itu untuk kesembuhan neneknya yang saat ini tengah sakit. Nenek Sumi adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki, ah maksudnya satu-satunya keluarga yang masih peduli dengan Devi. Karena semenjak Ibu dan Ayahnya bercerai, hanya Nenek Sumilah yang peduli dan merawat Devi. "Tapi Dev, kamu itu belum berpengalaman loh..." Devi tersenyum masam menatap temannya yang dia kenal beberapa bulan yang lalu itu. Dia tau maksud dari temannya itu, tapi dia sudah putus asa lantaran susahnya mencari pekerjaan dengan modal ijazah SMA. Devi menghela napas, tidak apalah ia mengorbankan masa depannya untuk orang yang sangat dia sayangi. Menikah dengan orang asing memang bukan perkara mudah, apalagi
Devi mengecek ponselnya dengan gelisah, ia berdiri tidak nyaman di tepi jalan menunggu Lisa menjemputnya. Setelah Lisa menghubunginya bahwa semuanya baik-baik saja dan pernikahan kontrak itu akan segera dilakukan, Devi langsung menghubungi Sesa untuk mengatakan kabar itu dan Sesa pun senang dengan hasilnya dan menyemangati Devi.Kini sudah dua hari sejak hari itu dan pernikahan kontrak itu akan dilakukan pada hari ini juga."Semua akan baik-baik saja Devi, kamu hanya perlu menikah lalu melahirkan anaknya... Setelah itu aku akan bebas kembali." Ujar Devi menyemangati dirinya sendiri.Walaupun sebenarnya dia merasa agak takut, ah ketimbang takut, Devi lebih merasa gugup. Dia sadar, itu bukan pernikahan sungguhan, tapi Devi tetap merasa gugup.Sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya lalu sang pemilik mobil itu pun membuka kaca mobilnya dan berkata. "Devi ayo naik, penghulu sudah menunggu."&nbs
"Ehem."Juan hampir saja tertawa lepas saat melihat Devi dengan polosnya mengusap sudut bibirnya. Entah darimana Lisa mendapatkan perempuan itu, jika bukan karena Lisa yang ngotot mau punya anak dengan menggunakan perempuan lain. Juan tidak akan mau menikahi perempuan secara kontrak, yah walaupun dia tau bila Devi hanya mau uangnya saja.Malam itu Juan dan Devi habiskan sepanjang malam hanya untuk bermain di atas kasur, bahkan Juan hampir tidak ingin berhenti bila tidak ingat hari sudah mulai mau pagi dan ia harus istirahat karena pada pukul sembilan nanti akan ada rapat bersama beberapa kliennya.Juan pun tersenyum puas dalam tidurnya, rasanya baru kali ini ia merasa sangat puas dengan permainan ranjangnya. Walaupun Devi belum berpengalaman, tapi itu malah membuat Juan merasa beda.Beda karena dulu Lisa sudah tidak perawan saat menikah dengannya.Juan tidur dengan Devi di peluka
[ Lisa Pov ]"Lisa siapa dia?""Dia adik sepupuku Mba.""Adik sepupumu? Apa dia Devi? Mama Olivia pernah bilang sama aku kalau kamu ajak sepupu jauhmu untuk tinggal di rumahmu selama kamu hamil?" tanya Mba Santika beruntun. Mba Santika adalah kakak pertama dari Mas Juan.Aku tersenyum dan mengangguk lalu membalas. "Iya Mba, itu benar.""Kamu tidak takut nih Lisa, bawa sepupu perempuan tinggal bersamamu?" tanyanya lagi.Aku pun menggelengkan kepalaku. "Tidak Mba, memangnya aku harus takut apa?""Ituloh, sekarang kan jamannya pelakor... Takutnya nanti dia nikung kamu kan." ucapan Mba Santika dengan mata yang melirik Devi di ruang makan.Mba Santika memang datang saat kami tengah makan siang.Aku tersenyum lebar untuk menanggapi ucapan Mba Santika tadi. Walaupun aku juga takut akan hal itu, tapi aku
[ Devi POV ]"Aku menyukaimu."Aku tersenyum masam setiap mendengar Mas Juan mengatakan dua kata itu. 'Aku menyukaimu'. Aku tau, Mas Juan menyukaiku, lebih tepatnya menyukai tubuh ini."Devi.""Aku tau Mas.""Aku benar-benar menyukai kamu Devi.""Mas Juan sudah mengatakan itu berulang-ulang kali loh.""Itu karena kamu tidak percaya kalau aku benar-benar menyukai kamu, Devi.""Aku percaya kok, sebaiknya Mas Juan cepat pergi dari sini sebelum Mba Lisa datang menjemputku."Aku mendorong tubuh Mas Juan keluar dari ruang rawatku. Menghela napas panjang lalu duduk di atas tempat tidur.Tidak terasa kini kandunganku sudah berumur tiga bulan, kurang dari enam bulan lagi akan lahir bayi mungil itu. Aku mengusap perutku lembut, sayang sekali setelah lahir kami harus berpisah karena bayi
"Bagaimana keadaan Devi?" Tanya Juan panik.Dia baru saja sampai dirumah sakit karena Devi masuk rumah sakit akibat jatuh dari lantai kamar mandi. Saat ini kehamilan Devi sudah memasuki bulan ke tiga."Tidak tau, dokter masih memeriksanya." Balas Lisa seraya memeluk Juan.Lima menit kemudian, dokter keluar dari ruang UGD."Dokter bagaimana keadaan bayi kami?" Tanya Lisa berbarengan dengan Juan.Dokter itu menghela napas dan tersenyum ramah. "Kalian jangan khawatir, bayi dalam kandungan Ibu Devi sangat kuat. Jadi tidak terjadi apa-apa dengannya."Lisa dan Juan menghela napas lega mendengar ucapan sang dokter."Kami akan memindahkan Ibu Devi ke ruang rawat dulu, setelah itu baru kalian bisa menemuinya." Ujar Dokter itu lagi lalu kembali masuk ruang UGD."Syukurlah Mas, anak kita selamat... Aku sangat takut tadi saat mel
Juan baru pulang kerumahnya saat tengah malam tiba, rasanya tubuhnya pegal semua karena pekerjaan yang begitu banyak. Kebiasaan Bos bila akhir bulan pasti kerjaan numpuk, jika tidak di kerjakan ya sudah pasti tidak akan kelar. Yah walaupun sebenarnya Juan bisa saja mengandalkan sekretarisnya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi Juan bukan orang yang selalu mengandalkan orang lain dan hanya menikmati hasilnya saja.Rumah tentu saja sudah sepi, Devi dan Lisa tentu saja pasti sudah tidur."Mau di siapkan sesuatu Tuan?" Tanya Mbok Desi.Juan menggelengkan kepalanya pelan, "tidak perlu Mbok...""Ya sudah kalau begitu Mbok Desi pamit kembali kebelakang." Pamit Mbok Desi lalu kembali ke kamarnya.Juan pun naik ke lantai atas dan memasuki kamarnya dan langsung merebahkan dirinya di atas kasur begitu saja tanpa membersihkan diri terlebih dahulu ia pun langsung tidur.
"Mama!"Lisa tanpa sadar berseru kaget saat melihat Ibu mertuanya ada di dalam rumahnya dan tengah membantu Mbok Desi masak.Perempuan paruh baya itu tersenyum lalu menyambut menantunya dalam pelukan. "Kamu apa kabar sayang? Sudah lama kamu tidak main ke rumah, Mama merindukanmu."Biasanya, Lisa memang selalu datang ke rumah Ibu mertuanya itu seminggu sekali rutin. Tapi semenjak ia mengetahui bahwa Devi hamil, Lisa jadi melupakan kebiasaannya itu."Em maaf Ma, Lisa agak sibuk akhir-akhir ini.""Ya, tidak apa-apa... Mama mengerti kok, Juan sudah menceritakan semuanya dan Mama sangat bahagia akhirnya kalian akan punya anak." Ungkap perempuan itu antusias.Sebelum datang ke rumah itu, ia sudah lebih dulu menelpon Juan dan menanyakan kenapa Lisa tidak pernah datang ke rumahnya beberapa minggu ini dan Juan berkata bahwa Lisa tengah istirahat di rumah lantaran teng
Pagi harinya, Devi bangun begitu pagi dan langsung membereskan seprei yang berantakan. Takut Lisa keburu datang dan bertanya-tanya bagaimana cara tidurnya sampai seprei bisa sebentar akankah itu.Setelah membereskan tempat tidur, Devi pun langsung mandi. Baru saja selesai mandi, Lisa sudah datang ke kamarnya seperti biasa."Mba Lisa." Sapa Devi dengan senyuman seperti hari biasa.Lisa pun balas tersenyum, namun kali ini tidak selebar biasanya. "Kamu sudah mandi, mau kemana?""Em itu kan kemarin aku sudah izin sama Mba Lisa kalau hari ini aku mau ke rumah sakit..."Ya, Devi sudah mengatakan pada Lisa bahwa dia memiliki seorang Nenek yang tengah sakit dan dirawat di rumah sakit."Aku akan menemani kamu." Ucap Lisa."Tapi---""Tidak ada tapi-tapian, aku tidak mau kalau sampai kamu ceroboh dan membahayakan anakku na
Kini kehamilan Devi sudah berumur satu bulan dan Lisa semakin overprotektif menjaga Devi dan selalu melarang Devi melakukan ini itu. Hal itu membuat Devi agak jengah karena dia tidak bisa bebas melakukan apapun, bahkan saat akan menuruni tangga pun Lisa akan memapah Devi kayaknya anak-anak.Lisa pun melakukan semua itu hanya untuk menjaga Devi tetap dalam kondisi aman. Lisa begitu takut kehilangan bayi dalam kandungan Devi, walaupun dokter sudah mengatakan bahwa kandungan Devi baik-baik saja dan sangat sehat."Selamat tidur sayang, mimpi indah, jangan nakal di dalam sana ya." Ucap Lisa sembari mengusap perut rata Devi. Hal itu selalu Lisa lakukan setiap malam sebelum Devi tidur, Lisa bahkan menunggui Devi di kamar sampai tidur. Perempuan itu akan keluar hanya bisa Devi sudah tidur pulas, seperti saat ini.Lisa keluar kamar Devi dan mendapati Juan yang baru saja pulang."Mas sudah pulang?" Tanya Lisa.
Seharian penuh Juan terus menyentuh Devi dan walaupun merasa lelah tapi Devi menyukai sentuhan Juan. Mereka bahkan melupakan makan siang mereka dan baru mengisi perut saat malam hari, setelah itu mereka kembali saling menyentuh. Ya, kali ini bukan hanya Juan yang menyentuh Devi. Tapi Devi juga ikut menyentuh seluruh tubuh Juan dengan tangan dan bibirnya.Devi merasa seperti seorang perempuan penghibur sungguhan saat ini. Tapi dia tidak peduli, toh bagaimana pun dia menyangkal bahwa dia bukan perempuan penghibur, tapi nyatanya itulah dia sekarang."Kamu sungguh hebat Devi, bahkan Lisa pun tidak bisa melakukan apa yang kamu lakukan." Ujar Juan bangga dengan pelayanan Devi.Devi tersenyum lebar, "jangan keterlaluan memuji Mas Juan... Mba Lisa jelas lebih unggul segalanya.""Tidak, kamu lebih hebat daripada Lisa.""Hm Mas Juan mengatakan itu hanya karena saat ini kita sedang bersama
Hari ini Juan benar-benar mengambil hari libur, ia pun sudah memberitahukannya pada Lisa, jadi Lisa pun tidak datang ke Apartemen.Pukul setengah tujuh pagi, Devi tengah berkutat pada kompor tengah memasak tentu saja. Dengan bahan makanan seadanya, Devi membuat soap daging sapi, tahu goreng dan sambal balado udang. Entah Juan akan suka atau tidak dengan makanannya, tapi dalam hati sih Devi berdoa semoga Juan suka dengan masakannya.Rasanya Devi merasa seperti seorang istri sungguhan, tapi bukankah walaupun hanya berstatus kontrak, Devi tetaplah seorang istri sungguhan?Setelah selesai memasak, Devi pun membereskan Apartemen. Dari mulai membereskan dapur bekas ia masak tadi, menyapu, mengepel dan mengelap prabotan. Di rumah dia biasa melakukan hal itu jadi semua itu ia lakukan dengan cepat tanpa merasa kelelahan karena Apartemen itu tidak terlalu luas.Selesai beberes, Devi memutuskan untuk mandi kare