Seharian penuh Juan terus menyentuh Devi dan walaupun merasa lelah tapi Devi menyukai sentuhan Juan. Mereka bahkan melupakan makan siang mereka dan baru mengisi perut saat malam hari, setelah itu mereka kembali saling menyentuh. Ya, kali ini bukan hanya Juan yang menyentuh Devi. Tapi Devi juga ikut menyentuh seluruh tubuh Juan dengan tangan dan bibirnya.
Devi merasa seperti seorang perempuan penghibur sungguhan saat ini. Tapi dia tidak peduli, toh bagaimana pun dia menyangkal bahwa dia bukan perempuan penghibur, tapi nyatanya itulah dia sekarang.
"Kamu sungguh hebat Devi, bahkan Lisa pun tidak bisa melakukan apa yang kamu lakukan." Ujar Juan bangga dengan pelayanan Devi.
Devi tersenyum lebar, "jangan keterlaluan memuji Mas Juan... Mba Lisa jelas lebih unggul segalanya."
"Tidak, kamu lebih hebat daripada Lisa."
"Hm Mas Juan mengatakan itu hanya karena saat ini kita sedang bersama kan?"
"Entahlah rasanya aku ingin terus berada di dalam-mu terus menerus..."
"Semoga anak kalian cepat hadir."
°°°
Keesokan harinya Lisa datang ke Apartemen tanpa mengatakan pada Juan atau Devi dan dia terkejut saat mendapati Juan dan Devi yang tengah berciuman panas di sofa, padahal Juan sudah rapi dengan pakaian kerjanya. Bahkan sampai beberapa menit pun tidak ada yang menyadari kehadiran dirinya di Apartemen itu.
Lisa menghela napas melihat itu, ia menyentuh dadanya. 'kenapa rasanya sakit' batinnya.
'Tenang Lisa, jangan khawatir dan berpikir yang aneh-aneh... Ini semua aku yang mau, aku yang ingin Mas Juan punya anak dari perempuan lain karena aku tidak mau mengadopsi anak dari panti asuhan' batin Lisa berusaha menenangkan dirinya.
Devi yang menyadari ada orang lain di Apartemen itu pun langsung menjauhkan diri dari jangkauan Juan.
"Dev---" Erang Juan tidak terima dengan Devi yang melepaskan ciuman mereka.
"Hm apakah aku menganggu?" Tanya Lisa.
Juan sontak langsung buru-buru menjauh dari Devi dan mendekati Lisa. "Sayang kamu datang kok tidak bilang-bilang?" Tanya Juan, ia merasa seperti suami yang ketahuan selingkuh.
Lisa tersenyum, "kupikir kamu sudah pergi ke kantor karena ini sudah pukul sembilan dan kemarin kamu hanya bilang akan libur sehari." Ungkap Lisa.
"Um itu--tadi..."
"Tidak apa-apa Mas, aku juga tidak sabar ingin punya anak." Ujar Lisa memotong ucapan Juan yang kebingungan ingin berkata apa.
Sementara Devi hanya diam di sofa karena tidak tau apa yang harus dia lakukan.
Tidak lama kemudian Juan dan Lisa berjalan memasuki kamar bersama dan entah kenapa terselip rasa tidak suka melihat itu. Hanya beberapa menit, mereka kembali keluar kamar dengan Juan yang tadinya berpakaian berantakan, kini sudah rapi dan siap pergi ke kantor. Andai Lisa tidak datang, mungkin Juan dan Devi akan kembali bermain di sofa itu.
"Mba Lisa."
Lisa menatap Devi dan menghela napasnya, "aku harap kamu tidak ingkar janji dan akan meninggalkan kami setelah melahirkan anak kami kelak."
Devi tersenyum masam dan mengangguk. "Mba Lisa jangan takut, aku tidak akan ingkar janji... Setelah melahirkan anak, aku akan meninggalkan kalian." Janji Devi.
"Oke, aku kesini untuk membahas soal uang yang akan kamu terima setelah hamil dan melahirkan." Ucap Lisa lalu duduk di samping Devi.
Lalu Devi dan Lisa pun mulai membahas masalah uang itu, atau lebih tepatnya hanya Lisa yang banyak bicara karena Devi tidak banyak bicara dan menyetujui bahwa ia akan mendapatkan uang sebanyak tujuh milyar. Itu sudah sangat banyak untuk Devi dan lebih dari cukup untuk berobat sang Nenek.
°°°
Hari hari berikutnya, Juan hanya akan datang saat malam hari untuk melakukan hubungan suami istri saja. Setelah selesai Devi melayaninya, Juan tidak menginap seperti hari sebelumnya, tapi pria itu pergi dan kembali lagi malam berikutnya hanya untuk melakukan hubungan suami istri saja. Begitu terus sampai lima hari berturut.
Mungkin Lisa yang tidak ingin Juan menginap di Apartemen.
Pada hari ke tujuh Devi tinggal di Apartemen, Lisa datang dan mengajak Devi untuk periksa ke dokter kandungan. Perempuan itu ingin mengecek apakah Devi sudah hamil atau belum.
"Bagaimana dokter?" Tanya Lisa tidak sabar.
"Selamat ya, walaupun masih begitu awal... Tapi Bu Devi saat ini tengah mengandung." Ucap dokter kandungan yang baru saja memeriksa Devi.
"Ini adalah hasil USG, masih berupa titik... Saya akan memberikan resep vitamin dan obat anti mual bila nanti tiba tiba Bu Devi merasa mual." Ucap Dokter itu menyerahkan hasil USG dan kemudian resep vitamin dan obat anti mual.
"Terimakasih Dokter."
Lisa dan Devi keluar dari rumah sakit dengan perasaan yang berbeda. Lisa sudah pasti dengan perasaan yang sangat bahagia karena sebentar lagi ia akan punya anak dari Juan. Sementara Devi, entahlah dia bingung dengan apa yang dia rasakan saat ini.
Setelah menebus resep vitamin dan obat dari dokter di apotek terdekat, Lisa langsung membawa Devi pulang ke rumahnya. Lisa akan merawat Devi sendiri.
"Hati-hati Devi."
Lisa membantu Devi berjalan ke dalam rumah dengan hati-hati, dia tidak mau anaknya kenapa-napa bila Devi ceroboh.
"Karena kamu sudah hamil, maka mulai hari ini kamu akan tinggal di sini bersama kami." Ucap Lisa.
Devi memperhatikan rumah mewah itu dengan kagum. "Ini rumah Mba Lisa?" Tanya Devi.
Lisa mengangguk, "ya, ini rumah kami."
"Ayo aku akan mengantarmu ke kamar."
Lisa membawa Devi ke dalam kamar tamu yang sudah di bersihkan.
Sementara Devi tidak berhenti berdecak kagum dalam hati dan mengatakan seberapa kaya sebenarnya Juan dan Lisa itu.
Andai dia memiliki suami yang kaya seperti Juan, maka semua akan mudah baginya. Devi bisa melakukan segalanya.
"Kamu istirahat saja di dalam, aku akan menyuruh Mbok Desi membuat makan untuk kamu... Atau kamu ingin makan sesuatu?" Tanya Lisa.
Devi menggelengkan kepalanya pelan, "tidak aku tidak ingin apa-apa "
"Kalau kamu ingin sesuatu katakan saja padaku atau Mas Juan ya, jangan sampai kamu menahannya... Aku tidak mau anak kami ngiler karena kamu tidak bisa mendapatkan apa yang kamu mau." Ujar Lisa lalu meninggalkan Devi di kamar tamu.
Bersambung dulu yah...
Terimakasih sudah mampir membaca cerita 'Kawin kontrak' ;) jangan lupa subscribe dan bagi love-nya untuk bab ini yes ;)
Kini kehamilan Devi sudah berumur satu bulan dan Lisa semakin overprotektif menjaga Devi dan selalu melarang Devi melakukan ini itu. Hal itu membuat Devi agak jengah karena dia tidak bisa bebas melakukan apapun, bahkan saat akan menuruni tangga pun Lisa akan memapah Devi kayaknya anak-anak.Lisa pun melakukan semua itu hanya untuk menjaga Devi tetap dalam kondisi aman. Lisa begitu takut kehilangan bayi dalam kandungan Devi, walaupun dokter sudah mengatakan bahwa kandungan Devi baik-baik saja dan sangat sehat."Selamat tidur sayang, mimpi indah, jangan nakal di dalam sana ya." Ucap Lisa sembari mengusap perut rata Devi. Hal itu selalu Lisa lakukan setiap malam sebelum Devi tidur, Lisa bahkan menunggui Devi di kamar sampai tidur. Perempuan itu akan keluar hanya bisa Devi sudah tidur pulas, seperti saat ini.Lisa keluar kamar Devi dan mendapati Juan yang baru saja pulang."Mas sudah pulang?" Tanya Lisa.
Pagi harinya, Devi bangun begitu pagi dan langsung membereskan seprei yang berantakan. Takut Lisa keburu datang dan bertanya-tanya bagaimana cara tidurnya sampai seprei bisa sebentar akankah itu.Setelah membereskan tempat tidur, Devi pun langsung mandi. Baru saja selesai mandi, Lisa sudah datang ke kamarnya seperti biasa."Mba Lisa." Sapa Devi dengan senyuman seperti hari biasa.Lisa pun balas tersenyum, namun kali ini tidak selebar biasanya. "Kamu sudah mandi, mau kemana?""Em itu kan kemarin aku sudah izin sama Mba Lisa kalau hari ini aku mau ke rumah sakit..."Ya, Devi sudah mengatakan pada Lisa bahwa dia memiliki seorang Nenek yang tengah sakit dan dirawat di rumah sakit."Aku akan menemani kamu." Ucap Lisa."Tapi---""Tidak ada tapi-tapian, aku tidak mau kalau sampai kamu ceroboh dan membahayakan anakku na
"Mama!"Lisa tanpa sadar berseru kaget saat melihat Ibu mertuanya ada di dalam rumahnya dan tengah membantu Mbok Desi masak.Perempuan paruh baya itu tersenyum lalu menyambut menantunya dalam pelukan. "Kamu apa kabar sayang? Sudah lama kamu tidak main ke rumah, Mama merindukanmu."Biasanya, Lisa memang selalu datang ke rumah Ibu mertuanya itu seminggu sekali rutin. Tapi semenjak ia mengetahui bahwa Devi hamil, Lisa jadi melupakan kebiasaannya itu."Em maaf Ma, Lisa agak sibuk akhir-akhir ini.""Ya, tidak apa-apa... Mama mengerti kok, Juan sudah menceritakan semuanya dan Mama sangat bahagia akhirnya kalian akan punya anak." Ungkap perempuan itu antusias.Sebelum datang ke rumah itu, ia sudah lebih dulu menelpon Juan dan menanyakan kenapa Lisa tidak pernah datang ke rumahnya beberapa minggu ini dan Juan berkata bahwa Lisa tengah istirahat di rumah lantaran teng
Juan baru pulang kerumahnya saat tengah malam tiba, rasanya tubuhnya pegal semua karena pekerjaan yang begitu banyak. Kebiasaan Bos bila akhir bulan pasti kerjaan numpuk, jika tidak di kerjakan ya sudah pasti tidak akan kelar. Yah walaupun sebenarnya Juan bisa saja mengandalkan sekretarisnya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi Juan bukan orang yang selalu mengandalkan orang lain dan hanya menikmati hasilnya saja.Rumah tentu saja sudah sepi, Devi dan Lisa tentu saja pasti sudah tidur."Mau di siapkan sesuatu Tuan?" Tanya Mbok Desi.Juan menggelengkan kepalanya pelan, "tidak perlu Mbok...""Ya sudah kalau begitu Mbok Desi pamit kembali kebelakang." Pamit Mbok Desi lalu kembali ke kamarnya.Juan pun naik ke lantai atas dan memasuki kamarnya dan langsung merebahkan dirinya di atas kasur begitu saja tanpa membersihkan diri terlebih dahulu ia pun langsung tidur.
"Bagaimana keadaan Devi?" Tanya Juan panik.Dia baru saja sampai dirumah sakit karena Devi masuk rumah sakit akibat jatuh dari lantai kamar mandi. Saat ini kehamilan Devi sudah memasuki bulan ke tiga."Tidak tau, dokter masih memeriksanya." Balas Lisa seraya memeluk Juan.Lima menit kemudian, dokter keluar dari ruang UGD."Dokter bagaimana keadaan bayi kami?" Tanya Lisa berbarengan dengan Juan.Dokter itu menghela napas dan tersenyum ramah. "Kalian jangan khawatir, bayi dalam kandungan Ibu Devi sangat kuat. Jadi tidak terjadi apa-apa dengannya."Lisa dan Juan menghela napas lega mendengar ucapan sang dokter."Kami akan memindahkan Ibu Devi ke ruang rawat dulu, setelah itu baru kalian bisa menemuinya." Ujar Dokter itu lagi lalu kembali masuk ruang UGD."Syukurlah Mas, anak kita selamat... Aku sangat takut tadi saat mel
[ Devi POV ]"Aku menyukaimu."Aku tersenyum masam setiap mendengar Mas Juan mengatakan dua kata itu. 'Aku menyukaimu'. Aku tau, Mas Juan menyukaiku, lebih tepatnya menyukai tubuh ini."Devi.""Aku tau Mas.""Aku benar-benar menyukai kamu Devi.""Mas Juan sudah mengatakan itu berulang-ulang kali loh.""Itu karena kamu tidak percaya kalau aku benar-benar menyukai kamu, Devi.""Aku percaya kok, sebaiknya Mas Juan cepat pergi dari sini sebelum Mba Lisa datang menjemputku."Aku mendorong tubuh Mas Juan keluar dari ruang rawatku. Menghela napas panjang lalu duduk di atas tempat tidur.Tidak terasa kini kandunganku sudah berumur tiga bulan, kurang dari enam bulan lagi akan lahir bayi mungil itu. Aku mengusap perutku lembut, sayang sekali setelah lahir kami harus berpisah karena bayi
[ Lisa Pov ]"Lisa siapa dia?""Dia adik sepupuku Mba.""Adik sepupumu? Apa dia Devi? Mama Olivia pernah bilang sama aku kalau kamu ajak sepupu jauhmu untuk tinggal di rumahmu selama kamu hamil?" tanya Mba Santika beruntun. Mba Santika adalah kakak pertama dari Mas Juan.Aku tersenyum dan mengangguk lalu membalas. "Iya Mba, itu benar.""Kamu tidak takut nih Lisa, bawa sepupu perempuan tinggal bersamamu?" tanyanya lagi.Aku pun menggelengkan kepalaku. "Tidak Mba, memangnya aku harus takut apa?""Ituloh, sekarang kan jamannya pelakor... Takutnya nanti dia nikung kamu kan." ucapan Mba Santika dengan mata yang melirik Devi di ruang makan.Mba Santika memang datang saat kami tengah makan siang.Aku tersenyum lebar untuk menanggapi ucapan Mba Santika tadi. Walaupun aku juga takut akan hal itu, tapi aku
Kawin kontrak Bab 1, Cek kesehatan "Kamu yakin mau melakukan kawin kontrak ini?" Devi mengangguk tanpa ragu sekali pun, ia sudah memikirkan matang-matang bahwa ia akan melakukan apa pun itu untuk kesembuhan neneknya yang saat ini tengah sakit. Nenek Sumi adalah satu-satunya keluarga yang dia miliki, ah maksudnya satu-satunya keluarga yang masih peduli dengan Devi. Karena semenjak Ibu dan Ayahnya bercerai, hanya Nenek Sumilah yang peduli dan merawat Devi. "Tapi Dev, kamu itu belum berpengalaman loh..." Devi tersenyum masam menatap temannya yang dia kenal beberapa bulan yang lalu itu. Dia tau maksud dari temannya itu, tapi dia sudah putus asa lantaran susahnya mencari pekerjaan dengan modal ijazah SMA. Devi menghela napas, tidak apalah ia mengorbankan masa depannya untuk orang yang sangat dia sayangi. Menikah dengan orang asing memang bukan perkara mudah, apalagi
[ Lisa Pov ]"Lisa siapa dia?""Dia adik sepupuku Mba.""Adik sepupumu? Apa dia Devi? Mama Olivia pernah bilang sama aku kalau kamu ajak sepupu jauhmu untuk tinggal di rumahmu selama kamu hamil?" tanya Mba Santika beruntun. Mba Santika adalah kakak pertama dari Mas Juan.Aku tersenyum dan mengangguk lalu membalas. "Iya Mba, itu benar.""Kamu tidak takut nih Lisa, bawa sepupu perempuan tinggal bersamamu?" tanyanya lagi.Aku pun menggelengkan kepalaku. "Tidak Mba, memangnya aku harus takut apa?""Ituloh, sekarang kan jamannya pelakor... Takutnya nanti dia nikung kamu kan." ucapan Mba Santika dengan mata yang melirik Devi di ruang makan.Mba Santika memang datang saat kami tengah makan siang.Aku tersenyum lebar untuk menanggapi ucapan Mba Santika tadi. Walaupun aku juga takut akan hal itu, tapi aku
[ Devi POV ]"Aku menyukaimu."Aku tersenyum masam setiap mendengar Mas Juan mengatakan dua kata itu. 'Aku menyukaimu'. Aku tau, Mas Juan menyukaiku, lebih tepatnya menyukai tubuh ini."Devi.""Aku tau Mas.""Aku benar-benar menyukai kamu Devi.""Mas Juan sudah mengatakan itu berulang-ulang kali loh.""Itu karena kamu tidak percaya kalau aku benar-benar menyukai kamu, Devi.""Aku percaya kok, sebaiknya Mas Juan cepat pergi dari sini sebelum Mba Lisa datang menjemputku."Aku mendorong tubuh Mas Juan keluar dari ruang rawatku. Menghela napas panjang lalu duduk di atas tempat tidur.Tidak terasa kini kandunganku sudah berumur tiga bulan, kurang dari enam bulan lagi akan lahir bayi mungil itu. Aku mengusap perutku lembut, sayang sekali setelah lahir kami harus berpisah karena bayi
"Bagaimana keadaan Devi?" Tanya Juan panik.Dia baru saja sampai dirumah sakit karena Devi masuk rumah sakit akibat jatuh dari lantai kamar mandi. Saat ini kehamilan Devi sudah memasuki bulan ke tiga."Tidak tau, dokter masih memeriksanya." Balas Lisa seraya memeluk Juan.Lima menit kemudian, dokter keluar dari ruang UGD."Dokter bagaimana keadaan bayi kami?" Tanya Lisa berbarengan dengan Juan.Dokter itu menghela napas dan tersenyum ramah. "Kalian jangan khawatir, bayi dalam kandungan Ibu Devi sangat kuat. Jadi tidak terjadi apa-apa dengannya."Lisa dan Juan menghela napas lega mendengar ucapan sang dokter."Kami akan memindahkan Ibu Devi ke ruang rawat dulu, setelah itu baru kalian bisa menemuinya." Ujar Dokter itu lagi lalu kembali masuk ruang UGD."Syukurlah Mas, anak kita selamat... Aku sangat takut tadi saat mel
Juan baru pulang kerumahnya saat tengah malam tiba, rasanya tubuhnya pegal semua karena pekerjaan yang begitu banyak. Kebiasaan Bos bila akhir bulan pasti kerjaan numpuk, jika tidak di kerjakan ya sudah pasti tidak akan kelar. Yah walaupun sebenarnya Juan bisa saja mengandalkan sekretarisnya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi Juan bukan orang yang selalu mengandalkan orang lain dan hanya menikmati hasilnya saja.Rumah tentu saja sudah sepi, Devi dan Lisa tentu saja pasti sudah tidur."Mau di siapkan sesuatu Tuan?" Tanya Mbok Desi.Juan menggelengkan kepalanya pelan, "tidak perlu Mbok...""Ya sudah kalau begitu Mbok Desi pamit kembali kebelakang." Pamit Mbok Desi lalu kembali ke kamarnya.Juan pun naik ke lantai atas dan memasuki kamarnya dan langsung merebahkan dirinya di atas kasur begitu saja tanpa membersihkan diri terlebih dahulu ia pun langsung tidur.
"Mama!"Lisa tanpa sadar berseru kaget saat melihat Ibu mertuanya ada di dalam rumahnya dan tengah membantu Mbok Desi masak.Perempuan paruh baya itu tersenyum lalu menyambut menantunya dalam pelukan. "Kamu apa kabar sayang? Sudah lama kamu tidak main ke rumah, Mama merindukanmu."Biasanya, Lisa memang selalu datang ke rumah Ibu mertuanya itu seminggu sekali rutin. Tapi semenjak ia mengetahui bahwa Devi hamil, Lisa jadi melupakan kebiasaannya itu."Em maaf Ma, Lisa agak sibuk akhir-akhir ini.""Ya, tidak apa-apa... Mama mengerti kok, Juan sudah menceritakan semuanya dan Mama sangat bahagia akhirnya kalian akan punya anak." Ungkap perempuan itu antusias.Sebelum datang ke rumah itu, ia sudah lebih dulu menelpon Juan dan menanyakan kenapa Lisa tidak pernah datang ke rumahnya beberapa minggu ini dan Juan berkata bahwa Lisa tengah istirahat di rumah lantaran teng
Pagi harinya, Devi bangun begitu pagi dan langsung membereskan seprei yang berantakan. Takut Lisa keburu datang dan bertanya-tanya bagaimana cara tidurnya sampai seprei bisa sebentar akankah itu.Setelah membereskan tempat tidur, Devi pun langsung mandi. Baru saja selesai mandi, Lisa sudah datang ke kamarnya seperti biasa."Mba Lisa." Sapa Devi dengan senyuman seperti hari biasa.Lisa pun balas tersenyum, namun kali ini tidak selebar biasanya. "Kamu sudah mandi, mau kemana?""Em itu kan kemarin aku sudah izin sama Mba Lisa kalau hari ini aku mau ke rumah sakit..."Ya, Devi sudah mengatakan pada Lisa bahwa dia memiliki seorang Nenek yang tengah sakit dan dirawat di rumah sakit."Aku akan menemani kamu." Ucap Lisa."Tapi---""Tidak ada tapi-tapian, aku tidak mau kalau sampai kamu ceroboh dan membahayakan anakku na
Kini kehamilan Devi sudah berumur satu bulan dan Lisa semakin overprotektif menjaga Devi dan selalu melarang Devi melakukan ini itu. Hal itu membuat Devi agak jengah karena dia tidak bisa bebas melakukan apapun, bahkan saat akan menuruni tangga pun Lisa akan memapah Devi kayaknya anak-anak.Lisa pun melakukan semua itu hanya untuk menjaga Devi tetap dalam kondisi aman. Lisa begitu takut kehilangan bayi dalam kandungan Devi, walaupun dokter sudah mengatakan bahwa kandungan Devi baik-baik saja dan sangat sehat."Selamat tidur sayang, mimpi indah, jangan nakal di dalam sana ya." Ucap Lisa sembari mengusap perut rata Devi. Hal itu selalu Lisa lakukan setiap malam sebelum Devi tidur, Lisa bahkan menunggui Devi di kamar sampai tidur. Perempuan itu akan keluar hanya bisa Devi sudah tidur pulas, seperti saat ini.Lisa keluar kamar Devi dan mendapati Juan yang baru saja pulang."Mas sudah pulang?" Tanya Lisa.
Seharian penuh Juan terus menyentuh Devi dan walaupun merasa lelah tapi Devi menyukai sentuhan Juan. Mereka bahkan melupakan makan siang mereka dan baru mengisi perut saat malam hari, setelah itu mereka kembali saling menyentuh. Ya, kali ini bukan hanya Juan yang menyentuh Devi. Tapi Devi juga ikut menyentuh seluruh tubuh Juan dengan tangan dan bibirnya.Devi merasa seperti seorang perempuan penghibur sungguhan saat ini. Tapi dia tidak peduli, toh bagaimana pun dia menyangkal bahwa dia bukan perempuan penghibur, tapi nyatanya itulah dia sekarang."Kamu sungguh hebat Devi, bahkan Lisa pun tidak bisa melakukan apa yang kamu lakukan." Ujar Juan bangga dengan pelayanan Devi.Devi tersenyum lebar, "jangan keterlaluan memuji Mas Juan... Mba Lisa jelas lebih unggul segalanya.""Tidak, kamu lebih hebat daripada Lisa.""Hm Mas Juan mengatakan itu hanya karena saat ini kita sedang bersama
Hari ini Juan benar-benar mengambil hari libur, ia pun sudah memberitahukannya pada Lisa, jadi Lisa pun tidak datang ke Apartemen.Pukul setengah tujuh pagi, Devi tengah berkutat pada kompor tengah memasak tentu saja. Dengan bahan makanan seadanya, Devi membuat soap daging sapi, tahu goreng dan sambal balado udang. Entah Juan akan suka atau tidak dengan makanannya, tapi dalam hati sih Devi berdoa semoga Juan suka dengan masakannya.Rasanya Devi merasa seperti seorang istri sungguhan, tapi bukankah walaupun hanya berstatus kontrak, Devi tetaplah seorang istri sungguhan?Setelah selesai memasak, Devi pun membereskan Apartemen. Dari mulai membereskan dapur bekas ia masak tadi, menyapu, mengepel dan mengelap prabotan. Di rumah dia biasa melakukan hal itu jadi semua itu ia lakukan dengan cepat tanpa merasa kelelahan karena Apartemen itu tidak terlalu luas.Selesai beberes, Devi memutuskan untuk mandi kare