Mengapa semua orang ingin memiliki rumah yang nyaman?
Percaya atau tidak, rumah akan merekam semua kenangan sang penghuninya.
Jika kau bertemu dengan beberapa orang yang pernah tinggal di sana, atau orang memiliki mata keenam. Mereka akan membantu menceritakannya pada mu, orang baru.
* * *
Mungkin bukan saatnya Seva mengagumi rumah ini, tapi dia seolah sangat dekat dengan semua sudut di rumah ini. Tanpa sadar tingkah Seva menarik perhatian Shin, mengenai bagaimana gadis itu bisa menjadi saudara untuk Niskala. Dia bahkan tidak pernah membahas Seva ketika dengan Niskala, dia bahkan kadang mengabaikan gadis itu ketika Kala datang untuk menemaninya mengobrol. Terutama ketika Niskala harus tinggal bersama keluarga besar, Shin tau jarak antara Niskala dan Seva terasa jauh. Seva berada di luar rumah utama, tepatnya di rumah ibu dan ayah Niskala. Kalaupun ingin bertemu keduanya kadang harus membuat rencana, tentu saja yang melibatkannya sebagai
Kita tidak bisa memaksa segala sesuatu yang telah menjadi takdir. Kita hanya bisa mengira-ngira, bagaimana jalan ceritanya akan dimulai dan berakhir seperti apa.Selagi kita melangkah, hanya ada satu hal yang bisa kita lakukan.Menikmatinya.* * *Entahoverthinking atau malam ini, memang membuat mereka berada di situasi yang canggum. Semua orang berada di rumah ini, Seva tidur di kamar Naya, Aruna dan Shin di kamar tamu. Sengaja Aiza membiarkan mereka berdua, mungkin saja mereka ingin berbicara lebih banyak berdua sesama saudara. Sementara Surya bisa memilih akan tidur di kamarnya atau ruang tamu. Namun melihat reaksi Surya sudah pasti ia memilih di sofa ruang tamu, terlalu takut dan canggum untuk terlalu dekat dengan Aiza.Tetapi rupanya malam itu, tak ada yang lekas tertidur. Padahal malam hampir menunjukkan pukul dua dini hari, seolah semua merasakan hal yang sama. Banyak hal yang mereka pikirkan, Aiza
Sejauh apapun, bagaimana pun caranya. Kalau semesta ingin mempersatukan kalian, tidak ada yang akan bisa memisahkan. Namun, kali ini bukan semesta yang harus dipertanyakan. Tetapi bagaimana engkau akan menyatukan perbedaan itu dan menerimanya menjadi pelengkapmu.* * *Sehari sebelum pernikahan mereka, Eiliyah justru datang menemui Naya. Dia datang ke rumah seorang diri, beberapa orang tua bilang kalau wanita yang akan menikah tidak boleh banyak keluar rumah. Tetapi kali ini wajah Eiliyah justru terlihat tidak baik-baik saja, kami mengundangnya masuk sementara mereka berdua mengobrol. Aku tidak mau mengganggu mereka, jadi memilih membawa laptopku di meja makan. Kali ini apa lagi yang si kuncir itu lakukan? Tiba-tiba ponselku berdering, panjang umur si kuncir. Dia meneleponku ketika baru saja terlintas dipikiran, takut mengganggu aku menerimanya di halaman belakang."Ass--!""Za! Eiliyah kerumah lu gak?!"
Aku tidak paham bagaimana cara kerja dunia ini, tapi aku selalu diyakinkan.Seperti apapun keramaian, ada ruang untuk mereka berbaur bersama manusia.* * *Naya terlihat cantik dengan kebaya merah, lengkap dengan kerudungnya. Ia menjadi pengiring pengantin wanita untuk Eiliyah, ketika akad selesai dan berlanjut ke resepsi. Naya menyaksikan segalanya, keramaian yang dipenuhi dengan wajah-wajah bahagia. Namun, baik Aiza atau yang lainnya. Entah apa kakek mengetahuinya atau tidak, Naya bisa melihat dunia itu lebih dari mereka.Kepekaan seperti apa yang harus ia jelaskan, beberapa wajah manusia itu selalu terlihat berbeda di matanya. Mungkin tidak semuanya, namun hanya orang-orang tertentu. Ketika itu terjadi ia akan mengalami pusing dan kelelahan. Itu sebabnya Naya kadang membawa juga kacamata monokrom, agar ia tidak bisa berinteraksi langsung dengan apa yang terlihat oleh matanya.Seperti saat ini dia memilih
Kami di antara dua dunia, tapi kami manusia biasa. Bukan orang hebat, bukan cenayang, bukan pula sekelas malaikat atau iblis sekalipun.Mata kami yang dianugerahi kelebihan, sedangkan kami hanyalah cangkang yang harus menerima kemungkinan yang diperlihatkan.* * *Banyak orang yang sebenarnya enggan berdekatan dengan kami, tapi tak sedikit juga yang ingin mengetahui bagaimana dunia yang tak dapat mereka lihat itu. Ada pro dan kontra, yang menyetujui apa yang kami sampaikan ada pula yang mengatakan kami hanya membual. Namun itu bukan masalah kami sejatinya, karena kami sendiri memiliki masalah masing-masing.Terkadang ujian yang datang bukan hanya dari praduga tak bersalah, yang dilontarkan manusia saja. Tetapi juga tak jarang kami diuji oleh mereka, yang tak sengaja terlihat oleh mata kami. Mereka pikir kami memanggil mereka, terkadang mereka mengatakan kami mengundang mereka, atau bisa jadi perilaku kami yang disangka mereka u
Praduga manusia kadang menjebak dirinya sendiri, pada paradigma tak mendasar. Namun, itulah yang disukai manusia. Menduga-duga.Tapi siapa sangka, jika dugaannya itu memang bisa saja benar.* * *Firasat Naya sejak awal melihat Seva, mungkin hanya segelintir prasangkanya. Namun gadis itu tak bisa juga menjauhkan penglihatannya dari Seva, wanita yang lebih tua dua tahun darinya. Naya juga tidak bisa mengatakan ini pada Kak Aiza, entah kenapa kakaknya itu malah salah tingkah setiap kali melihat Seva. Apa dia tidak bisa melihat ada yang aneh dari wanita itu?Seperti saat ini, Seva sedang bertamu ke rumah kami. Tentu dengan anak lelaki murid Kak Wira dan Kak Aiza, Aruna. Aku sempat menanyakan ada urusan apa Aruna sampai datang ke rumah kami, bahkan bersama Seva. Awalnya aku merasa akan baik-baik saja dengan wanita itu, tapi entah kenapa rasa mual dan kesal selalu menyerang hati ketika berada di dekatnya. Aku harus bertanya pada Mas
Manusia adalah makhluk yang rapuh, itu sebabnya selalu mengharapkan pegangan. Namun saya kebanyakan dari manusia, bukan berpegang pada yang Maha Pasti.* * *Satu minggu setelah menginapnya Aruna kerumah Aiza, kali ini anak itu menginap lagi. Kali ini bukan karena Shin di luar kota, namun masalah besar terjadi di rumah utama katanya. Dia melarikan diri kesini, karena Shin tidak ingin Aruna telibat dalam urusan kematian Niskala, atau kematian paman mereka. Shin bilang ada sesuatu yang membuat rumah utama menjadi tak nyaman, padahal masalah ini sudah tak diungkit begitu lama.Naya menyerahkan segelas air putih, anak lelaki itu masih mengenakan seragam sekolah dengan hoodie berwarna biru langit ketika datang ke rumah Aiza. Naya baru pulang ketika melihat Aruna duduk di teras depan, berjongkok seperti nampak kebingungan. Aiza bahkan tidak menjawab panggilan teleponnya, Aruna juga tidak melihatnya di sekolah hari itu. Padahal tadi pagi Aiz
Beberapa berita lebih cepat tersebar, bukan melalui jejaring sosial melainkan dunia roh.* * *Malam itu Berend dan Lara benar-benar datang, mereka bermain di dalam rumah menambil mainan yang pernah diberikan Naya. Sesekali Berend mencuri kesempatan untuk membuat Lara membujuk, agar Naya mau memberikan mereka biskuit atau susu. Gadis itu merasa dia sudah cukup memberikan mereka mainan, ada beberapa hal yang tidak boleh manusia lakukan terlalu berebihan. Salah satunya adalah memberi mereka ketika mereka meminta. Apa lagi jika sampai memuja dan menganggap mereka bisa melakukan, apa yang diinginkan manusia. Ketika hal itu terjadi, beberapa dari mereka akan berubah menjadi sosok yang jahat, yang akan membawa manusia untuk memuja mereka dan menjadikan manusia sebagai pengikut mereka. Ketika manusia mati, ia tidak akan bisa ke alam akhirat. Alasannya karena sejak awal, manusia tersebut telah menjual jiwa mereka pada mereka.Aruna tidak pert
Aku jadi ingat dengan ketakutan Enah, mengenai apa yang terlihat dan apa yang tak terlihat.Tak ingin mengetahuinya, namun semakin aku menolak perasaan itu semakin mencekik.* * *Aku sengaja tidak mengatakan kemana kepergianku pagi ini pada Naya, namun sudah ku kirim pesan terlebih dahulu pada Aruna. Itu karena cerita Aruna beberapa hari lalu, mengenai Seva yang mulai bertingkah aneh. Sebelumnya ketika anak itu bertanya, aku tidak mau menerimanya. Namun semakin aku memikirkannya, mimpi buruk justru beberapa kali menghantui ku. Dan ini tidak baik, aku harus melakukan sesuatu untuk mencari tahu kebenarannya.Elmo, Berend, dan Lara mengetahui apa yang mengganggu ku mengenai Seva. Berita di antara makhluk seperti mereka, justru lebih spesifik dan cepat tersebar. Walau aku tetap harus mewaspadainya juga, karena kemungkinan memanipulasi kejadian bisa saja mereka lakukan. Tetapi kali ini, Elmo juga malah ingin ikut dengan ku. Tidak t
Tak ada yang tau bagaimana jalan cerita ini. Cerita hidupku, dan masa depanku. Maka dari itu aku butuh seseorang meyakinkan ku. Bahwa semua ini bisa kami jalani bersama. * * * Satu malam sebelum hari pernikahan tiba esok. Naya memilih duduk di kursi santai yang tepat menghadap kolam renang hotel. Tempat di mana acara pernikahan mereka akan dilaksanakan. Mungkin menakutkan ya memang, apa lagi pandangan mata Naya tidak sama seperti yang lainnya. Namun kali ini, dia merasa akan baik-baik saja. Salah satunya karena Aiza duduk di sampingnya. Malam itu langit bertabur bintang, cerah seperti yang mereka inginkan. Kedua kakak beradik ini akan terpisah jarak dan waktu. Tetapi bagi keduanya, tidak ada penyesalan yang harus mereka sesali. Sementara Nayanika menatap bintang, Aiza menunggu apa yang ingin adiknya itu sampaikan. Lelaki jangkung itu sedikit bingung. Untuk apa Naya memanggilnya tiba-tiba. Apa lagi di tempat sepert
Mungkin mata ku tidak akan bisa melihat mereka kembali.Tetapi, aku akan selalu menghormati keberadaan mereka.Mungkin tak dapat dilihat oleh mata, tetapi bisa di mengerti melalui Sang Pencipta.* * *Aku menelepon kakek dan menceritakan perihal mimpi itu. Tentang sosok yang kutemui, taman itu, dan dua gerbang dunia di sana yang berbeda. Air yang aku minum dan juga kulihat. Lalu kakek bilang aku sangat beruntung. Ada makna dalam mimpi tersebut, satu mengenai bagaimana caraku menggunakan kemampuan melihat makhluk itu. Kedua mengenai bagaimana selama ini aku membantu dengan kemampuan itu, dan yang ketiga adalah apa yang terjadi jika aku menggunakannya dengan tidak bijaksana. Juga, mengenai balasan apa yang akan diterima jika perbuatan kita baik atau buruk.Namun kakek mengingatkan bahwa, semua kembali pada cara ku memperlakukan kehidupan.Surya telah mengatakannya pada Enah dan Bapak. Aku mengantarkann
Aku tidak yakin. Tentang semua hal saat ini.* * *Setelah obrolan dengan Suryakanta, Nayanika duduk di gazebo halaman belakang di subuh hari. Ngeri betul kalau ada yang melihat gadis itu sendirian. Mereka pasti akan mengatakan ada penampakan kuntilanak. Walau sebenarnya memang ada sih di pohon besar sana. Di salah satu halaman tetanggangganya.Naya sudah kenal dengan sosok wanita itu. Tetapi berkat perlindungan kakek, dia tidak bisa masuk ke sini. Makanya sesekali Naya yang mengunjunginya. Hanya saja subuh ini mereka hanya saling menyapa lewat semilir angin."Aku gak mau canggum lagi di kantor, jadi. Malam ini aku mau ngomong sama kamu Nay!""Bentar. Ngomong apaan?""Tentang ucapan kakek atau Kak Aiza." Hening sejenak, "..walau tanpa restu mereka pun. Aku akan mengatakannya sama kamu Nay. Aku jatuh suka! Jauh sebelum ini. Saat kita masih di
Jika kakak tanyakan 'apa aku baik-baik saja?'Sebenarnya aku takut. Tetapi..Selama kalian bersama ku. Sesulit apapub itu, aku akan baik-baik saja.* * *Aku terkejut, tak berani menatap matanya ataupun melihat wajahnya. Kak Aiza mengatakan hal itu, seolah selama ini dia adalah beban untukku. Padahal, akulah yang menjadi bebannya selama ini.Sejak ia bisa melihat mereka. Sedetik pun, dia tak pernah absen mencemaskan keadaan ku. Bahkan di saat untuk pertama kalinya. Kami bisa berbagi cerita dan rahasia mengenai mereka. Kak Aiza harus bergelut dengan rasa takutnya sendiri.Benar. Aku tau Ka Aiza harus menutup indra ke enamnya karena ketakutan Enah. Bahkan ketika dia harus memilikinya kembali. Hal yang paling ia cemaskan adalah perasaan Enah. Bahkan aku juga yakin, saat ini kakak juga pasti memikirkan. 'Apa Enah akan mengetahui cerita ini. Sekali lagi?'.Aku tidak tau, bagaimana car
Sekali lagi. Ini terjadi, tetapi aku juga bertanya mengenai hal yang sama."Apa aku benar-benar telah kehilangan kemampuan itu?"* * *Jika dulu kemampuan itu membawa perpecahan diantara keluarga. Dan memilikinya kembali, juga menyatukan keluarga ini. Lalu kenapa aku merasa, justru ada yang hilang dan kehilangan arah ketika tak memilikinya?Bukankah dulu ketakutan terbesar karena memiliki kemampuan itu. Tetapi karena hal itu juga, aku bisa menolong banyak orang. Tidak. Bukan berarti aku kecewa pada keputusan ini atau.. mengapa harus sekarang kemampuan itu menghilang. Apakah kemampuan itu tidak akan kembali lagi, bahkan untuk selamanya kali ini? Bagaimana dengan Nayanika, adikku itu. Kenapa dia tidak berkata apapun jika memang benar dia sudah mengetahuinya.Tiga bocah itu! Apa mereka ada di sini. Di rumah ini? Aiza tiba-tiba bangkit dari rebahannya, lalu mengamati seisi ruangan televisi. Ia mengambil tongkat
Bolehkah, seseorang membagi tubuh dan jiwanya? Aku juga tidak mengerti menjawab perihal ini. Terlebih, setelah dunia itu tertutup kembali untukku. * * * Seva masih di sini. Dia tidak lekas menjawab perkataanku, yang tentu saja membuat rasa penasaran bertambah.Apa Niskala memang ada dengan meraka? Apa jiwa Niskala tidak tenang? Atau Seva hanya mempermainkannya saja, setelah mengetahui kebenaran dari nya? Aiza tidak yakin wanita di depannya benar-benar Niskala. Bukan kah Seva tidak bisa melihat mereka juga. Lalu, mengapa dia mengatakan hal itu? Apa Shin yang menyuruhnya untuk berakting. "Sepertinya, kau benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi tenang saja hahaha, aku hanya bercanda Aiza!" seva tertawa di depannya, tapi aiza tidak tahu apa itu memang layak untuk ditertawakan. "Hah.. kau tidak suka rupanya, maaf. Tapi.. ya aku berharap kakak ku, Niskala. Memang masih berada di dunia ini." Ekspresi ga
Biarkan kebenaran yang berbicara, biarkan takdir menemukan jalannya.* * *Seperti yang Aiza katakan tempo hari, dokter mengatakan bahwa sore ini Aiza sudah dapat pulang. Masalah benturan di kepalanya tidak parah, kalaupun terasa pusing itu karena ia baru saja menjalani perawatan dan kondisi darahnya belum stabil. Tangan dan kakinya yang terluka juga sudah sembuh, bersyukurlah retakan kecil di kaki kirinya tidak parah dan gips telah membantu tulangnya untuk menempel kembali dengan sempurna. Selebihnya hanya resep dokter dan menjaga pola makan agar pasien bisa lekas sembuh serta beraktivitas seperti sebelumnya.Sampai saat ia pulang dan dijemput seperti janji sobatnya itu. Aiza masih belum menyadari sesuatu, bahkan ketika Naya bereaksi memegang lengan baju Aiza dengan erat. Lelaki jangkung itu malah berkata bahwa Naya seperti bocah yang takut hilang. Karena hal itu Naya melepaskan lengan baju Aiza dengan marah, dan memilih masuk mobil
Apa ceritanya akan kembali seperti dulu?Apa semua akan baik-baik saja?* * *"Kau tidak perlu cemas. Untuk saat ini, lebih baik begini. Kaka mu tidak perlu tau bahwa ia tidak bisa melihat makhlul-makhluk itu lagi. Mungkin dengan begini kesembuhannya akan lebih cepat."Naya melamun di depan layar laptop yang kini telah padam. Pikirannya sedang tidak berada di tempat rupannya, bahkan ketika Enah datang untuk menebus obat dan kembali, ia menyaksikan anak gadis nya melamun dengan pandangan kosong ke arah layar laptop yang mati. Wanita lima puluh tahunan berkerudung pich itu melirik Aiza yang juga sejak tadi mengamati adiknya. Kakaknya itu sudah memerhatikan tingkah adiknya sejak lima belas menit yang lalu. Bahkan ketika Enah datang dan melirik dengan pandangan bertanya padanya."Kenapa adik mu?"Begitulah makna tatapan matanya. Aiza menjawab dengan mengangkat kedua pundaknya jawaban tida
Aku mempercayainya lalu aku mengikutinya, karena aku meyakininya. * * * Seperti yang sosok itu katakan, aku tidak ragu untuk menutup mataku dan melangkah terus kedepan. Tidak peduli apa nanti akan tersesat atau tidak, dia bilang 'percayalah pada apa yang engkau yakini'. Lalu aku merasa walau mata tertutup, jalan itu membentang luas dipenglihatanku. Seolah sesuatu menarik dari arah depan sana, agar terus melangkah tanpa ragu. Lalu sayup-sayup suara doa-doa menggema, makin lama semakin terdengar jelas. Lagi-lagi seperti katanya, suara yang aku kenal dan kurindukan. Enah mengaji dan berdoa memanggil namaku berulang kali, hingga cahaya itu yang teramat menyilaukan membuat mata terbuka dan kulihat langit pucat ciri khas rumah sakit. "MasyaAllah! Alhamdulillah...Aiza! Aiza, ini Enah Za.MasyaAllah,bapak! Aiza bangun Pak!" Lalu suara bapak dan Naya juga terdengar, dan begitulah sampai akhirnya aku bena