Sejauh apapun, bagaimana pun caranya. Kalau semesta ingin mempersatukan kalian, tidak ada yang akan bisa memisahkan. Namun, kali ini bukan semesta yang harus dipertanyakan. Tetapi bagaimana engkau akan menyatukan perbedaan itu dan menerimanya menjadi pelengkapmu.
* * *
Sehari sebelum pernikahan mereka, Eiliyah justru datang menemui Naya. Dia datang ke rumah seorang diri, beberapa orang tua bilang kalau wanita yang akan menikah tidak boleh banyak keluar rumah. Tetapi kali ini wajah Eiliyah justru terlihat tidak baik-baik saja, kami mengundangnya masuk sementara mereka berdua mengobrol. Aku tidak mau mengganggu mereka, jadi memilih membawa laptopku di meja makan. Kali ini apa lagi yang si kuncir itu lakukan? Tiba-tiba ponselku berdering, panjang umur si kuncir. Dia meneleponku ketika baru saja terlintas dipikiran, takut mengganggu aku menerimanya di halaman belakang.
"Ass--!"
"Za! Eiliyah kerumah lu gak?!"
Aku tidak paham bagaimana cara kerja dunia ini, tapi aku selalu diyakinkan.Seperti apapun keramaian, ada ruang untuk mereka berbaur bersama manusia.* * *Naya terlihat cantik dengan kebaya merah, lengkap dengan kerudungnya. Ia menjadi pengiring pengantin wanita untuk Eiliyah, ketika akad selesai dan berlanjut ke resepsi. Naya menyaksikan segalanya, keramaian yang dipenuhi dengan wajah-wajah bahagia. Namun, baik Aiza atau yang lainnya. Entah apa kakek mengetahuinya atau tidak, Naya bisa melihat dunia itu lebih dari mereka.Kepekaan seperti apa yang harus ia jelaskan, beberapa wajah manusia itu selalu terlihat berbeda di matanya. Mungkin tidak semuanya, namun hanya orang-orang tertentu. Ketika itu terjadi ia akan mengalami pusing dan kelelahan. Itu sebabnya Naya kadang membawa juga kacamata monokrom, agar ia tidak bisa berinteraksi langsung dengan apa yang terlihat oleh matanya.Seperti saat ini dia memilih
Kami di antara dua dunia, tapi kami manusia biasa. Bukan orang hebat, bukan cenayang, bukan pula sekelas malaikat atau iblis sekalipun.Mata kami yang dianugerahi kelebihan, sedangkan kami hanyalah cangkang yang harus menerima kemungkinan yang diperlihatkan.* * *Banyak orang yang sebenarnya enggan berdekatan dengan kami, tapi tak sedikit juga yang ingin mengetahui bagaimana dunia yang tak dapat mereka lihat itu. Ada pro dan kontra, yang menyetujui apa yang kami sampaikan ada pula yang mengatakan kami hanya membual. Namun itu bukan masalah kami sejatinya, karena kami sendiri memiliki masalah masing-masing.Terkadang ujian yang datang bukan hanya dari praduga tak bersalah, yang dilontarkan manusia saja. Tetapi juga tak jarang kami diuji oleh mereka, yang tak sengaja terlihat oleh mata kami. Mereka pikir kami memanggil mereka, terkadang mereka mengatakan kami mengundang mereka, atau bisa jadi perilaku kami yang disangka mereka u
Praduga manusia kadang menjebak dirinya sendiri, pada paradigma tak mendasar. Namun, itulah yang disukai manusia. Menduga-duga.Tapi siapa sangka, jika dugaannya itu memang bisa saja benar.* * *Firasat Naya sejak awal melihat Seva, mungkin hanya segelintir prasangkanya. Namun gadis itu tak bisa juga menjauhkan penglihatannya dari Seva, wanita yang lebih tua dua tahun darinya. Naya juga tidak bisa mengatakan ini pada Kak Aiza, entah kenapa kakaknya itu malah salah tingkah setiap kali melihat Seva. Apa dia tidak bisa melihat ada yang aneh dari wanita itu?Seperti saat ini, Seva sedang bertamu ke rumah kami. Tentu dengan anak lelaki murid Kak Wira dan Kak Aiza, Aruna. Aku sempat menanyakan ada urusan apa Aruna sampai datang ke rumah kami, bahkan bersama Seva. Awalnya aku merasa akan baik-baik saja dengan wanita itu, tapi entah kenapa rasa mual dan kesal selalu menyerang hati ketika berada di dekatnya. Aku harus bertanya pada Mas
Manusia adalah makhluk yang rapuh, itu sebabnya selalu mengharapkan pegangan. Namun saya kebanyakan dari manusia, bukan berpegang pada yang Maha Pasti.* * *Satu minggu setelah menginapnya Aruna kerumah Aiza, kali ini anak itu menginap lagi. Kali ini bukan karena Shin di luar kota, namun masalah besar terjadi di rumah utama katanya. Dia melarikan diri kesini, karena Shin tidak ingin Aruna telibat dalam urusan kematian Niskala, atau kematian paman mereka. Shin bilang ada sesuatu yang membuat rumah utama menjadi tak nyaman, padahal masalah ini sudah tak diungkit begitu lama.Naya menyerahkan segelas air putih, anak lelaki itu masih mengenakan seragam sekolah dengan hoodie berwarna biru langit ketika datang ke rumah Aiza. Naya baru pulang ketika melihat Aruna duduk di teras depan, berjongkok seperti nampak kebingungan. Aiza bahkan tidak menjawab panggilan teleponnya, Aruna juga tidak melihatnya di sekolah hari itu. Padahal tadi pagi Aiz
Beberapa berita lebih cepat tersebar, bukan melalui jejaring sosial melainkan dunia roh.* * *Malam itu Berend dan Lara benar-benar datang, mereka bermain di dalam rumah menambil mainan yang pernah diberikan Naya. Sesekali Berend mencuri kesempatan untuk membuat Lara membujuk, agar Naya mau memberikan mereka biskuit atau susu. Gadis itu merasa dia sudah cukup memberikan mereka mainan, ada beberapa hal yang tidak boleh manusia lakukan terlalu berebihan. Salah satunya adalah memberi mereka ketika mereka meminta. Apa lagi jika sampai memuja dan menganggap mereka bisa melakukan, apa yang diinginkan manusia. Ketika hal itu terjadi, beberapa dari mereka akan berubah menjadi sosok yang jahat, yang akan membawa manusia untuk memuja mereka dan menjadikan manusia sebagai pengikut mereka. Ketika manusia mati, ia tidak akan bisa ke alam akhirat. Alasannya karena sejak awal, manusia tersebut telah menjual jiwa mereka pada mereka.Aruna tidak pert
Aku jadi ingat dengan ketakutan Enah, mengenai apa yang terlihat dan apa yang tak terlihat.Tak ingin mengetahuinya, namun semakin aku menolak perasaan itu semakin mencekik.* * *Aku sengaja tidak mengatakan kemana kepergianku pagi ini pada Naya, namun sudah ku kirim pesan terlebih dahulu pada Aruna. Itu karena cerita Aruna beberapa hari lalu, mengenai Seva yang mulai bertingkah aneh. Sebelumnya ketika anak itu bertanya, aku tidak mau menerimanya. Namun semakin aku memikirkannya, mimpi buruk justru beberapa kali menghantui ku. Dan ini tidak baik, aku harus melakukan sesuatu untuk mencari tahu kebenarannya.Elmo, Berend, dan Lara mengetahui apa yang mengganggu ku mengenai Seva. Berita di antara makhluk seperti mereka, justru lebih spesifik dan cepat tersebar. Walau aku tetap harus mewaspadainya juga, karena kemungkinan memanipulasi kejadian bisa saja mereka lakukan. Tetapi kali ini, Elmo juga malah ingin ikut dengan ku. Tidak t
Terkadang yang membuat mu gelisah bukan apa yang tidak dijelaskan, namun apa yang telah dikabarkan namun tetap membutuhkan penjelasan.* * *Aku tidak tahu apa salah alamat, atau.. rumahku memang selalu seramai ini. Mengapa pagi-pagi rumah tua ini sudah ramai dengan orang-orang itu. Kepala ku jadi pening mendengar pertanyaan mereka, yang harus dijawab satu persatu. Siapa juga sih' yang membuat mereka berkumpul di rumah ini sepagi ini?!Aku melirik ke arah Naya, gadis itu berbalik badan dan pergi kedapur. Ya, sudah diduga. Adik ku itu terlalu mudah histeris, bahkan setelah pesan yang aku kirimkan padanya. Perempuan memang selalu membutuhkan kepastian ya, walau aku mengatakan 'jangan terlalu mencemaskan, dan akan pulang besok'."Aiza! Lu denger gua ngomong kagak sih?! Gua tanya elu dari mana sejak kemarin, hah!?" Wira sudah mengajukan pertanyaan, bahkan tanpa mempersilahkan aku duduk dulu di kursi rumahku sendiri.
Semakin seseorang menuruti perintah dan kemauan jahat makhluk itu, mereka akan semakin saling berbagi tubuh. Hingga sang inang mati, mereka akan tetap bersama dan terikat satu sama lain.* * *Seva terkejut dengan ucapan lelaki bermata sipit itu, mata gadis berhiris coklat itu nampak sedih. Ia memandang semua orang di rumah itu, seolah ia tidak tahu apa yang terjadi dan apa yang dikatakan Shin padanya."Kau mencoba membunuh kakek! Bagaimana bisa, Seva?!" Sekali lagi Shin mempertegas ucapannya."Apa yang kau katakan?" Aku gak mencoba membunuh siapapun!""Berhentilah berpura-pura!" Shin mengeluarkan ponselnya kembali, menunjukkan video itu pada gadis yang berdiri di depannya itu. "Lihat dengan baik, dia adalah kau! Kau yang masuk ke kamar kakek dan mematikan alat bantu pernapasannya kan!"Seva melihat rekaman video itu, lalu mata dan caranya memandang mendadak berubah.