Manusia adalah makhluk yang rapuh, itu sebabnya selalu mengharapkan pegangan. Namun saya kebanyakan dari manusia, bukan berpegang pada yang Maha Pasti.
* * *
Satu minggu setelah menginapnya Aruna kerumah Aiza, kali ini anak itu menginap lagi. Kali ini bukan karena Shin di luar kota, namun masalah besar terjadi di rumah utama katanya. Dia melarikan diri kesini, karena Shin tidak ingin Aruna telibat dalam urusan kematian Niskala, atau kematian paman mereka. Shin bilang ada sesuatu yang membuat rumah utama menjadi tak nyaman, padahal masalah ini sudah tak diungkit begitu lama.
Naya menyerahkan segelas air putih, anak lelaki itu masih mengenakan seragam sekolah dengan hoodie berwarna biru langit ketika datang ke rumah Aiza. Naya baru pulang ketika melihat Aruna duduk di teras depan, berjongkok seperti nampak kebingungan. Aiza bahkan tidak menjawab panggilan teleponnya, Aruna juga tidak melihatnya di sekolah hari itu. Padahal tadi pagi Aiz
Beberapa berita lebih cepat tersebar, bukan melalui jejaring sosial melainkan dunia roh.* * *Malam itu Berend dan Lara benar-benar datang, mereka bermain di dalam rumah menambil mainan yang pernah diberikan Naya. Sesekali Berend mencuri kesempatan untuk membuat Lara membujuk, agar Naya mau memberikan mereka biskuit atau susu. Gadis itu merasa dia sudah cukup memberikan mereka mainan, ada beberapa hal yang tidak boleh manusia lakukan terlalu berebihan. Salah satunya adalah memberi mereka ketika mereka meminta. Apa lagi jika sampai memuja dan menganggap mereka bisa melakukan, apa yang diinginkan manusia. Ketika hal itu terjadi, beberapa dari mereka akan berubah menjadi sosok yang jahat, yang akan membawa manusia untuk memuja mereka dan menjadikan manusia sebagai pengikut mereka. Ketika manusia mati, ia tidak akan bisa ke alam akhirat. Alasannya karena sejak awal, manusia tersebut telah menjual jiwa mereka pada mereka.Aruna tidak pert
Aku jadi ingat dengan ketakutan Enah, mengenai apa yang terlihat dan apa yang tak terlihat.Tak ingin mengetahuinya, namun semakin aku menolak perasaan itu semakin mencekik.* * *Aku sengaja tidak mengatakan kemana kepergianku pagi ini pada Naya, namun sudah ku kirim pesan terlebih dahulu pada Aruna. Itu karena cerita Aruna beberapa hari lalu, mengenai Seva yang mulai bertingkah aneh. Sebelumnya ketika anak itu bertanya, aku tidak mau menerimanya. Namun semakin aku memikirkannya, mimpi buruk justru beberapa kali menghantui ku. Dan ini tidak baik, aku harus melakukan sesuatu untuk mencari tahu kebenarannya.Elmo, Berend, dan Lara mengetahui apa yang mengganggu ku mengenai Seva. Berita di antara makhluk seperti mereka, justru lebih spesifik dan cepat tersebar. Walau aku tetap harus mewaspadainya juga, karena kemungkinan memanipulasi kejadian bisa saja mereka lakukan. Tetapi kali ini, Elmo juga malah ingin ikut dengan ku. Tidak t
Terkadang yang membuat mu gelisah bukan apa yang tidak dijelaskan, namun apa yang telah dikabarkan namun tetap membutuhkan penjelasan.* * *Aku tidak tahu apa salah alamat, atau.. rumahku memang selalu seramai ini. Mengapa pagi-pagi rumah tua ini sudah ramai dengan orang-orang itu. Kepala ku jadi pening mendengar pertanyaan mereka, yang harus dijawab satu persatu. Siapa juga sih' yang membuat mereka berkumpul di rumah ini sepagi ini?!Aku melirik ke arah Naya, gadis itu berbalik badan dan pergi kedapur. Ya, sudah diduga. Adik ku itu terlalu mudah histeris, bahkan setelah pesan yang aku kirimkan padanya. Perempuan memang selalu membutuhkan kepastian ya, walau aku mengatakan 'jangan terlalu mencemaskan, dan akan pulang besok'."Aiza! Lu denger gua ngomong kagak sih?! Gua tanya elu dari mana sejak kemarin, hah!?" Wira sudah mengajukan pertanyaan, bahkan tanpa mempersilahkan aku duduk dulu di kursi rumahku sendiri.
Semakin seseorang menuruti perintah dan kemauan jahat makhluk itu, mereka akan semakin saling berbagi tubuh. Hingga sang inang mati, mereka akan tetap bersama dan terikat satu sama lain.* * *Seva terkejut dengan ucapan lelaki bermata sipit itu, mata gadis berhiris coklat itu nampak sedih. Ia memandang semua orang di rumah itu, seolah ia tidak tahu apa yang terjadi dan apa yang dikatakan Shin padanya."Kau mencoba membunuh kakek! Bagaimana bisa, Seva?!" Sekali lagi Shin mempertegas ucapannya."Apa yang kau katakan?" Aku gak mencoba membunuh siapapun!""Berhentilah berpura-pura!" Shin mengeluarkan ponselnya kembali, menunjukkan video itu pada gadis yang berdiri di depannya itu. "Lihat dengan baik, dia adalah kau! Kau yang masuk ke kamar kakek dan mematikan alat bantu pernapasannya kan!"Seva melihat rekaman video itu, lalu mata dan caranya memandang mendadak berubah.
Aku tidak tau sekarang, bagian mana yang benar dari cerita ini.* * *"Apa!" Naya tidak berangkat kerja, lagi-lagi yang harus menanggung kemarahan adalah Surya. "Bagaimana bisa dia ditangkap dengan tuduhan itu?! Bukankah dia dengan kita sejak kemarin?""Aruna bilang dia melihat rekaman cctv itu, dan ya.. anehnya itu memang Shin." Aiza merebahkan badan di sofa, dia tidak bisa tidur dari kemarin. Ikut mandi di masjid dekat rumah sakit, begitu pulang. Masalah bertubi-tubi datang membuat tubuh dan pikirannya kelelahan sekali saat ini."Aruna? Bagaimana dengan anak itu?!"Aiza menutup matanya dengan lengan, "dia sedang ke sini. Sekarang pikirkan cara menolong mereka, tapi.. tolong ijinkan aku Wir. Hari ini gak bisa ke sekolah." Ucap lelaki jangkung itu sebelum akhirnya tertidur pulas, bahkan si kuncir pun belum menjawab perkataannya.Sobatnya itu menghela napas, sejak kapan ya
Untuk pertama kalinya, aku merasakan ketakutan kembali. Namun kali ini, bukan karena makhluk astral melainkan manusia.* * *Shin duduk di hadapan ku dengan pandangan kosong. Aku menemuinya satu hari setelah mendengar dia masuk bui, memastikan apa dia baik-baik saja. Shin bilang pengacara keluarga datang untuk membelanya, ibu dan ayahnya yang ada di Singapur bahkan menelepon. Memastikan keadaan anak mereka, katanya mereka akan mengusahakan untuk mengeluarkannya dari sini. Tetapi bukan itu yang menjadi masalahnya sekarang."Maaf, aku.. tidak bisa datang kemarin." Ujarku dengan penuh sesal."Hm, bukan masalah. Aku sudah dengar dari mereka, Paman..." Shin melirik ke arah lelaki berkantung mata itu tajam. "..hah. Bagaimana bisa aku gak menyadarinya.""Tidak ada yang menyadarinya dari kita satupun sejak awal. Tapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa-apa kan.""Ya, aku s
Jangan menganggap bahwa melihat dan berteman dengan mereka menyenangkan. Sebaik apapun mereka, hidup dengan makhluk berbeda tak seperti cerita dalam film.* * *Hari ini, sekali lagi peristiwa delapan tahun lalu kembali terulang. Kesurupan masal yang membuat Aiza kembali harus mengerahkan seluruh kekuatannya, juga Nayanika yang datang karena permintaan tolong sang kakak.Mereka tidak menyangka hal ini terjadi, bahkan ketika mereka ada di tempat umum seperti ini. Bukan lagi makhluk biasa yang mengincar mereka rupanya. Pasukan dari makhluk itu sudah mengawasi Aiza sejak awal.Para tetangga sekitar yang bisa membantu mencoba ikut turun tangan. Aiza harus menemukan sosok itu, yang memerintahkan mereka untuk datang dan membuat kekacauan ini. Tetapi itu tidak mudah, terlalu banyak anak-anak yang mengalami kerasukan membuat ia dan Naya kewalahan."Nay'! Minta para sepuh untuk membantu kamu membenteng
Kalahkan mereka!* * *Aiza mengeluarkan semua kekuatannya, mengalahkan wanita jahat itu yang kini berubah wujud. Tubuhnya seperti terbang dengan gaun merah, rambut panjang yang tak seperti rambut manusia. Tangannya mampu menyentuh dari ujung satu, ke ujung lainnya. Jari-jari runcing panjang dan hitam, mata membelalak marah, dengan mulut menganga lebar seperti venom.Aiza juga merasakan ngeri, dan sebisa mungkin ia tidak takut walau aura keberadaan makhluk itu sangat kuat dan mengerikan. Nayanika juga pasti menyadarinya, namun Aiza yakin ketika ia bertarung di ruangan ini. Di bawah sana pasukan dari wujud jahat ini, juga sedang melakukan sesuatu perlawanan.Lengkingan suara mengerikan seperti makhluk dari alam lain, lagi-lagi mencoba menakutinya ia menyerang dengan mencoba terbang dan memukulkan tangannya ke arah Aiza. Lelaki itu tidak tinggal diam, sosok-sosok yang membantunya hadir untuk melawan makhluk yang men