Untuk pertama kalinya, aku merasakan ketakutan kembali. Namun kali ini, bukan karena makhluk astral melainkan manusia.
* * *
Shin duduk di hadapan ku dengan pandangan kosong. Aku menemuinya satu hari setelah mendengar dia masuk bui, memastikan apa dia baik-baik saja. Shin bilang pengacara keluarga datang untuk membelanya, ibu dan ayahnya yang ada di Singapur bahkan menelepon. Memastikan keadaan anak mereka, katanya mereka akan mengusahakan untuk mengeluarkannya dari sini. Tetapi bukan itu yang menjadi masalahnya sekarang.
"Maaf, aku.. tidak bisa datang kemarin." Ujarku dengan penuh sesal.
"Hm, bukan masalah. Aku sudah dengar dari mereka, Paman..." Shin melirik ke arah lelaki berkantung mata itu tajam. "..hah. Bagaimana bisa aku gak menyadarinya."
"Tidak ada yang menyadarinya dari kita satupun sejak awal. Tapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa-apa kan."
"Ya, aku s
Jangan menganggap bahwa melihat dan berteman dengan mereka menyenangkan. Sebaik apapun mereka, hidup dengan makhluk berbeda tak seperti cerita dalam film.* * *Hari ini, sekali lagi peristiwa delapan tahun lalu kembali terulang. Kesurupan masal yang membuat Aiza kembali harus mengerahkan seluruh kekuatannya, juga Nayanika yang datang karena permintaan tolong sang kakak.Mereka tidak menyangka hal ini terjadi, bahkan ketika mereka ada di tempat umum seperti ini. Bukan lagi makhluk biasa yang mengincar mereka rupanya. Pasukan dari makhluk itu sudah mengawasi Aiza sejak awal.Para tetangga sekitar yang bisa membantu mencoba ikut turun tangan. Aiza harus menemukan sosok itu, yang memerintahkan mereka untuk datang dan membuat kekacauan ini. Tetapi itu tidak mudah, terlalu banyak anak-anak yang mengalami kerasukan membuat ia dan Naya kewalahan."Nay'! Minta para sepuh untuk membantu kamu membenteng
Kalahkan mereka!* * *Aiza mengeluarkan semua kekuatannya, mengalahkan wanita jahat itu yang kini berubah wujud. Tubuhnya seperti terbang dengan gaun merah, rambut panjang yang tak seperti rambut manusia. Tangannya mampu menyentuh dari ujung satu, ke ujung lainnya. Jari-jari runcing panjang dan hitam, mata membelalak marah, dengan mulut menganga lebar seperti venom.Aiza juga merasakan ngeri, dan sebisa mungkin ia tidak takut walau aura keberadaan makhluk itu sangat kuat dan mengerikan. Nayanika juga pasti menyadarinya, namun Aiza yakin ketika ia bertarung di ruangan ini. Di bawah sana pasukan dari wujud jahat ini, juga sedang melakukan sesuatu perlawanan.Lengkingan suara mengerikan seperti makhluk dari alam lain, lagi-lagi mencoba menakutinya ia menyerang dengan mencoba terbang dan memukulkan tangannya ke arah Aiza. Lelaki itu tidak tinggal diam, sosok-sosok yang membantunya hadir untuk melawan makhluk yang men
Ini tidak akan mudah, selalu berikatan dengan hidup dan mati.Aku masih tidak mengerti, mengapa ini terjadi pada ku.* * *Jalanan di depan sana terlalu jauh, juga tak bisa kutebak apa yang ada di ujungnya. Aku tidak pernah menyangka akan melakukan ini semua. Setelah penolakan dan harus menerimanya dengan ikhlas. Ikhlas? kata yang masih harus ku pelajari bagaimana menjalaninya. Sementara mata dan telinga terkadang menuntun pada mereka, yang tak ingin ku lihat keberadaanya.Orang pasti menganggapku gila, terlalu berlebihan menanggapi ini. Tetapi tidak semua orang paham, bahwa memiliki mata ke enam terkadang sangat melelahkan. Bahkan ketika kau tidak ingin melihat dan mendengar mereka, atau ketika kau sendirian. Mereka mencoba mendekatimu, berbisik merayu, menunggu kau lengah, lalu mencoba mengambil alih raga.Mereka yang awam pikir ini menyenangkan, bahkan untuk mereka yang rindu pada keluarga yang telah men
Aku tidak terlalu yakin sebenarnya, apa ini memang jalannya. Tetapi aku harus membuat diriku yakin, karena jika tidak mereka akan menjadikan itu kelemahan ku.* * *Nayanika telah bersiap-siap, pukul sembilan malam mereka berada di pintu belakang. Seperti yang Papa katakan, mereka akan membantu Aiza. Gahara akan membantunya untuk masuk dan menjaganya diportal dimensi. Dia akan mengetahui ketika Aiza memang benar-benar dalam bahaya.Dupa telah dinyalakan, Aiza juga membawa sesuatu yang dititipkan leluhur untuk membantunya. Dia juga sudah menceritakan dan menkonsultasikan hal ini pada sang kakak. Gahara juga bilang itu hal yang bagus, karena kemungkinan besar bisa berguna untuknya nanti. Maka pintu pun terbuka, Papa telah menunggu ketika mereka Aiza masuk. Beliau mengatakan untuk berhati-hati, asap dan lentera yang Naya siapkan adalah arahnya untuk pulang. Aiza paham dan mulai melakukan perjalanan."Aiza, jika ada y
Tubuh ku bergetar, namun aku tak boleh gentar!* * *Aku berada di depan rumah itu, langit di atasnya tampak aneh. Tidak. Aku tau apa itu, tetapi pengetahuan ku tidak menjamin bahwa masuk kesana mudah bukan. Harus mencari cara bagaimana bisa masuk dan menyelamatkan Niskala."Yakin Jang, ngadua. Mang bukakeun jalanna."Lelaki itu terkejut, sosok kakek tua dengan sorban di kepala, dan pakaian gamis putih panjang di samping kanannya tiba-tiba saja datang."Sing yakin, Gusti Allah nangtayungan!" Ia menepuk punggung Aiza dan mendorongnya melanjutkan perjalanan masuk ke dalam rumah itu. Namun sesuai dugaan Aiza, sosok tinggi hitam dengan mata merah langsung mengarah padanya. Anehnya mereka tak bergerak dari tempat mereka berdiri, hanya menatapnya yang masuk ke dalam rumah itu.Sosok-sosok hitam itu mengarahkan pandangan mereka pada kakek tua berjanggut putih. Yang terlihat tenang menerima tat
Tubuh kaku melihat keadaan ini, tapi bagaimana ini!* * *Dunia manusia yang saling bersinggungan dengan dunia mereka. Tempat pertarungan yang aku lihat, sebelum jiwa ku kembali kedalam tubuhnya. Aku tidak yakin apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Gahara seperti kewalahan di sana. Naya juga bertahan menjaga api dan dupa untuk tetap menyala begitu aku keluar portal dimensi. Sementara aku masih berada di luar tubuhku!"Kak Za! Cepat masuk! Aku gak bisa menahannya lebih lama, kalau gak sekarang mereka akan menyerang Mas Gahara lagi!" Aku harus cepat kembali, tetapi di lingkaran kami makhluk-makhluk itu sedang mencoba mengambil alih tubuhku."Aku akan membantu mu, jadi cepat masuk!" Niskala mendorong tubuh Aiza memasuki tubuhnya kembali. Beberapa detik kemudian Aiza tersadar dan menyaksikan Gahara di belakang Naya yang makin kewalahan. Ia mengambil langkah membantu kakaknya, sementara Naya dan Papa menutup gerbang gai
Ikatan apa yang paling kuat di dunia ini, selain keluarga?Seperti apapun kehidupan dalam kata 'keluarga'. Ia tak bisa memutuskan ikatan di langit yang telah tertulis.* * *Setelah mengatakan hal itu, sosok Niskala itu memaksa kami untuk membiarkannya menemukan Seva malam itu juga. Ia sangat yakin bisa menemukan Seva secepatnya, apapun yang terjadi dia harus menemukannya."Tapi.. kami baru saja menyelamatkanmu! dan ini tidak mungkin ketika waktu dini hari makin sempit!" Naya mencoba meyakinkan. Tiba-tiba telepon berdering, itu dari Enah yang menghubungi Naya mengenai apa dan bagaimana keadaan mereka. Nayanika sekarang sibuk menceritakan semua yang terjadi, karena Kang Dimas dan Kakek dari ayah mereka bertanya kondisinya."Kau.. gak harus melakukannya sekarang juga. Kau lihat, kondisi kita saat ini sangat kelelahan. Jika sampai terjadi sesuatu juga pada mu, kami rasa gak akan bisa membantu mu dengan mak
Kau mungkin tidak menyukai sesuatu, padahal bisa saja itu baik bagimu.Tuhan tau, sedangkan kamu tidak mengetahui.* * *Kakek dan nenek menyambut kami, Gahara tersenyum pucat. Kakek tanpa banyak kata langsung merangkulnya, begitu juga dengan nenek. Lelaki berjanggut putih dengan baju koko putih dan sarungan itu, juga bertanya mengenai kabar dan keadaan kami. Seperti biasa beliau lebih tahu dari yang kami kira. Hanya bertanya secukupnya, lalu menyuruh kami masuk dan beristirahat. Apa lagi ketika melihat wajah baru, Suryakanta yang memberi salam. Sepertinya kakek tau sesuatu tanpa perlu dijelaskan.Hari itu ketika kami sampai, tak banyak kata-kata yang mereka ucapkan. Nenek menyuruh kami beristirahat, makan, lalu mandi. Setelah itu kakek meminta kami bertiga ke musola. Di sana kami diobati dan dibersihkan, juga beberapa hal lainnya. Kami hanya ingin Gahara sembuh dan kami juga baik-baik saja. Beberapa pesan dan petuahnya juga di