Tubuh ku bergetar, namun aku tak boleh gentar!
* * *
Aku berada di depan rumah itu, langit di atasnya tampak aneh. Tidak. Aku tau apa itu, tetapi pengetahuan ku tidak menjamin bahwa masuk kesana mudah bukan. Harus mencari cara bagaimana bisa masuk dan menyelamatkan Niskala.
"Yakin Jang, ngadua. Mang bukakeun jalanna." Lelaki itu terkejut, sosok kakek tua dengan sorban di kepala, dan pakaian gamis putih panjang di samping kanannya tiba-tiba saja datang. "Sing yakin, Gusti Allah nangtayungan!" Ia menepuk punggung Aiza dan mendorongnya melanjutkan perjalanan masuk ke dalam rumah itu. Namun sesuai dugaan Aiza, sosok tinggi hitam dengan mata merah langsung mengarah padanya. Anehnya mereka tak bergerak dari tempat mereka berdiri, hanya menatapnya yang masuk ke dalam rumah itu.
Sosok-sosok hitam itu mengarahkan pandangan mereka pada kakek tua berjanggut putih. Yang terlihat tenang menerima tat
Tubuh kaku melihat keadaan ini, tapi bagaimana ini!* * *Dunia manusia yang saling bersinggungan dengan dunia mereka. Tempat pertarungan yang aku lihat, sebelum jiwa ku kembali kedalam tubuhnya. Aku tidak yakin apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Gahara seperti kewalahan di sana. Naya juga bertahan menjaga api dan dupa untuk tetap menyala begitu aku keluar portal dimensi. Sementara aku masih berada di luar tubuhku!"Kak Za! Cepat masuk! Aku gak bisa menahannya lebih lama, kalau gak sekarang mereka akan menyerang Mas Gahara lagi!" Aku harus cepat kembali, tetapi di lingkaran kami makhluk-makhluk itu sedang mencoba mengambil alih tubuhku."Aku akan membantu mu, jadi cepat masuk!" Niskala mendorong tubuh Aiza memasuki tubuhnya kembali. Beberapa detik kemudian Aiza tersadar dan menyaksikan Gahara di belakang Naya yang makin kewalahan. Ia mengambil langkah membantu kakaknya, sementara Naya dan Papa menutup gerbang gai
Ikatan apa yang paling kuat di dunia ini, selain keluarga?Seperti apapun kehidupan dalam kata 'keluarga'. Ia tak bisa memutuskan ikatan di langit yang telah tertulis.* * *Setelah mengatakan hal itu, sosok Niskala itu memaksa kami untuk membiarkannya menemukan Seva malam itu juga. Ia sangat yakin bisa menemukan Seva secepatnya, apapun yang terjadi dia harus menemukannya."Tapi.. kami baru saja menyelamatkanmu! dan ini tidak mungkin ketika waktu dini hari makin sempit!" Naya mencoba meyakinkan. Tiba-tiba telepon berdering, itu dari Enah yang menghubungi Naya mengenai apa dan bagaimana keadaan mereka. Nayanika sekarang sibuk menceritakan semua yang terjadi, karena Kang Dimas dan Kakek dari ayah mereka bertanya kondisinya."Kau.. gak harus melakukannya sekarang juga. Kau lihat, kondisi kita saat ini sangat kelelahan. Jika sampai terjadi sesuatu juga pada mu, kami rasa gak akan bisa membantu mu dengan mak
Kau mungkin tidak menyukai sesuatu, padahal bisa saja itu baik bagimu.Tuhan tau, sedangkan kamu tidak mengetahui.* * *Kakek dan nenek menyambut kami, Gahara tersenyum pucat. Kakek tanpa banyak kata langsung merangkulnya, begitu juga dengan nenek. Lelaki berjanggut putih dengan baju koko putih dan sarungan itu, juga bertanya mengenai kabar dan keadaan kami. Seperti biasa beliau lebih tahu dari yang kami kira. Hanya bertanya secukupnya, lalu menyuruh kami masuk dan beristirahat. Apa lagi ketika melihat wajah baru, Suryakanta yang memberi salam. Sepertinya kakek tau sesuatu tanpa perlu dijelaskan.Hari itu ketika kami sampai, tak banyak kata-kata yang mereka ucapkan. Nenek menyuruh kami beristirahat, makan, lalu mandi. Setelah itu kakek meminta kami bertiga ke musola. Di sana kami diobati dan dibersihkan, juga beberapa hal lainnya. Kami hanya ingin Gahara sembuh dan kami juga baik-baik saja. Beberapa pesan dan petuahnya juga di
Aku tidak tahu kenapa mimpi itu datang memberi pertanda, bahwa aku bisa menemukannya. Namun, ada hal lain yang aku takut terjadi. Antara Seva dan makhluk itu. * * * Ini malam kedua kami berada di rumah kakek, seperti yang sosok Niskala itu katakan pada beliau. Dia memerlukan bantuan kakek, dan juga kami untuk menyelamatkan Seva yang terjebak di dalam rangkulan makhluk jahat itu. Namun kali ini kami tidak menggunakan dupa, kakek bilang beliau akan membimbing kami membuka jalan. Gahara dan Naya akan berjaga di depan gerbang portal dimensi, kakek dan Aiza akan masuk mencari gadis itu beserta Niskala. "Aiza, bimbing kami." Ujar kakek ketika mereka memasuki portal dimensi. Walau sempat Aiza tidak mengerti sesaat, tatepi ia paham maksud dari perkataan kakeknya. Ia mengangguk dan melangkahkan kaki kedalam gerbang itu. Kali ini yang ia lihat seperti dalam mimpinya, ia sempat terkejut dan ketakutan sesaat. Ia jadi ingat apa yang dikatakan
Jangan pernah kalian melakukan perjanjian dengan makhluk gaib! Jangan pernah terbersit sekalipun di pikiran kalian! Kalau tidak, bukan hanya kalian yang akan binasa. Namun juga keluarga kalian akan habis bersamanya. * * * Gahara dan Nayanika sedikit cemas, tubuh Aiza bergetar begitu juga dengan kakek. Nenek dan Suryakanta juga menjadi cemas, terlebih Surya yang tidak mengerti dengan hal gaib macam ini. Namun nenek yang berada di sampingnya mengatakan, agar lelaki itu tidak pernah putus berdoa. Surya melihat raut wajah wanita tua itu, ada ketakutan dan juga kecemasan. Namun ia tidak berhenti membaca doa walau ia menyaksikan, tubuh suaminya bergerak tak karuan seperti dirinya melihat Aiza. Pemuda itu melihat wajah yang sama di Naya dan juga Gahara. Mereka sedang berjuang untuk orang-orang yang berharga, untuk menyelamatkan nyawa orang lain yangjuga berharga. Gahara menahan energi yang keluar dari tubuh keduanya, agar tidak
Sampai mana kami akan mengalami banyak kejadian diluar nalar manusia? Entah.Biar semesta yang mengatur, karena kami hanya sebagain yang berada di antara kedua dunia.* * *Aku dan kakek telah kembali ke dunia manusia, jiwa kami telah bersatu dengan tubuh kami kembali. Hal pertama yang aku lakukan setelah mengatakan hal memalukan kepada Naya dan Surya, adalah memastikan sesuatu kepada Aruna. Benar bocah itu, menjadi penghubung aku dan Shin juga Seva.Aruna bilang Seva berada di rumahnya seharian, dia memastikan ayah dan ibu Niskala tidak pulang kerumah. Sementara ia memantau di luar rumah dengan mengamati mengunakan mobil bersama Pak Wira. Wira bilang Eiliyah bersama orang tuanya, itu lebih aman dari pada berada di rumah mereka sendirian. Aku setuju untuk hal itu. Kembali ke Aruna dan Wira yang mengamati rumah Seva malam itu, angit di atas rumahnya terlihat aneh untuk Wira. Namun tidak untuk Aruna, dia tau sedang terjadi sesuat
Perasaanku yang sebenarnya. * * * Tempat itu sangat damai, hanya ada langit biru dan angin yang berhembus dengan ringan. Gesekan rumput yang bergemericik, dengan padang permadani hijau ditumbuhi bunga berbagai warna berukuran kecil. Tak ada siapapun di sana seluas mata memandang, aku juga tidak yakin apa hanya aku sendiri yang ada di sana. Tetapi, tempat itu menyenangkan untuk sejenak merebahkan lelah tubuhku selama ini. "Kau sedang apa?" Kupingku bereaksi ketika mata terpejam di atas rerumputan. Aku belum bangun ketika berusaha melihat, sosok yang bertanya berdiri di sampingku tertidur. Silau cahaya langit membuatku tak bisa memerhatikan wajahnya. "Beristirahat, maaf aku sedang tidak ingin diganggu." Aku melanjutkan tidurku lagi. Tetapi lagi-lagi kupingku mendengar dia tertawa. "Baiklah, saya gak akan menggangu kamu dulu. Tapi, saya akan duduk di sini ya menjaga kamu. Sebentar." Aiza
Aku mempercayainya lalu aku mengikutinya, karena aku meyakininya. * * * Seperti yang sosok itu katakan, aku tidak ragu untuk menutup mataku dan melangkah terus kedepan. Tidak peduli apa nanti akan tersesat atau tidak, dia bilang 'percayalah pada apa yang engkau yakini'. Lalu aku merasa walau mata tertutup, jalan itu membentang luas dipenglihatanku. Seolah sesuatu menarik dari arah depan sana, agar terus melangkah tanpa ragu. Lalu sayup-sayup suara doa-doa menggema, makin lama semakin terdengar jelas. Lagi-lagi seperti katanya, suara yang aku kenal dan kurindukan. Enah mengaji dan berdoa memanggil namaku berulang kali, hingga cahaya itu yang teramat menyilaukan membuat mata terbuka dan kulihat langit pucat ciri khas rumah sakit. "MasyaAllah! Alhamdulillah...Aiza! Aiza, ini Enah Za.MasyaAllah,bapak! Aiza bangun Pak!" Lalu suara bapak dan Naya juga terdengar, dan begitulah sampai akhirnya aku bena