Terkadang yang membuat mu gelisah bukan apa yang tidak dijelaskan, namun apa yang telah dikabarkan namun tetap membutuhkan penjelasan.
* * *
Aku tidak tahu apa salah alamat, atau.. rumahku memang selalu seramai ini. Mengapa pagi-pagi rumah tua ini sudah ramai dengan orang-orang itu. Kepala ku jadi pening mendengar pertanyaan mereka, yang harus dijawab satu persatu. Siapa juga sih' yang membuat mereka berkumpul di rumah ini sepagi ini?!
Aku melirik ke arah Naya, gadis itu berbalik badan dan pergi kedapur. Ya, sudah diduga. Adik ku itu terlalu mudah histeris, bahkan setelah pesan yang aku kirimkan padanya. Perempuan memang selalu membutuhkan kepastian ya, walau aku mengatakan 'jangan terlalu mencemaskan, dan akan pulang besok'.
"Aiza! Lu denger gua ngomong kagak sih?! Gua tanya elu dari mana sejak kemarin, hah!?" Wira sudah mengajukan pertanyaan, bahkan tanpa mempersilahkan aku duduk dulu di kursi rumahku sendiri.
Semakin seseorang menuruti perintah dan kemauan jahat makhluk itu, mereka akan semakin saling berbagi tubuh. Hingga sang inang mati, mereka akan tetap bersama dan terikat satu sama lain.* * *Seva terkejut dengan ucapan lelaki bermata sipit itu, mata gadis berhiris coklat itu nampak sedih. Ia memandang semua orang di rumah itu, seolah ia tidak tahu apa yang terjadi dan apa yang dikatakan Shin padanya."Kau mencoba membunuh kakek! Bagaimana bisa, Seva?!" Sekali lagi Shin mempertegas ucapannya."Apa yang kau katakan?" Aku gak mencoba membunuh siapapun!""Berhentilah berpura-pura!" Shin mengeluarkan ponselnya kembali, menunjukkan video itu pada gadis yang berdiri di depannya itu. "Lihat dengan baik, dia adalah kau! Kau yang masuk ke kamar kakek dan mematikan alat bantu pernapasannya kan!"Seva melihat rekaman video itu, lalu mata dan caranya memandang mendadak berubah.
Aku tidak tau sekarang, bagian mana yang benar dari cerita ini.* * *"Apa!" Naya tidak berangkat kerja, lagi-lagi yang harus menanggung kemarahan adalah Surya. "Bagaimana bisa dia ditangkap dengan tuduhan itu?! Bukankah dia dengan kita sejak kemarin?""Aruna bilang dia melihat rekaman cctv itu, dan ya.. anehnya itu memang Shin." Aiza merebahkan badan di sofa, dia tidak bisa tidur dari kemarin. Ikut mandi di masjid dekat rumah sakit, begitu pulang. Masalah bertubi-tubi datang membuat tubuh dan pikirannya kelelahan sekali saat ini."Aruna? Bagaimana dengan anak itu?!"Aiza menutup matanya dengan lengan, "dia sedang ke sini. Sekarang pikirkan cara menolong mereka, tapi.. tolong ijinkan aku Wir. Hari ini gak bisa ke sekolah." Ucap lelaki jangkung itu sebelum akhirnya tertidur pulas, bahkan si kuncir pun belum menjawab perkataannya.Sobatnya itu menghela napas, sejak kapan ya
Untuk pertama kalinya, aku merasakan ketakutan kembali. Namun kali ini, bukan karena makhluk astral melainkan manusia.* * *Shin duduk di hadapan ku dengan pandangan kosong. Aku menemuinya satu hari setelah mendengar dia masuk bui, memastikan apa dia baik-baik saja. Shin bilang pengacara keluarga datang untuk membelanya, ibu dan ayahnya yang ada di Singapur bahkan menelepon. Memastikan keadaan anak mereka, katanya mereka akan mengusahakan untuk mengeluarkannya dari sini. Tetapi bukan itu yang menjadi masalahnya sekarang."Maaf, aku.. tidak bisa datang kemarin." Ujarku dengan penuh sesal."Hm, bukan masalah. Aku sudah dengar dari mereka, Paman..." Shin melirik ke arah lelaki berkantung mata itu tajam. "..hah. Bagaimana bisa aku gak menyadarinya.""Tidak ada yang menyadarinya dari kita satupun sejak awal. Tapi bukan berarti kita tidak bisa melakukan apa-apa kan.""Ya, aku s
Jangan menganggap bahwa melihat dan berteman dengan mereka menyenangkan. Sebaik apapun mereka, hidup dengan makhluk berbeda tak seperti cerita dalam film.* * *Hari ini, sekali lagi peristiwa delapan tahun lalu kembali terulang. Kesurupan masal yang membuat Aiza kembali harus mengerahkan seluruh kekuatannya, juga Nayanika yang datang karena permintaan tolong sang kakak.Mereka tidak menyangka hal ini terjadi, bahkan ketika mereka ada di tempat umum seperti ini. Bukan lagi makhluk biasa yang mengincar mereka rupanya. Pasukan dari makhluk itu sudah mengawasi Aiza sejak awal.Para tetangga sekitar yang bisa membantu mencoba ikut turun tangan. Aiza harus menemukan sosok itu, yang memerintahkan mereka untuk datang dan membuat kekacauan ini. Tetapi itu tidak mudah, terlalu banyak anak-anak yang mengalami kerasukan membuat ia dan Naya kewalahan."Nay'! Minta para sepuh untuk membantu kamu membenteng
Kalahkan mereka!* * *Aiza mengeluarkan semua kekuatannya, mengalahkan wanita jahat itu yang kini berubah wujud. Tubuhnya seperti terbang dengan gaun merah, rambut panjang yang tak seperti rambut manusia. Tangannya mampu menyentuh dari ujung satu, ke ujung lainnya. Jari-jari runcing panjang dan hitam, mata membelalak marah, dengan mulut menganga lebar seperti venom.Aiza juga merasakan ngeri, dan sebisa mungkin ia tidak takut walau aura keberadaan makhluk itu sangat kuat dan mengerikan. Nayanika juga pasti menyadarinya, namun Aiza yakin ketika ia bertarung di ruangan ini. Di bawah sana pasukan dari wujud jahat ini, juga sedang melakukan sesuatu perlawanan.Lengkingan suara mengerikan seperti makhluk dari alam lain, lagi-lagi mencoba menakutinya ia menyerang dengan mencoba terbang dan memukulkan tangannya ke arah Aiza. Lelaki itu tidak tinggal diam, sosok-sosok yang membantunya hadir untuk melawan makhluk yang men
Ini tidak akan mudah, selalu berikatan dengan hidup dan mati.Aku masih tidak mengerti, mengapa ini terjadi pada ku.* * *Jalanan di depan sana terlalu jauh, juga tak bisa kutebak apa yang ada di ujungnya. Aku tidak pernah menyangka akan melakukan ini semua. Setelah penolakan dan harus menerimanya dengan ikhlas. Ikhlas? kata yang masih harus ku pelajari bagaimana menjalaninya. Sementara mata dan telinga terkadang menuntun pada mereka, yang tak ingin ku lihat keberadaanya.Orang pasti menganggapku gila, terlalu berlebihan menanggapi ini. Tetapi tidak semua orang paham, bahwa memiliki mata ke enam terkadang sangat melelahkan. Bahkan ketika kau tidak ingin melihat dan mendengar mereka, atau ketika kau sendirian. Mereka mencoba mendekatimu, berbisik merayu, menunggu kau lengah, lalu mencoba mengambil alih raga.Mereka yang awam pikir ini menyenangkan, bahkan untuk mereka yang rindu pada keluarga yang telah men
Aku tidak terlalu yakin sebenarnya, apa ini memang jalannya. Tetapi aku harus membuat diriku yakin, karena jika tidak mereka akan menjadikan itu kelemahan ku.* * *Nayanika telah bersiap-siap, pukul sembilan malam mereka berada di pintu belakang. Seperti yang Papa katakan, mereka akan membantu Aiza. Gahara akan membantunya untuk masuk dan menjaganya diportal dimensi. Dia akan mengetahui ketika Aiza memang benar-benar dalam bahaya.Dupa telah dinyalakan, Aiza juga membawa sesuatu yang dititipkan leluhur untuk membantunya. Dia juga sudah menceritakan dan menkonsultasikan hal ini pada sang kakak. Gahara juga bilang itu hal yang bagus, karena kemungkinan besar bisa berguna untuknya nanti. Maka pintu pun terbuka, Papa telah menunggu ketika mereka Aiza masuk. Beliau mengatakan untuk berhati-hati, asap dan lentera yang Naya siapkan adalah arahnya untuk pulang. Aiza paham dan mulai melakukan perjalanan."Aiza, jika ada y
Tubuh ku bergetar, namun aku tak boleh gentar!* * *Aku berada di depan rumah itu, langit di atasnya tampak aneh. Tidak. Aku tau apa itu, tetapi pengetahuan ku tidak menjamin bahwa masuk kesana mudah bukan. Harus mencari cara bagaimana bisa masuk dan menyelamatkan Niskala."Yakin Jang, ngadua. Mang bukakeun jalanna."Lelaki itu terkejut, sosok kakek tua dengan sorban di kepala, dan pakaian gamis putih panjang di samping kanannya tiba-tiba saja datang."Sing yakin, Gusti Allah nangtayungan!" Ia menepuk punggung Aiza dan mendorongnya melanjutkan perjalanan masuk ke dalam rumah itu. Namun sesuai dugaan Aiza, sosok tinggi hitam dengan mata merah langsung mengarah padanya. Anehnya mereka tak bergerak dari tempat mereka berdiri, hanya menatapnya yang masuk ke dalam rumah itu.Sosok-sosok hitam itu mengarahkan pandangan mereka pada kakek tua berjanggut putih. Yang terlihat tenang menerima tat
Tak ada yang tau bagaimana jalan cerita ini. Cerita hidupku, dan masa depanku. Maka dari itu aku butuh seseorang meyakinkan ku. Bahwa semua ini bisa kami jalani bersama. * * * Satu malam sebelum hari pernikahan tiba esok. Naya memilih duduk di kursi santai yang tepat menghadap kolam renang hotel. Tempat di mana acara pernikahan mereka akan dilaksanakan. Mungkin menakutkan ya memang, apa lagi pandangan mata Naya tidak sama seperti yang lainnya. Namun kali ini, dia merasa akan baik-baik saja. Salah satunya karena Aiza duduk di sampingnya. Malam itu langit bertabur bintang, cerah seperti yang mereka inginkan. Kedua kakak beradik ini akan terpisah jarak dan waktu. Tetapi bagi keduanya, tidak ada penyesalan yang harus mereka sesali. Sementara Nayanika menatap bintang, Aiza menunggu apa yang ingin adiknya itu sampaikan. Lelaki jangkung itu sedikit bingung. Untuk apa Naya memanggilnya tiba-tiba. Apa lagi di tempat sepert
Mungkin mata ku tidak akan bisa melihat mereka kembali.Tetapi, aku akan selalu menghormati keberadaan mereka.Mungkin tak dapat dilihat oleh mata, tetapi bisa di mengerti melalui Sang Pencipta.* * *Aku menelepon kakek dan menceritakan perihal mimpi itu. Tentang sosok yang kutemui, taman itu, dan dua gerbang dunia di sana yang berbeda. Air yang aku minum dan juga kulihat. Lalu kakek bilang aku sangat beruntung. Ada makna dalam mimpi tersebut, satu mengenai bagaimana caraku menggunakan kemampuan melihat makhluk itu. Kedua mengenai bagaimana selama ini aku membantu dengan kemampuan itu, dan yang ketiga adalah apa yang terjadi jika aku menggunakannya dengan tidak bijaksana. Juga, mengenai balasan apa yang akan diterima jika perbuatan kita baik atau buruk.Namun kakek mengingatkan bahwa, semua kembali pada cara ku memperlakukan kehidupan.Surya telah mengatakannya pada Enah dan Bapak. Aku mengantarkann
Aku tidak yakin. Tentang semua hal saat ini.* * *Setelah obrolan dengan Suryakanta, Nayanika duduk di gazebo halaman belakang di subuh hari. Ngeri betul kalau ada yang melihat gadis itu sendirian. Mereka pasti akan mengatakan ada penampakan kuntilanak. Walau sebenarnya memang ada sih di pohon besar sana. Di salah satu halaman tetanggangganya.Naya sudah kenal dengan sosok wanita itu. Tetapi berkat perlindungan kakek, dia tidak bisa masuk ke sini. Makanya sesekali Naya yang mengunjunginya. Hanya saja subuh ini mereka hanya saling menyapa lewat semilir angin."Aku gak mau canggum lagi di kantor, jadi. Malam ini aku mau ngomong sama kamu Nay!""Bentar. Ngomong apaan?""Tentang ucapan kakek atau Kak Aiza." Hening sejenak, "..walau tanpa restu mereka pun. Aku akan mengatakannya sama kamu Nay. Aku jatuh suka! Jauh sebelum ini. Saat kita masih di
Jika kakak tanyakan 'apa aku baik-baik saja?'Sebenarnya aku takut. Tetapi..Selama kalian bersama ku. Sesulit apapub itu, aku akan baik-baik saja.* * *Aku terkejut, tak berani menatap matanya ataupun melihat wajahnya. Kak Aiza mengatakan hal itu, seolah selama ini dia adalah beban untukku. Padahal, akulah yang menjadi bebannya selama ini.Sejak ia bisa melihat mereka. Sedetik pun, dia tak pernah absen mencemaskan keadaan ku. Bahkan di saat untuk pertama kalinya. Kami bisa berbagi cerita dan rahasia mengenai mereka. Kak Aiza harus bergelut dengan rasa takutnya sendiri.Benar. Aku tau Ka Aiza harus menutup indra ke enamnya karena ketakutan Enah. Bahkan ketika dia harus memilikinya kembali. Hal yang paling ia cemaskan adalah perasaan Enah. Bahkan aku juga yakin, saat ini kakak juga pasti memikirkan. 'Apa Enah akan mengetahui cerita ini. Sekali lagi?'.Aku tidak tau, bagaimana car
Sekali lagi. Ini terjadi, tetapi aku juga bertanya mengenai hal yang sama."Apa aku benar-benar telah kehilangan kemampuan itu?"* * *Jika dulu kemampuan itu membawa perpecahan diantara keluarga. Dan memilikinya kembali, juga menyatukan keluarga ini. Lalu kenapa aku merasa, justru ada yang hilang dan kehilangan arah ketika tak memilikinya?Bukankah dulu ketakutan terbesar karena memiliki kemampuan itu. Tetapi karena hal itu juga, aku bisa menolong banyak orang. Tidak. Bukan berarti aku kecewa pada keputusan ini atau.. mengapa harus sekarang kemampuan itu menghilang. Apakah kemampuan itu tidak akan kembali lagi, bahkan untuk selamanya kali ini? Bagaimana dengan Nayanika, adikku itu. Kenapa dia tidak berkata apapun jika memang benar dia sudah mengetahuinya.Tiga bocah itu! Apa mereka ada di sini. Di rumah ini? Aiza tiba-tiba bangkit dari rebahannya, lalu mengamati seisi ruangan televisi. Ia mengambil tongkat
Bolehkah, seseorang membagi tubuh dan jiwanya? Aku juga tidak mengerti menjawab perihal ini. Terlebih, setelah dunia itu tertutup kembali untukku. * * * Seva masih di sini. Dia tidak lekas menjawab perkataanku, yang tentu saja membuat rasa penasaran bertambah.Apa Niskala memang ada dengan meraka? Apa jiwa Niskala tidak tenang? Atau Seva hanya mempermainkannya saja, setelah mengetahui kebenaran dari nya? Aiza tidak yakin wanita di depannya benar-benar Niskala. Bukan kah Seva tidak bisa melihat mereka juga. Lalu, mengapa dia mengatakan hal itu? Apa Shin yang menyuruhnya untuk berakting. "Sepertinya, kau benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi. Tapi tenang saja hahaha, aku hanya bercanda Aiza!" seva tertawa di depannya, tapi aiza tidak tahu apa itu memang layak untuk ditertawakan. "Hah.. kau tidak suka rupanya, maaf. Tapi.. ya aku berharap kakak ku, Niskala. Memang masih berada di dunia ini." Ekspresi ga
Biarkan kebenaran yang berbicara, biarkan takdir menemukan jalannya.* * *Seperti yang Aiza katakan tempo hari, dokter mengatakan bahwa sore ini Aiza sudah dapat pulang. Masalah benturan di kepalanya tidak parah, kalaupun terasa pusing itu karena ia baru saja menjalani perawatan dan kondisi darahnya belum stabil. Tangan dan kakinya yang terluka juga sudah sembuh, bersyukurlah retakan kecil di kaki kirinya tidak parah dan gips telah membantu tulangnya untuk menempel kembali dengan sempurna. Selebihnya hanya resep dokter dan menjaga pola makan agar pasien bisa lekas sembuh serta beraktivitas seperti sebelumnya.Sampai saat ia pulang dan dijemput seperti janji sobatnya itu. Aiza masih belum menyadari sesuatu, bahkan ketika Naya bereaksi memegang lengan baju Aiza dengan erat. Lelaki jangkung itu malah berkata bahwa Naya seperti bocah yang takut hilang. Karena hal itu Naya melepaskan lengan baju Aiza dengan marah, dan memilih masuk mobil
Apa ceritanya akan kembali seperti dulu?Apa semua akan baik-baik saja?* * *"Kau tidak perlu cemas. Untuk saat ini, lebih baik begini. Kaka mu tidak perlu tau bahwa ia tidak bisa melihat makhlul-makhluk itu lagi. Mungkin dengan begini kesembuhannya akan lebih cepat."Naya melamun di depan layar laptop yang kini telah padam. Pikirannya sedang tidak berada di tempat rupannya, bahkan ketika Enah datang untuk menebus obat dan kembali, ia menyaksikan anak gadis nya melamun dengan pandangan kosong ke arah layar laptop yang mati. Wanita lima puluh tahunan berkerudung pich itu melirik Aiza yang juga sejak tadi mengamati adiknya. Kakaknya itu sudah memerhatikan tingkah adiknya sejak lima belas menit yang lalu. Bahkan ketika Enah datang dan melirik dengan pandangan bertanya padanya."Kenapa adik mu?"Begitulah makna tatapan matanya. Aiza menjawab dengan mengangkat kedua pundaknya jawaban tida
Aku mempercayainya lalu aku mengikutinya, karena aku meyakininya. * * * Seperti yang sosok itu katakan, aku tidak ragu untuk menutup mataku dan melangkah terus kedepan. Tidak peduli apa nanti akan tersesat atau tidak, dia bilang 'percayalah pada apa yang engkau yakini'. Lalu aku merasa walau mata tertutup, jalan itu membentang luas dipenglihatanku. Seolah sesuatu menarik dari arah depan sana, agar terus melangkah tanpa ragu. Lalu sayup-sayup suara doa-doa menggema, makin lama semakin terdengar jelas. Lagi-lagi seperti katanya, suara yang aku kenal dan kurindukan. Enah mengaji dan berdoa memanggil namaku berulang kali, hingga cahaya itu yang teramat menyilaukan membuat mata terbuka dan kulihat langit pucat ciri khas rumah sakit. "MasyaAllah! Alhamdulillah...Aiza! Aiza, ini Enah Za.MasyaAllah,bapak! Aiza bangun Pak!" Lalu suara bapak dan Naya juga terdengar, dan begitulah sampai akhirnya aku bena